setelah dilakukan dekonstruksi terhadap makna yang disembunyikan dalam karya- karyanya.
4.2 Latar Belakang Penulisan Novel
Untuk memahami makna yang disajikan dalam novel ini, sebelumnya peneliti diharuskan untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi latar belakang permasalahan
novel tersebut. Mary Shelley lahir pada tahun 1797, yakni ketika pasca Revolusi Perancis, dan terjadinya Revolusi Amerika. Pada saat itu kawasan Negara Eropa
merupakan salah satu wilayah yang menolak revolusi, terutama dalam bidang politik, yang mana berlangsung selama kurun waktu 1770–1800. Mary Shelley sendiri
berasal dari keluarga radikal, yang mana sangat terkenal di Inggris pada tahun 1800an. Ayahnya, William Godwin 1756-1836, adalah seorang tokoh filsuf ilmu
sosial, dan ibunya, Mary Wollstonecraft 1759-1797, adalah seorang tokoh feminis. Pada saat itu, masyarakat kelas atas Inggris mengkhawatirkan kejadian yang
dipicu oleh Revolusi Perancis akan menular ke negaranya. Yang menjadi penyebab fobia tersebut adalah karena perbedaan kelas dalam kehidupan bermasyarakat
dirasakan sangat jelas di Inggris dan beberapa dataran Eropa lainnya. Sebagai akibatnya, harapan masyarakat terkait kebebasan, persaudaraan, dan persamaan hak
tidak memperoleh tempat yang semestinya. Hal tersebut menimbulkan pemberontakan simbolis dari beberapa pihak yang berpemikiran kontra, yang mana
beranggapan bahwa perubahan sudah saatnya dimulai dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara
bermasyarakat. Larrissy 2007: 30 menjelaskan bahwa kelompok tersebut membentuk suatu perkumpulan sosial dan akademis yang mengupayakan
penghidupan layak bagi seluruh lapisan masyarakat di negaranya masing-masing Semenjak terjadinya Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika pada abad ke-
19, kekuasaan monarki Inggris mengalami suatu kegoyahan politik berupa fobia revolusi. Sebagai akibatnya, lembaga sosial-politik dan pemerintah Inggris berusaha
untuk mempertahankan kekuasaan monarki negaranya, yakni dengan cara meng- ekspansi kekuasaan yang berbekal alasan pencerahan Enlightment ke negara-negara
Eropa lainnya. Untuk menguasai wilayah perdagangan laut, Inggris membentuk ekspansi kekuasaan dengan cara bersekutu dengan negara monarki lainnya seperti
Prusia, Rusia, dan Austria. Ekspansi kekuasaan yang dilakukan Inggris dan negara-negara sekutunya
tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai reaksi kritis dari dalam negeri. Reaksi- reaksi tersebut tak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga formal, namun juga oleh
kaum sastrawan Inggris. Beberapa sastrawan Inggris yang sangat vokal mengkritisi keadaan tersebut adalah Lord Byron dan Percy Bysshe Shelley. Kedua orang ini
beranggapan bahwa langkah yang diambil pemerintah Inggris untuk mensejahterakan rakyatnya adalah suatu cara yang keliru dan licik Larrissy, 2007: 57.
Pencerahan yang dilakukan oleh Inggris dan sekutunya pada akhirnya melahirkan era Revolusi Industri, yakni sebuah eksploitasi teknologi dalam suatu
negara. Revolusi Industri tersebut telah mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang signifikan di berbagai negara Eropa. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan era
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah didirikannya pabrik-pabrik yang berproduksi massal, dan munculnya suatu kelas masyarakat baru, yakni masyarakat kelas menengah. Keberadaan kelas
masyarakat baru tersebut menyebabkan terciptanya lapangan pekerjaan baru, yakni home industry; yang mana sangat meresahkan pemerintah Inggris. Untuk mencegah
perkembangan bentuk usaha baru tersebut, pemerintah Inggris menciptakan sistem dagang kapitalisme, yakni melakukan sistem upeti dari hasil keuntungan usaha-usaha
tersebut; terutama terhadap pemilik pabrik dan para pemilik tanah. Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan sosial yang sangat nyata terhadap golongan si kaya dan si miskin.
Sistem kapitalisme yang didirikan pemerintah Inggris pada hakikatnya difungsikan untuk meredam laten revolusi masyarakatnya. Usaha pencegahan
tersebut dilakukan dengan cara penindasan terhadap masyarakat kecil, dan penangkapan terhadap pihak-pihak yang dicurigai berpemikiran liberal. Terkait
dengan fobia pemerintah Inggris terhadap pihak yang dicurigai berpemikiran liberal, Botting 2008: 52 menjelaskan bahwa pada dasarnya, mereka yang berpemikiran
liberal akan berusaha untuk menciptakan keadaan yang adil bagi masyarakat menengah ke bawah.
Karena diilhami oleh kejadian-kejadian tersebut, Mary Shelley sebagai salah satu sastrawan Romantik Inggris gelombang kedua The Later Romanticist, berusaha
untuk mengungkapkan keprihatinan dan kegerahannya dalam karya-karya sastranya. Shelley banyak menggambarkan keadaan sosial yang dirasakan dan diperhatikannya
melalui sindiran-sindiran satir. Terilhami oleh Lord Byron, Shelley mulai menyajikan realitas sosial dengan penggambaran penokohan Byronic Hero.
Universitas Sumatera Utara
Mary Shelley Frankenstein adalah salah satu karya Mary Shelley yang paling banyak menggambarkan realitas sosial. Salah satu contoh penggambaran tersebut
disuarakan dalam pengalaman penokohan Justine Moritz sebagai pembantu rumah tangga keluarga Frankenstein; yakni tentang penyetaraan hak dan kasih sayang antara
pembantu. Tujuan Shelley adalah agar kaum buruh disetarakan haknya sebagai manusia. Contoh lainnya adalah pengasingan, penyitaan, dan pemenjaraan terhadap
tokoh-tokoh keluarga De Lacey oleh pemerintah Perancis sebagai akibat dari membantu kegiatan dagang keluarga berkebangsaan Turki. Berkaitan dengan hal
tersebut, Coghill 2000: 8 menerangkan bahwa Mary Shelley berusaha menyindir kekuasaan pemerintah Inggris abad ke-19 yang bertindak semena-mena.
4.3 Daftar Penokohan