Kemudian Bapak BT seorang responden yang memberikan penilaian tinggi menyatakan sebagai berikut:
“pembangunan yang ada di desawajib kita pelihara, agar bangunan tersebut kokoh dalam waktu yang panjang dan dapat kita pergunakan dengan baik”.
Selanjutnya Bapak MS sebagai salah seorang responden yang memberikan penilaian rendah pada keikutsertaan masyarakat memelihara hasil pembangunan,
menyatakan sebagai berikut: “memelihara hasil pembangunan menjadi persoalan juga di kampung kami,
kalau di ajak gotong royong untuk kebersihan saluran air yang dibangun baru- baru ini, agak susah, harus ada yang memulai terlebih dahulu, kalau tidak
kepala desa harus turun ke rumah-rumah untuk mengarahkan”.
4.3.3. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Partisipasi Masyarakat dalam
PNPM-MP
Tingkat partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP dijabarkan menjadi 10 sepuluh indikator partisipasi masyarakat. Masing-masing indikator diukur melalui
penyebaran kuesioner kepada responden masyarakat di Kecamatan Tarutung. Keseluruhan indikator partisipasi telah dijabarkan menurut hasil jawaban responden
terhadap kuesioner untuk menemukan tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Tarutung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
PNPM-MP. Rekapitulasi perolehan nilai rata-rata indikator partisipasi masyarakat melalui kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden, sesuai dengan
indikator partisipasi masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Partisipasi Masyarakat dalam PNPM-MP
No Indikator Partisipasi
Sub Indikator Partisipasi Nilai Rata-Rata
Responden Penerima Non
Fisik SPP Nilai Rata-
Rata Responden
Penerima Fisik
Nilai Rata- Rata per
Indikator
1 Adanya aliran informasi
dalam masyarakat Tingkat kepedulian masyarakat
3,38 3,22
Pemahaman masyarakat terhadap arti pemberdayaan
2,74 2,28
Pengetahuan masyarakat terhadap informasi PNPM-MP
2,70 2,38
2,78
2 Konsultasi masyarakat
Keinginan masyarakat berkonsultasi dengan pelaku pemberdayaan
2,68 2,50
Intensitas konsultasi masyarakat 2,18
1,90 2,32
3 Keikutsertaan dalam
proses perencanaan Keterlibatan masyarakat dalam
musyawarah perencanaan pembangunan
2,52 3,04
Motivasi diri sendiri untuk menghadiri musyawarah perencanaan
pembangunan 2,60
2,58 Memberi gagasan dalam musyawarah
perencanaan pembangunan 2,76
2,54 2,67
4 Pengambilan keputusan
Tingkat kehadiran masyarakat dalam musyawarah pengambilan keputusan
2,74 3,04
Kesesuaian usulan dengan keputusan proyek pembangunan
3,24 2,82
2,96
5 Keterlibatan dalam
pelaksanaan Tingkat keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan 3,00
2,94 2,97
6 Swadaya masyarakat
Sumbangan dana dari masyarakat 2,76
2,82 Sumbangan tenaga dari masyarakat
3,72 3,18
3,12
7 Pengawasan oleh
masyarakat Keikutsertaan masyarakat mengawasi
pembangunan 3,18
3,28 3,23
8 Evaluasi dari masyarakat
Keikutsertaan memberi penilaian terhadap kualitas hasil pembangunan
3,90 3,04
Keikutsertaan memberi kritik dan masukan untuk perbaikan pembangunan
selanjutnya 2,98
2,58 3,13
9 Keterlibatan dalam
pemanfaatan hasil Keikutsertaan masyarakat
memanfaatkan hasil pembangunan 4,20
3,94 4,07
10 Keterlibatan dalam
pemeliharaan hasil Keikutsertaan masyarakat memelihara
hasil pembangunan 3,62
2,82 3,22
Jumlah 3,05
2,83 Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat Kecamatan Tarutung
2,94
Sumber: Diolah dari Data Primer, Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan dari tabel 4.8 di analisis sebagai berikut: a. Tingkat Partisipasi Secara Umum Bagi Keseluruhan Responden Masyarakat
Kecamatan Tarutung Berdasarkan hasil rekapitulasi indikator partisipasi masyarakat Kecamatan
Tarutung diperoleh nilai hasil rata-rata tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Tarutung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
adalah 2,94, yang masuk pada kategori sedang dalam arti pada tingkat partisipasi yang cukup. Masing-masing indikator pada tingkat partisipasi masyarakat di analisis
