dalam menanggulangi kemiskinan juga berangkat dari titik tersebut melalui program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
2.3. Konsep Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan suatu bagian paling penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Partisipasi adalah sebuah konsep sentral, dan prinsip
dasar dari pengembangan masyarakat karena diantara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM Ife dan Tesoriero. 2008:295. Dalam hal ini dengan
mendorong partisipasi dapat diartikan juga dengan mewujudkan hak azasi manusia. Moeljarto 1987, mengartikan partisipasi sebagai pernyataan mental secara
emosional seseorang dalam suatu situasi kelompok yang mendorong mereka menyumbangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan organisasi
dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap organisasi sosial tersebut. Masyarakat memberikan perhatian seutuhnya memikirkan apa yang terbaik bagi peningkatan
kesejahteraan hidup mereka. Ketika mereka yang menentukan apa yang hendak mereka usahakan dan perbuat bagi pembangunan, maka secara otomatis tanggung
jawab akan tumbuh di dalam diri masyarakat tersebut. Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat
dalam suatu kegiatan secara sadar. Jnabrabota Bhattacharyya Ndraha, 1990 mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
Partisipasi masyarakat yang idealnya terjadi apabila masyarakat memang mau secara
Universitas Sumatera Utara
sukarela mendukung kegiatan tersebut. Kegiatan mendukung suatu kegiatan memang berkembang dari masyarakat di tingkat bawah sampai pada proses pengambilan
keputusan. Bintoro 1998 memberikan esensi partisipasi masyarakat sebagai berikut:
1. Keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini terutama
berlangsung dalam proses politik tetapi juga berlangsung dalam proses sosial, hubungan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam
memobilisasi sumber-sumber pembiayaan dalam pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, dan pengawasan sosial atas jalannya pembangunan.
3. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan
masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan
pembinaan tertentu.
Program pemberdayaan yang dilaksanakan di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya pada dasarnya belum dapat mengatasi berbagai permasalahan di dalam
masyarakat, hal ini salah satunya disebabkan oleh pelibatan atau partisipasi masyarakat yang kurang aspiratif, artinya bahwa partisipasi masyarakat tersebut pada
kenyataanya bukan berdasarkan kehendak masyarakat. Partisipasi yang terjadi dalam bentuk yang dipaksakan atau dimobilisasi. Oleh karena itu partisipasi masyarakat
yang aspiratif adalah yang paling tepat, yaitu partisipasi masyarakat yang secara sukarela dan bersumber dari keinginan dan kesadaran masyarakat sendiri. Masyarakat
harus diikutkan mulai dari tahap paling awal, dimana masyarakat desa yang menentukan desa seperti apa yang mereka inginkan atau masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
merencanakan, memutuskan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi sampai memelihara pembangunan tersebut. Pembangunan yang berbasis partisipasi tersebut
akan memunculkan rasa memiliki terhadap program pembangunan, pada akhirnya paradigma top down akan ditinggalkan Muttaqin,_____.
Ife dan Tesoriero menyatakan ada beberapa kondisi yang mendorong partisipasi, kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1 Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara ini akan lebih efektif apabila rakyat sendiri telah
mampu menentukan isu atau aksi, bukan berasal dari perintah orang luar. 2 Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membawa perubahan.
3 Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. 4 Orang harus bisa berpartisipasi, dan tentunya didukung dalam
partisipasinya. 5 Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan, sebagai contoh pembuatan
keputusan yang sering mengucilkan mereka yang tidak bisa “berpikir cepat”, tidak ingin menginterupsi, kurang percaya diri dan tidak memiliki
kemahiran berbicara. Demikian halnya dengan penelitian Goldsmith dan Blustain di Jamaica dan
Mubyarto di beberapa daerah di Indonesia sebagaimana dikutip dari Ndraha 1990, disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menggerakkan partisipasi masyarakat
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau sudah ada dalam masyarakat
b. Partisipasi memberikan manfaat langsung kepada masyarakat c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi dapat memenuhi kepentingan
masyarakat setempat. Masyarakat berpartisipasi dilakukan secara sukarela berarti bahwa masyarakat
tidak boleh berada dalam tekanan dari pihak luar. Partisipasi bukan hanya diukur dari sekedar memenuhi suatu aturan dari program pembanguman, namun partisipasi lebih
pada kualitas yang dihasilkan oleh keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi bukan dari kuantitas, yang menekankan angka-angka dan jumlah warga
yang berpartisipasi akan tetapi lebih pada kualitas wacana partisipasi yang dikembangkan Kleden, 2004. Sehingga partisipasi menjadi lebih bermakna ketika
argumen untuk partisipasi dan akuntabilitas institusional didasari oleh konsepsi hak yang dalam konteks pembangunan, akan memperkuat status warga negara. Jika
sebelumnya warga negara dirumuskan sebagai pemanfaat beneficiaries, sekarang ini harus diposisikan sebagai pihak yang berhak atas pembangunan.
Bentuk-bentuk partisipasi Ndraha, 1990 meliputi: a Partisipasi dalammelalui kontak pihak lain sebagai salah satu titik awal
perubahan
Universitas Sumatera Utara
b Partisipasi dalam memperhatikanmenyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, mengiyakan, menerima
dengan syarat maupun dalam arti menolaknya c Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan
keputusan d Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan
e Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan
f Partisipasi dalam menilai, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh
mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan berarti masyarakat sebagai
pemeran utama mulai dari perencanaan, pengelolaan sampai pada pengawasan dan evaluasi, sehingga pada akhirnya masyarakat merasa memiliki terhadap berbagai
program pembangunan yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal ini, para praktisi pembangunan berposisi sebagai pihak yang
memfasilitasi upaya peningkatan aksesibilitas terhadap sumber-sumber lokal Hikmat, 2001.
Partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan program pembangunan. Kegagalan dalam mencapai
hasil dari program pembangunan tidak mencapai sasaran karena kurangnya partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain Kartasasmita, 1997:
a Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat dan tidak menguntungkan rakyat banyak.
b Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami maksud itu
c Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan
pemahaman mereka. d Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi sejak semula
rakyat tidak diikutsertakan. Keikutsertaan masyarakat adalah sangat penting di dalam keseluruhan proses
pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal sampai tahap akhir. Oleh karena itu,
Kaho 1995 mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang yaitu:
a Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan b Partisipasi dalam pelaksanaan
c Partisipasi dalam pemanfaatan hasil d Partisipasi dalam evaluasi
Universitas Sumatera Utara
Konsep ini memberikan makna bahwa masyarakat akan berpartisipasi secara sukarela apabila mereka dilibatkan sejak awal dalam proses pembangunan melalui
program pemberdayaan. Ketika mereka mendapatkan manfaat dan merasa memiliki terhadap program pemberdayaan, maka dapat dicapai suatu keberlanjutan dari
program pemberdayaan.
2.4. Intervensi Pemberdayaan Masyarakat