tidak mengenal dengan dekat para pelaku PNPM-MP, selain itu juga tidak terlalu berkeinginan untuk berkonsultasi karena merasa tidak nyaman.
4.3.2.3. Keikutsertaan Masyarakat dalam Proses Perencanaan
Indikator keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan dijabarkan dalam tiga pertanyaan pada kuesioner penelitian dimana hasilnya akan dijabarkan
satu persatu sebagai berikut: 1
Keterlibatan dalam perencanaan pembangunan Distribusi frekuensi keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
pembangunan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.13 Distribusi Frekuensi Keterlibatan Masyarakat
dalam Perencanaan Pembangunan
2 29
31 21
17
20 40
60 80
100
J um
la h
R e
s ponde
n
ST T
S R
SR
Kategori Jawaban
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat gambar 4.13 di atas, ditemukan bahwa responden yang paling banyak menjawab keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan berada
adalah pada tingkat sedang. Hal ini ditunjukkan jumlah responden yang menjawab sedang sebanyak 31 orang atau 31. Sedangkan responden yang menjawab sangat
tinggi sebanyak 2 orang atau 2, yang menjawab tinggi sebanyak 29 orang atau 29, yang menjawab rendah sebanyak 21 orang dan yang menjawab sangat rendah
sebanyak 17 orang. Salah seorang responden yang berprofesi sebagai pegawai kantor yang
memberikan penilaian biasa saja, sesekali pernah menghadiri musyawarah perencanaan pembangunan menyatakan sebagai berikut:
“Untuk merencanakan suatu pembangunan di desa, biasanya dilakukan musyawarah di desa. Banyak yang penting untuk dibangun, karenanya saya
juga sesekali menghadiri, untuk menyampaikan kebutuhan pembangunan di desa kami”.
Berbeda dengan responden tersebut, seorang Bapak berumur 59 tahun warga Desa Parbubupea juga seorang tokoh masyarakat, yang menjawab sangat tinggi
terhadap keterlibatan dalam perencanaan pembangunan menyatakan sebagai berikut: “ya saya selalu terlibat di dalam setiap perencanaan pembangunan di desa
saya, karena kami juga sebagai salah seorang yang dituakan di desa, kami harus mengikuti setiap program yang diturunkan ke desa, dan kami juga
punya tanggungjawab untuk memajukan desa kami ini”.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Bapak HM sebagai salah seorang responden yang memberikan penilaian tinggi dalam hal keterlibatan dalam perencanaan pembangunan menyatakan
sebagai berikut: “Dengan adanya PNPM Mandiri Perdesaan, kami sebetulnya jadi terbiasa
melaksanakan musyawarah untuk menyampaikan apa yang kami butuhkan. Informasi untuk musyawarah nya ada di papan pengumuman sekretariat
PNPM selain itu di gereja juga diumumkan. Kami mengikuti setiap rapat karena kalau tidak, usulan kami bisa tidak ditampung di dalam proyek ”.
Responden lainnya Bapak TP yang menyatakan jarang mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan desa menyatakan sebagai berikut:
“kami jarang ikut musyawarah, kalau rapatnya dekat di kantor desa mungkin saja, tapi kalau lokasinya sudah jauh, apalagi kalau rapatnya dilaksanakan saat
kami masih bekerja di sawah, kami pasti tidak akan datang”.
Ada juga responden yang menjawab sangat rendah keterlibatan dalam perencanaan pembangunan salah satunya adalah seorang Ibu yang sehari-hari bekerja
menjual sayuran memberi pernyataan sebagai berikut: “saya sama sekali tidak pernah ikut-ikut rapat pembangunan, tidak sempat,
biarlah para bapak-bapak yang dituakan di desa kami yang rapat, mereka da lebih mengerti lah apa yang perlu dibangun di desa”.
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kecamatan Tarutung ini masih kurang. Masyarakat masih banyak yang belum memiliki
kesadaran akan pentingnya PNPM-MP tersebut untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Kurangnya informasi dan pengetahuan menjadi penyebabnya. Oleh karena
itu, untuk mengubah kondisi tersebut peran para pelaku pemberdayaan dan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah desa sangat penting untuk membuka pola piker dari masyarakat, sehingga masyarakat menyadari pentingnya partisipasi masyarakat untuk ikut merencanakan
pembangunan di desa, dan masyarakat itu sendirilah yang paling tau apa yang paling bagus dan paling dibutuhkan dibangun di desa mereka.
2 Motivasi dari diri sendiri untuk menghadiri musyawarah desa dalam
perencanaan pembangunan Apabila motivasi masyarakat untuk menghadiri musyawarah desa itu datang
dari diri masyarakat sendiri, hal ini merupakan poin yang bagus sebagai bentuk dari partisipasi masyarakat secara sukarela, tanpa dimobilisasi oleh pihak luar. Dari hasil
kuesioner terhadap seratus orang responden diperoleh distribusi frekuensi motivasi dari diri sendiri untuk menghadiri musyawarah desa dalam perencanaan
pembangunan yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.14. Distribusi Frekuensi Motivasi Masyarakat Menghadiri Musyawarah
Perencanaan Pembangunan
9 16
18 39
18
20 40
60 80
100
J um
la h
R e
s ponde
n
ST T
S R
SR
Kategori Jawaban
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2010
Dengan melihat gambar 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa pada responden ditemukan motivasi yang datang dari masyarakat itu sendiri dalam perencanaan
pembangunan berada pada tingkat rendah dengan jumlah responden yang menjawab kategori rendah sebayak 39 orang atau 39. Sedangkan kategri sangat tinggi dijawab
oleh 9 orang responden atau 9, yang menjawab tinggi sebanyak 16 orang atau 16, yang menjawab sedang sebanyak 18 orang atau 18, dan yang menjawab sangat
rendah sebanyak 18 orang atau 18. Bapak SP, salah seorang responden yang memberikan penilaian bahwa
motivasi mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan adalah karena ada arahan dari tokoh masyarakat yang tergolong pada kategori motivasi yang rendah,
menyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“kami ikut menghadiri musyawarah karena arahan dari para tokoh-tokoh masyarakat kami yang kami percaya selama ini di desa kami, dan kami selalu
menghargai mereka”.
Sedangkan Bapak TS, salah seorang warga yang berlatar pendidikan sarjana dan sebagai salah seorang responden yang memberikan penilaian sangat tinggi,
memiliki motivasi mengikuti musyawarah adalah dari diri sendiri menyatakan sebagai berikut:
“karena ingin pembangunan di desa kami lebih baik lagi dan membawa kemajuan dibandingkan desa-desa lainnya, kami sangat termotivasi demi
kesejahteraan kami juga”.
Responden yang memberikan jawaban tinggi, seorang Ibu dengan dua anak, warga desa Parbubu I, memberi pernyataan sebagai berikut:
“ya, kami sendiri yang berkeinginan mengikuti musyawarah desa, setelah kami mendengar banyak hal dari bapak KPM kami, kami jadi mulai aktif
mengikuti perkembangan desa kami”.
Responden lainnya Bapak Sitanggang yang menyatakan mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan desa karena informasi dari teman dan
saudara menyatakan sebagai berikut: “informasi selalu sampai ke kami sering dari teman-teman atau saudara, dan
kami juga menjadi termotivasi karena teman-teman dan saudara juga”.
Hasil wawancara dari seorang responden yang mau mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan di desa karena perintah dan arahan dari kepala desa,
menyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“pada waktu mau rapat di desa, seperti biasanya juga nunggu panggilan saja dari pak kades, ya namanya juga kita bukan tokoh masyarakat, jadi
sebenarnya ga datang pun ga apa-apa juga kan”.