masing-masing terdiri dari adanya aliran informasi dalam masyarakat, konsultasi masyarakat, keikutsertaan dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan,
keterlibatan dalam pelaksanaan, swadaya masyarakat, pengawasan oleh masyarakat, evaluasi dari masyarakat, keterlibatan dalam pemanfaatan hasil dan keterlibatan
dalam pemeliharaan hasil. Indikator adanya aliran informasi di dalam masyarakat Kecamatan Tarutung
berada kategori cukup dengan nilai 2,78. Masyarakat cukup peduli dengan pelaksanaan pembangunan karena memang setiap masyarakat menginginkan
kemajuan dan kesejahteraan, serta kehidupan yang lebih baik bagi mereka. Namun kurangnya sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai PNPM-MP sebagai salah
satu program pemberdayaan masyarakat masih kurang dilaksanakan dengan maksimal. Disamping itu sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dengan
menggunakan istilah-istilah akademisi yang rumit bagi masyarakat desa dimana rata-
Universitas Sumatera Utara
rata masih menggunakan bahasa daerah, menjadi salah satu penghalang bagi sampainya informasi yang utuh kepada masyarakat, sehingga pemahaman yang
lengkap terhadap informasi pemberdayaan masyarakat menjadi tidak tercapai. Hal ini membawa akibat kurangnya partisipasi masyarakat di dalam pelaksanaan program itu
sendiri. Kemudian indikator konsultasi masyarakat berada pada kategori rendah
dengan nilai 2,32, yang berarti masyarakat memiliki tingkat partisipasi dalam melakukan konsultasi mengenai pencapaian kesejahteraan masyarakat yang masih
rendah. Masyarakat memiliki keinginan yang rendah untuk berkonsultasi dengan para pelaku pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebabkan dengan keraguan masyarakat
kepada para pelaku pemberdayaan, belum terlalu dekat dengan mereka, dan memang masyarakat juga belum mengetahui apa yang menjadi manfaat bagi mereka dari
berkonsultasi tersebut. Sehingga tingkat intensitas masyarakat pun adalah rendah dalam berkonsultasi. Walaupun memang ada masyarakat yang mau melakukan
konsultasi, dan mereka adalah masyarakat yang memang telah mengetahui dengan baik akan manfaat dari PNPM-MP bagi kemajuan desa mereka.
Keikutsertaan masyarakat di dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan juga masih dalam kategori yang rendah dengan nilai 2,67. Masyarakat belum antusias
untuk ikut serta secara aktif merencanakan pembangunan yang ingin dilaksanakan di desa mereka. Di antara masyarakat yang tidak menghadiri, ada mereka memilih untuk
tetap bekerja seperti sehari-hari, seperti biasa, dan tidak terlalu lebih mengutamakan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan perencanaan pembangunan, selain itu juga banyak di antara mereka memang tidak mendapatkan informasi mengenai jadwal perencanaan pembangunan. Ketika
didesa akan dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa, menjadi kebiasaan di beberapa desa, kepala desa dan tokoh di desa datang ke rumah-rumah
atau sawah warga, untuk memanggil masyarakat mengadakan musyawarah. Usulan dan gagasan yang datang dari masyarakat pun menjadi rendah juga, biasanya usulan
datangnya dari para tokoh masyarakat di desa tersebut, ditambah juga dari kepala desa, dan memang masyarakat desa juga mengikuti saja para tokoh masyarakat yang
sudah dianggap mampu oleh masyarakat desa. Kemudian di dalam hal pengambilan keputusan proyek pembangunan, berada
pada kategori cukup dengan nilai 2,96. Hal ini berarti tingkat kehadiran masyarakat di dalam musyawarah pengambilan keputusan di dalam pelaksanaan PNPM-MP masih
perlu ditingkatkan lagi. Tingkat kehadiran masyarakat ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi mengenai pelaksanaan musyarawarah di desa, selain itu juga kebanyakan
masyarakat masih memilih hadir ketika ada waktu luang, tentunya mereka lebih mementingkan tetap bekerja seperti biasa, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dari pada harus mengikuti musyawarah di desa. Kemudian gagasan masyarakat yang diusulkan pada saat musyawarah perencanaan, belum semuanya berasal dari