Adanya motivasi dari masyarakat sendiri tanpa harus dimobilisasi adalah suatu bentuk partisipasi yang penting, menunjukkan niat dan kepedulian masyarakat
terhadap pembangunan sudah baik. Dari hasil tersebut, untuk motivasi masyarakat Kecamatan Tarutung dalam menghadiri musyawarah perencanaan pembangunan
masih tergolong pada kategori yang rendah. Masyarakatnya kebanyakan mau mengikuti musyawarah adalah karena adanya arahan dari para tokoh masyarakat di
desa mereka.
3 Memberi gagasan atau usulan dalam perencanaan pembangunan
Distribusi frekuensi responden dalam hal masyarakat memberi gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.15. Distribusi Frekuensi Masyarakat Memberi Gagasan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan
5 14
32 39
10
20 40
60 80
100
J um
la h
R e
s ponde
n
ST T
S R
SR
Kategori Jawaban
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2010
Dengan melihat gambar 4.15 di atas, dapat ditemukan kecenderungan jumlah responden yang paling banyak menjawab adalah pada kategori rendah. Hal ini berarti
masyarakat memberi gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan berada pada tingkat rendah dengan jumlah responden yang menjawab rendah sebanyak 39
orang atau 39. Sedangkan responden yang memberi jawaban sangat tinggi sebanyak 5 orang atau 5, yang menjawab tinggi sebanyak 14 orang atau 14, yang menjawab
sedang sebanyak 32 orang atau 32, dan yang memberi jawaban sangat rendah sebanyak 10 orang atau 10.
Bapak SP, salah seorang responden yang memberikan penilaian bahwa pemberian gagasan dari masyarakat pada musyawarah perencanaan pembangunan
adalah rendah menyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“pasti usulan dari para tokoh-tokoh masyarakat dan mereka yang lebih mengerti tentang pembangunan yang lebih bagus usulannya, kami masih
belum terlalu mengerti banyak”.
Sedangkan Bapak SG sebagai salah seorang responden yang memberikan penilaian sangat tinggi menyatakan sebagai berikut:
“tentulah kami menyampaikan usulan sebanyak-banyaknya karena ingin pembangunan di desa kami lebih baik lagi dan membawa kemajuan
dibandingkan desa-desa lainnya”.
Kemudian Ibu EL seorang ibu rumah tangga berumur 40 tahun memberikan jawaban kategori tinggi, menyatakan sebagai berikut:
”dalam membahas tentang usulan desa yaitu dalam hal pembangunan, kita diberi kesempatan untuk menyapaikan gagasan yang amat prioritas untuk
diperjuangkan sampai ke keputusan desa, jadi kami usulkanlah gagasan kami sebanyak-banyaknya demi kemajuan desa kami”.
Responden lainnya Ibu RS sebagai seorang ibu rumah tangga yang memberi penilaian biasa saja dalam memberi gagasan pada musyawarah perencanaan
pembangunan, menyatakan sebagai berikut: “kami ikut sajalah, kalau ada ide ya kami suarakan”.
Namun ada juga responden yang memberi jawaban pada kategori yang sangat rendah, seorang Bapak bernama BT, menyatakan sebagai berikut:
”sebenarnya sudah adanya bapak-bapak yang dituakan di desa kami, mereka memang sudah paling banyak tau, jadi kalaupun mau ikut musyawarah, ya
yang penting hadir lah, apalagi PNPM ini, wajib dihadiri musyawarahnya kalau mau desanya dibangun”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan di atas, ditemukan bahwa keinginan masyarakat Kecamatan Tarutung dalam memberi gagasan bagi
pembangunan desa mereka masih pada tingkat yang rendah dalam arti kebanyakan masyarakat masih ikut saja pada usulan yang sudah ada. Ada anggapan bahwa
gagasan mereka belum tentu paling baik bagi desa, jadi kadang-kadang mereka enggan untuk menyampaikan gagasan mereka. Padahal dengan adanya usulan yang
benar-benar dari masyarakat, maka akan ada rasa memiliki terhadap program pembangunan tersebut, sehingga hasilnya akan lebih baik.
4.3.2.4. Pengambilan Keputusan