masyarakat, terutama masyarakat miskin sebagai sasaran dari program, melainkan beberapa usulan memang berasal dari para tokoh masyarakat dan kepala desa yang
bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan juga masih pada kategori cukup dengan nilai 2,97. Masyarakat cukup ikut melaksanakan
pembangunan, apabila ada kegiatan gotong royong dalam rangka pembangunan di desa, masyarakat akan ikut secara sukarela, walaupun memang biasanya karena ada
rasa malu apabila warga lain yang ikut melaksanakan melihat warga lainnya tidak ikut turun bergotongroyong.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pemberian swadaya masyarakat di dalam pembangunan desa juga berada pada kategori yang sedang atau cukup dengan nilai
3,12. Masyarakat sudah cukup mau memberikan bantuan berupa tenaga dan meminjamkan peralatan yang mereka punya untuk membangun desa mereka, namun
dalam memberikan sumbangan dana memang beberapa saja yang secara sukarela memberi sumbangan. Masyarakat juga masih butuh uang atau pas-pasan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga mereka lebih ke memberikan bantuan tenaga saja dalam pembangunan di desa. Apalagi dalam hal
bergotongroyong, biasanya masyarakat mau bersama-sama bergotongroyong untuk pembangunan desa, walaupun memang terkadang harus ada yang memulai lebih
dahulu. Dalam hal pengawasan masyarakat, keikutsertaan masyarakat mengawasi
pelaksanaan pembangunan sudah cukup dapat dilaksanakan dengan nilai 3,23. Masyarakat menganggap kegiatan mengawasi memang penting, apalagi
pembangunan itu dilaksanakan di desa mereka, untuk hasil yang baik dirasa perlu
Universitas Sumatera Utara
untuk di awasi. Walaupun memang sebagian masyarakat lebih menyerahkan pengawasan itu terhadap pelaku-pelaku di desa, karena menganggap mereka lebih
mampu untuk mengawasi dan telah mengetahui dengan baik tentang proyek pembangunan tersebut.
Keterlibatan masyarakat dalam hal mengevaluasi hasil pembangunan di desa juga ada pada kategori cukup dengan nilai 3,13. Masyarakat sudah mulai ada yang
mau melakukan evaluasi, memberikan penilaian terhadap kualitas pembangunan, dan memberikan kritikan masukan agar pembangunan kedepannya lebih baik lagi.
Apalagi apabila hasil pembangunan memang berkualitas buruk, masyarakat tidak mau apabila pembangunan di desa mereka memiliki kualitas buruk. Oleh karena itu
mereka melakukan evaluasi agar ada perbaikan kedepannya. Namun memang beberapa masyarakat juga masih belum antusias melakukan evaluasi pembangunan,
hal ini dikarenakan ada rasa apatis, karena selama ini kualitas pembangunan juga begitu-begitu saja. Beberapa tahun di adakan pembangunan memang tidak terlalu
memperhatikan kritikan dari masyarakat. Tetap saja pembangunan berjalan tanpa harus mempertimbangkan berbagai kritik bahkan kegagalan yang terjadi sebelumnya.
Kemudian di dalam hal pemanfaatan hasil, masyarakat cukup tinggi keikutsertaannya memanfaatkan hasil pembangunan dengan nilai 4,07. Sebagian
masyarakat memang memakai beberapa hasil dari proyek pembangunan. Mereka ikut memanfaatkan hasil pembangunan. Mereka bersemangat memanfaatkan hasil
pembangunan di dalam kehidupan mereka sehari-hari, walaupun mereka memang
Universitas Sumatera Utara
tidak mengikuti proses pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Mereka menganggap memang sudah jadi tugas pemerintah untuk memberikan sarana dan
prasarana di desa mereka. Selanjutnya indikator yang terakhir adalah mengenai keikutsertaan
masyarakat di dalam memelihara hasil pembangunan di desa mereka. Masyarakat cukup ikut memelihara hasil pembangunan dengan nilai 3,22, walaupun memang
masih perlu ditingkatkan lagi. Mereka ingin hasil pembangunan bisa bertahan lama, dan dimanfaatkan lebih lama di desa mereka. Bagi mereka yang benar-benar
memanfaatkan hasil pembangunan tersebut, mereka benar-benar mau memelihara hasil pembangunan tersebut, namun sayangnya beberapa masyarakat yang merasa
tidak terlalu memanfaatkan hasil pembangunan tersebut malahan menjadi apatis dan tidak terlalu memberi perhatian terhadap pemeliharaan hasil pembangunan.
b. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Kategori Penerima Fisik dan Non
Fisik SPP Apabila melihat tabel rekapitulasi indikator partisipasi masyarakat Kecamatan
Tarutung di atas, dapat dilihat perbedaan tingkat partisipasi masyarakat antara responden penerima fisik dan non fisik. Temuan ini menarik karena data tersebut
menunjukkan kecenderungan masyarakat yang lebih banyak memilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan non fisik yaitu Simpan Pinjam Perempuan dari pada
mengikuti kegiatan yang bergerak pada bidang pembangunan fisik atau sarana
Universitas Sumatera Utara
prasarana desa. Kelompok perempuan di Kecamatan Tarutung mendapatkan kesempatan untuk mengakses pinjaman melalui program Simpan Pinjam Perempuan
SPP. Apabila dilihat pada indikator partisipasi masyarakat, masing-masing sub
indikator memiliki skor yang tinggi bagi responden penerima Simpan Pinjam Perempuan SPP. Dalam hal keterlibatan masyarakat pada musyawarah perencanaan
pembangunan, pengambilan keputusan, keikutertaan memberikan sumbangan berupa dana, dan mengawasi pembangunan mendapatkan skor yang tinggi untuk responden
penerima kegiatan pembangunan sarana prasarana desa. Sementara sub indikator yang lainnya seperti tingkat kepedulian masyarakat terhadap pembangunan, tingkat
pemahaman masyarakat terhadap arti pemberdayaan masyarakat, pengetahuan masyarakat terhadap informasi PNPM-MP, keinginan masyarakat berkonsultasi
dengan pelaku pemberdayaan, intensitas konsultasi masyarakat, sumber motivasi masyarakat menghadiri musyawarah perencanaan pembangunan, kesesuaian usulan
dengan keputusan proyek pembangunan, tingkat keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, sumbangan tenaga dari masyarakat, keikutsertaan
memberi penilaian terhadap kualitas hasil pembangunan, keikutsertaan memberi kritik dan masukan untuk perbaikan pembangunan, keikutsertaan masyarakat
memanfaatkan hasil pembangunan dan keikutsertaan masyarakat memelihara pembangunan, kesemua sub indikator tersebut mendapatkan skor yang tinggi bagi
responden penerima bantuan SPP.
Universitas Sumatera Utara
Ada ketertarikan yang lebih dari masyarakat Kecamatan Tarutung terhadap bentuk kegiatan SPP ini. Seperti pernyataan yang diberikan oleh salah seorang ibu
rumah tangga, warga Desa Aeksiancimun berikut ini: ”kami gembira dapat dana untuk SPP ini, melalui kelompok SPP kami bisa
meminjam dengan mudah, karena gak ada agunannya, apalagi pengurusnya kan anggota masyarakat desa kami juga, ya yang nentuin bunganya mereka,
jadi bunganya pasti ringan untuk kami masyarakat desa sini...”
Kegiatan SPP ini menarik lebih banyak minat masyarakat di Kecamatan Tarutung, mereka dapat meminjam dana bagi keperluan mereka dengan bunga yang
ringan. Persyaratan pinjaman yang mudah salah satunya karena tanpa agunan, dan penetapan tingkat suku bunga pinjaman yang dilakukan oleh anggota masyarakat,
memberi rasa percaya bagi masyarakat untuk meminjam dana dai SPP ini. Para pemanfaat pinjaman dari PNPM-MP ini dapat membantu kondisi keuangan keluarga
serta perekonomia keluarga dan yang lebih positif lagi bagi pembangunan desa adalah, digunakannya pinjaman tersebut sebagai tambahan modal usaha yang tengah
ataupun akan dijalankan oleh anggota masyarakat yang melakukan pinjaman. Hal inilah yang menjadi kelebihan SPP dibadingkan kegiatan pembangunan sarana
prasarana desa di Kecamatan Tarutung. Pendamping Lokal Kecamatan Tarutung menyatakan sebagai berikut:
”kalau dibandingkan desa penerima pembangunan sarana di desa dengan penerima SPP, cenderung partisipasi masyarakat di penerima SPP yang lebih
tinggi. Mungkin selama ini kan juga sudah ada pembangunan sarana yang diselenggarakan pemerintah dari ADD, jadi sarana prasarana juga bisa
diusulkan lewat musrenbang ADD. Tapi kalau kelompok SPP yang dikelola langsung oleh masyarakat sendiri kan memberi ketertarikan tersendiri bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang membutuhkan pinjaman dan modal buat usahanya. Kelompok SPP pun perlu dikembangkan lagi..”
Berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping lokal Kecamatan Tarutung tersebut, ada poin penting yang diperoleh tentang dana pengembangan masyarakat
dalam bentuk SPP yang kelompoknya dikelola oleh perempuan. Ini kesempatan yang sangat baik bagi kaum perempuan. Dana SPP ini dapat dijadikan sebagai stimulan
bagi pengembangan usaha masyarakat miskin yang membutuhkan modal dengan bunga yang kecil dan tanpa agunan.
4.3.4. Faktor-Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat