Peranan Fasilitator Peranan Agent Of Change

4.3.1.1. Peranan Fasilitator

Peranan seorang fasilitator tentunya masih sangat dibutuhkan pada saat ini di dalam program pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tarutung. Partisipasi masyarakat sebagai basis dari pembangunan masih sangat perlu ditingkatkan di Kecamatan Tarutung, sehingga peranan fasilitator di harapkan mampu sebagai agen atau pelaku yang mampu membawa nuansa perubahan yang lebih baik, bukan sekedar melaksanakan tugas dan fungsi secara konstitusi saja, melainkan peranan tersebut diiringi tekad untuk merubah kondisi kemiskinan ke arah masyarakat mandiri dan sejahtera. Dalam hal ini seorang fasilitator bertugas mendampingi masyarakat untuk mengerahkan potensi yang ada di dalam masyarakat menuju perubahan kemandirian melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Serangkaian proses di dalam PNPM Mandiri Perdesaan di dampingi oleh fasilitator dalam jangka waktu tidak untuk selamanya, bahkan berkurang seiring waktu berjalan. Ketika masyarakat sudah mandiri atau berdaya, bisa dikatakan tugas dari seorang fasilitator akan berakhir. Apabila di gambarkan melalui tangga keberdayaan, maka gambarnya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7. Tahapan Masyarakat Menuju Keberdayaan 2015 Masyarakat Berdaya Proses Masyarakat Transisi Masyarakat Tidak Berdaya Sumber: Penjelasan Fasilitator Kabupaten Tapanuli Utara, Tahun 2010 Gambar 4.7. dijelaskan bahwa masyarakat menuju keberdayaan merupakan suatu proses yang bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Target dari PNPM Mandiri Perdesaan menuju keberdayaan masyarakat adalah tahun 2015 sesuai dengan tujuan Millenium Development Goals MDGs. Selama proses pemberdayaan, sebenarnya peranan fasilitator sebagai pendamping masyarakat semakin berkurang seiring dengan semakin berdayanya masyarakat. Oleh karena itu kemampuan fasilitator untuk dapat mempercepat pencapaian tujuan keberdayaan masyarakat harus benar-benar menjadi seorang pekerja sosial yang profesional melalui peranan-peranan yang maksimal untuk kemandirian masyarakat sesuai target waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan Petunjuk Teknis Operasional PNPM-MP, menyebutkan beberapa larangan bagi fasilitator dengan tujuan untuk mendukung terlaksananya tugas dan tanggung jawab dengan lebih baik, larangan tersebut yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Mengambil keputusan, melakukan negosiasi, kompromi, memberi saran atau tindakan apapun yang dapat merugikan masyarakat dan atau PNPM-MP b. Menerima apapun dari pihak manapun dengan tujuan: 1. untuk meloloskan proses seleksi desa dan penetapan alokasi dana PNPM-MP; 2. mempengaruhi pemilihan jenis kegiatan, lokasi dan spesifikasi dari kegiatan PNPM-MP dalam perencanaan; 3. sebagai hadiah, kompensasi, komisi, tanda terima kasih, atau apapun namanya dalam kaitannya dengan profesi sebagai konsultan. c. Bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau sebagai perantara; d. Bertindak sebagai juru bayar dan atau merekayasa pembayaranadministrasi atas nama UPK, LKMD, Tim Pengelola Kegiatan dan atau kelompok masyarakat; e. Membantu dan atau menyalahgunakan dana PNPM Mandiri Perdesaan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan atau kelompok; f. Meminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan dengan alasan apapun baik atas nama pribadi, keluarga dan atau kelompok; Universitas Sumatera Utara g. Memalsukan arsiptandatanganlaporan baik secara langsung maupun tidak langsung yang merugikan masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan; h. Dengan sengaja mengurangi kualitas dan atau kuantitas pekerjaan; i. Dengan sengaja atau tidak sengaja membiarkan, tidak melaporkan dan atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi. Fasilitator di Kecamatan Tarutung ada dua orang, yang salah satu fasilitator memiliki kemampuan di bidang teknik. Kemudian ada juga satu orang fasilitator yang disebut sebagai pendamping lokal, yang berasal dari anggota masyarakat Kecamatan Tarutung. Fasilitator Kecamatan bertindak sebagai pendamping masyarakat di tingkat kecamatan untuk mencapai tujuan PNPM-MP yaitu keberdayaan dan kemandirian masyarakat, namun peranan fasilitator teknik ada kelebihan di bidang teknisi karena memang dibutuhkan dan diharapkan membantu masyarakat melakukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pembangunan prasarana desa. Oleh karena itu, untuk melakukan tugas tersebut, seorang fasilitator teknik harus memiliki tiga macam keterampilan, yaitu: a. Keterampilan untuk memberdayakan masyarakat, termasuk peningkatan kapasitas dan manajerial. Hal ini termasuk keterampilan untuk menerapkan prosedur dan metode yang mendorong peningkatan pemberdayaan masyarakat maupun tingkat pengalihan ilmu, sesuai dengan uraian tugas. Universitas Sumatera Utara b. Keterampilan teknis, termasuk keterampilan dalam bidang teknis sipil yang umum maupun keterampilan dalam pembangunan jenis prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. c. Keterampilan untuk menilai dan meningkatkan kemandirian teknis. Pada saat pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tarutung, masyarakat difasilitasi dan dipandu oleh fasilitator. Fasilitator selayaknya harus benar-benar mendampingi masyarakat di tiap tahapan pelaksanaan program yaitu mulai tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Fasilitator di tingkat kecamatan juga berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku- pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di kecamatan, desa dan kelurahan. Oleh karena itu, fasilitator juga mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk mampu menjalankan peranan dengan tepat dan maksimal. Fasilitator kecamatan juga senantiasa mendapat bimbingan dari fasilitator yang ada di kabupaten. Peranan fasilitator sebagai agen perubahan menuju masyarakat yang partisipatif di Kecamatan Tarutung di analisis sebagai berikut: 1 Memberi motivasi atau semangat Salah satu peranan yang sangat diharapkan dari fasilitator adalah untuk memampukan masyarakat, memberi motivasi dan semangat yang dapat membangkitkan keinginan masyarakat untuk bertindak. Fasilitator bukanlah seorang yang hanya mampu melaksanakan seluruh tugas dan kegiatan oleh dirinya sendiri, tetapi sebaliknya, masyarakatlah yang dimampukannya dengan motivasi yang lebih Universitas Sumatera Utara baik, sehingga mau lebih aktif terlibat dalam proses perubahan di kelompok masyarakat tersebut. Hasil wawancara kepada fasilitator kecamatan menyatakan sebagai berikut: ”kami sebagai fasilitator benar-benar harus mengenal masyarakat dengan baik, dekat dengan masyarakat, kami mencari cara bagaimana agar masyarakat bisa termotivasi karena sebenarnya mereka memiliki kemampuan untuk bisa meningkatkan taraf kesejahteraan mereka dan kemajuan desa mereka. Pada awalnya memang kami sedikit kesulitan, apalagi ketika kami dengan warga, belum saling mengenal dengan baik. Kami harus senantiasa mencari pendekatan-pendekatan yang baik untuk bisa menyampaikan pentingnya partisipasi mereka untuk pembangunan. Karena itu kami sangat membutuhkan bantuan dari kepala desa dan tokoh masyarakat untuk bisa mendekatkan diri dengan masyarakat dan menyampaikan kabar baik tentang program pemberdayaan”. Peran pekerja sosial dalam memberi semangat ini berupa adanya kemampuan menginspirasi, mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakkan dan memotivasi masyarakat desa untuk melakukan suatu tindakan, utamanya untuk bergerak memperbaiki kesejahteraan hidup mereka melalui pemanfaatan potensi yang mereka miliki. Menjadi fasilitator bukanlah menjadi seorang yang melakukan segala hal oleh dirinya sendiri, melainkan mampu membuat orang lain terlibat dalam proses memampukan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini Fasilitator Kecamatan Tarutung selalu berusaha di setiap kesempatan membagikan optimisme yang cukup berarti bagi masyarakat di Kecamatan Tarutung. Salah seorang masyarakat dari Desa Parbaju Tonga bapak MH mengatakan sebagai berikut: ”kami sangat senang apabila fasilitator kecamatan datang ke desa kami memberikan sosialisasi mengenai PNPM Mandiri Perdesaan yang sekarang sedang gencar dilaksanakan. Mereka memberikan semangat bagi kami untuk Universitas Sumatera Utara membangun desa kami. Mereka memang tidak sering datang ke desa, seandainya mereka menyediakan waktu yang lebih untuk sering berkunjung ke desa kami, akan sangat berarti bagi kami masyarakat desa”. Wawancara terhadap salah seorang masyarakat Desa Parbaju Tonga tersebut memberikan gambaran bahwa masyarakat memiliki antusiasme dan semangat akan program yang mampu membawa perubahan terhadap ketidakberdayaan yang mereka alami selama ini. Ada harapan yang besar akan perubahan melalui PNPM-MP ini. Dan mereka mengapresiasi para fasilitator yang berperan memberikan motivasi dan dukungan bagi mereka. Mereka masyarakat miskin sebenarnya mampu untuk berkarya demi peningkatan kesejahteraan mereka. Motivasi yang didapat dari fasilitator kecamatan dapat memberi semangat bagi masyarakat desa di Kecamatan Tarutung. Namun jumlah fasilitator yang terbatas mengelilingi semua desa-desa, menjadi kendala bagi pelaksanaan peranan tersebut. Padahal pemberian motivasi selayaknya dilakukan terus menerus, dan seluruh masyarakat desa mendapatkan motivasi agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dimana semangat masyarakat terus meningkat Maka sebagai fasilitator yang siap bekerja bagi masyarakat memang harus memberikan pengabdian untuk menyediakan waktunya kapanpun bagi keberdayaan masyarakat. Ada komitmen yang kuat mengenai ide pengembangan masyarakat sebagai tujuan dari pekerjaannya. Melalui peranan fasilitator sebagai motivator masyarakat di Kecamatan Tarutung, maka mereka akan mampu menggerakkan dan Universitas Sumatera Utara melakukan perubahan terhadap keterampilan dan pengetahuan dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Pada tataran implementasi, memang sisi keterampilan lah yang lebih dominan agar fasilitator menjadi motivator yang optimal. Hasil dari motivasi yang diberikan kepada masyarakat adalah munculnya partisipasi seluruh masyarakat untuk ikut membangun diri mereka sendiri. Dengan mendongkrak motivasi dari setiap warga masyarakat, maka semua merasa ikut memikirkan, berperan dan berpartisipasi disegala sisi pemberdayaan, membangkitkan kesadaran, komitmen dan kemauan bahkan kemampuan sampai pada akhirnya kondisi tersebut juga mendorong mereka untuk ikut memotivasi orang lain juga. 2 Sebagai mediator Konflik merupakan sesuatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. Berbagai konflik kepentingan sering terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk memediasi berbagai kepentingan masyarakat tersebut, fasilitator kecamatan, sebagai pekerja sosial, harus mampu memainkan peranan sebagai mediator. Fasilitator selayaknya memiliki keterampilan untuk mendengar dan memahami kedua belah pihak yang berkonflik di dalam masyarakat. Mampu merefleksikan berbagai pandangan dari masing-masing pihak sehingga mereka menghormati legitimasi pandangan orang lain, serta untuk membantu masyarakat mencari area-area yang bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu mereka Universitas Sumatera Utara membuat konsensus. Pekerjaan untuk berada di posisi netral ini tidaklah mudah, apalagi kalau seorang pekerja sosial tersebut dikenal sebagai seorang yang berdiri pada satu sisi atau dikenal mengekspresikan satu pandangan tertentu. Apalagi jika permasalahannya adalah menyangkut hak asasi manusia dan keadilan sosial. Dalam permasalahan seperti ini, pekerja masyarakat masih bisa melakukan negosiasi. Berbagai permasalahan mengenai pelaksanaan peran mediasi dialami oleh fasilitator di Kecamatan Tarutung. Salah satunya yang mereka hadapi adalah ketika pihak yang ingin dimediasi merupakan masyarakat dengan pemerintah daerah mereka sendiri. Seperti permasalahan yang diungkapkan oleh Fasilitator Kecamatan Tarutung sebagai berikut: “kami sebenarnya sering mengalami kesulitan dan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan PNPM ini. Sebagai contoh ketika kami sudah mendapatkan tekad yang kuat dari masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan PNPM-MP, kami malah harus menghadapi kepala desanya yang enggan untuk menyetujui karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh Kepala Desa tentang manfaat yang begitu besar dari PNPM-MP ini bagi masyarakat. Kepala desa tersebut beranggapan program tersebut memiliki tahapan yang terlalu panjang yang wajib dilalui dan hal tersebut menurut mereka cukup membuang tenaga dan waktu yang panjang, selain itu kepala desa pesimis akan kemampuan masyarakatnya. Padalah di pihak masyarakat sendiri sudah ada semangat untuk melaksanakan PNPM-MP”. Pernyataan tersebut juga didukung oleh apa yang diungkapkan Camat Tarutung yang menyatakan sebagai berikut: “peran mediasi memang menjadi sulit bagi fasilitator, apalagi kalau sudah berhadapan dengan kepala desa, karena kami sendiri pun kadang susah mengintervensi kepala desa, dan tidak dipungkiri kalau kepala desa sudah lebih mengenal baik masyarakat di desanya. Namun hal ini lah yang menjadi tugas penting bagi kita bersama untuk menyamakan persepsi, karena bagaimanapun juga, tujuan PNPM ini adalah demi kesejahteraan masyarakat juga kita juga. Itu harus kita perjuangkan...”. Universitas Sumatera Utara Fasilitator menjumpai beberapa kepala desa yang memang menyatakan tidak mau ikut berpartisipasi dalam PNPM-MP. Disisi lain masyarakat di desa itu justru ingin ikut berpartisipasi. Peranan mediasi dari fasilitator sering menjadi sangat sulit bahkan gagal mendapatkan kesepakatan apabila kepala desa memang tetap tidak ingin ikut berpartisipasi. Kepala desa tersebut menganggap pelaksanaan PNPM-MP cukup rumit dan merasa sangat tidak yakin dengan kemampuan masyarakat desanya untuk mampu mengikuti alur PNPM yang cukup rumit untuk dilaksanakan. Di dalam permasalahan tersebut fasilitator memang selayaknya mendukung semangat dari masyarakat dan program pemberdayaan. Untuk melakukan peran tersebut, fasilitator dalam melakukan negosiasi yang harus tetap mengingat prinsip-prinsip tanpa kekerasan, mengkritisi ide-ide untuk mengubah pandangan salah satu lawan, tanpa harus kehilangan mukanya. Pemberian informasi yang utuh serta pemahaman yang lebih baik tentang PNPM-MP dilakukan bukan hanya kepada masyarakat saja, melainkan juga sangat penting bagi kepala desa atau lurah beserta tokoh-tokoh masyarakat yang menjalankan pemerintahan. Bagaimanapun juga, sasaran PNPM-MP dan juga tujuan pemerintah daerah adalah sama, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat. Fasilitator memang harus memiliki keterampilan dalam mengintervensi sebuah isu tanpa harus berpihak pada satu sisi, mampu memisahkan berbagai isu pribadi, kemudian mencari letak konsensus demi membantu berbagai pihak bekerja sama tanpa harus kehilangan muka. Seorang fasilitator harus dapat berperan sebagai Universitas Sumatera Utara orang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok atau individu di masyarakat terjadi perbedaan kepentingan. Namun bukan berarti fasilitator yang mengambil keputusan, melainkan hanya perlu mengingatkan masyarakat, pemerintah daerah atau pihak-pihak tertentu tentang konsistensi terhadap berbagai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, atau menyesuaikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. 3 Memberi dukungan bagi masyarakat Dukungan fasilitator kepada masyarakat, didalam berbagai tindakan positif dan berbagai bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat didalam pelaksanaan PNPM-MP, mampu memberi dorongan dan semangat masyarakat tersebut untuk memberikan perhatian yang lebih baik lagi terhadap program yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat tersebut. Dukungan fasilitator dalam bentuk penghargaan terhadap kontribusi yang diberikan masyarakat, akan membangun dan mempertahankan kepercayaan diri dari masyarakat akan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadi fondasi atau basis bagi tujuan peningkatan partisipasi dan proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Peranan memberi dukungan kepada masyarakat berarti bahwa fasilitator memberi dorongan bagi masyarakat, bersedia memberi waktu dan kesempatan bagi masyarakat untuk membicarakan sesuatu dan menanyakan berbagai pertanyaan, kemudahan untuk bisa menemui fasilitator, bersedia untuk menyetujui masyarakat, Universitas Sumatera Utara dan cukup dapat diandalkan serta dipercaya sehingga masyarakat akan mengetahui bahwa seorang fasilitator dapat diandalkan pada saat yang dibutuhkan. Peranan ini dapat dilihat pada pelaksanaan tugas fasilitator di Kecamatan Tarutung. Fasilitator Teknik mengatakan sebagai berikut: “kami senantiasa mendukung masyarakat, karena itulah tanggung jawab kami sebagai fasilitator yang berpihak pada warga desa. sehari-haripun kami berusaha untuk ke lapangan berkeliling ke desa-desa, bertemu dengan masyarakat, untuk lebih mengenal dan dikenal oleh masyarakat, sekalian kami juga mengamati dan mempelajari berbagai persoalan yang ada, kami sangat senang apabila ada masyarakat yang ingin menyampaikan berbagai unek-unek kepada kami fasilitator, apalagi mengenai rencana pembangunan, yang selanjutnya dapat didiskusikan bersama untuk membangun desa tersebut”. Dukungan fasilitator dalam hal-hal yang sederhana pun sangat berarti bagi masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga masyarakat dari Desa Parbubu I sebagai berikut: “fasilitator kecamatan mendukung kami dalam berbagai kegiatan masyarakat. Seperti waktu mau melaksanakan rapat di desa, fasilitator memberikan perhatian terhadap persiapan yang kami lakukan untuk melaksanakan rapat, baik itu kesiapan tempat sampai ke penyajian kopi bagi masyarakat sewaktu rapat nantinya. Fasilitator juga mendukung berbagai ide dari kami, kami dihargai dalam memberikan pendapat saat rapat”. Fasilitator di Kecamatan Tarutung memberikan perhatian yang tinggi dalam hal pemberian dukungan bagi masyarakat. Memang sebelum terjun ke masyarakat, mereka mendapatkan pelatihan untuk bisa mengerti berbagai cara mendukung masyarakat dalam mencapai keberdayaan masyarakat. Melalui dukungan yang tulus Universitas Sumatera Utara yang diberikan oleh fasilitator kepada masyarakat desa di Kecamatan Tarutung akan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan partisipasi masyarakat. 4 Membangun konsensus bersama masyarakat Melaksanakan peranannya sebagai pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat, seorang fasilitator sering menghadapi berbagai konflik di dalam usaha pengembangan masyarakat. Sebenarnya sebisa mungkin konflik harus dihindari, dan sebuah konsensuslah yang diusahakan dalam perdebatan masyarakat. Di dalam konflik yang terjadi adalah berusaha mencapai sesuatu dengan mengorbankan pihak tertentu. Berbeda dengan pendekatan konflik tersebut, pendekatan melalui sebuah konsensus adalah mencari kesepakatan, bertujuan untuk mencapai solusi bagi seluruh kelompok atau masyarakat. Di dalam konsensus, masyarakat berkomitmen terhadap proses yang mencoba mencari solusi atau serangkaian kegiatan yang dapat diterima dan dimiliki oleh setiap orang. Proses ini memang lebih panjang dan memakan waktu lama, namun hasilnya akan memberikan basis yang lebih kuat untuk pengembangan masyarakat. Pada pelaksanaannya di Kecamatan Tarutung, masyarakat bersama pelaku pemberdayaan tidak jarang mengambil keputusan melalui pendekatan konflik. Membangun konsensus bersama masyarakat memang cukup rumit. Hasil wawancara kepada pendamping lokal Kecamatan Tarutung Bapak Siregar menyatakan: “kami selalu mengusahakan untuk bisa membangun konsensus bersama masyarakat dalam setiap kegiatan yang kami putuskan bersama untuk Universitas Sumatera Utara dilaksanakan di Desa kami. Namun memang tidak jarang juga keputusan yang kami ambil di dalam pembangunan desa adalah berdasarkan keputusan kepala desa nya sendiri, karena tidak jarang perdebatan dari masyarakat sulit untuk di satukan persepsinya, dan untuk membangun kesepakatan akan butuh waktu lama, kita sendiri pun tidak tahu sampai kapan tercapai kesepakatan. Jadi solusinya ya apa yang di usulkan oleh kepala desa saja yang dilaksanakan, untuk lebih mempermudah dan mempercepat pelaksanaan kegiatan”. Membangun konsensus berarti juga menyelami persoalan dan menemukan apa sebenarnya yang menjadi titik permasalahan untuk kemudian mencapai titik kenyamanan bagi setiap masyarakat terhadap hasil yang diperoleh. Hal ini memang memakan waktu yang cukup lama. Terkadang masyarakat sendiri juga tidak mau berlarut-larut dalam perdebatan, sehingga terkadang mereka menyerahkan keputusan pada pelaku pemberdayaan saja. Seperti diungkapkan oleh salah seorang warga masyarakat Desa Hutatoruan IV Ibu K Lumbantobing yang menyatakan sebagai berikut: “kalau ada perbedaan pendapat pada saat rapat yang kami laksanakan di kantor desa, kami jadinya menyerahkannya kepada kepala desa saja yang ambil keputusan, karena lama-lama berdebat juga takut tidak ada kesepakatan. Walaupun sebenarnya kami masih ingin ide kami yang diterima oleh semua pihak.” Peranan membangun konsensus ini sebenarnya perluasan dari peran mediasi yang telah disebutkan sebelumnya sebagai peranan dari fasilitator. Sebuah kesepakatan tidak berarti setiap orang harus setuju terhadap segala hal apalagi dalam suatu situasi adanya perbedaan pendapat. Lebih dari itu, sebuah konsensus mewakili suatu persetujuan atas tujuan dari tindakan, yang setiap orang telah ditentukan akan Universitas Sumatera Utara menjadi bagian yang terbaik dengan memperhatikan dan menghormati perbedaan pandangan dalam sebuah kelompok. Maka dengan melihat permasalahan tersebut, memang dibutuhkan kepiawaian dan kecerdasan seorang fasilitator untuk menemukan titik-titik kesepakatan di antara masyarakat dengan waktu yang lebih cepat dan tepat, sehingga konsensus yang dihasilkan dari kesepakatan bersama masyarakat dapat dicapai. Dengan adanya kesepakatan bersama, maka pembangunan akan lebih mengundang partisipasi aktif dari masyarakat desa yang mampu mengembangkan kemampuan masyarakat. Pada akhirnya pembangunan pun berjalan secara berkelanjutan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak. 5 Fasilitasi kelompok Fasilitator dituntut memiliki keterampilan yang luas dalam hal fasilitasi kelompok. Menurut Ife dan Tesoriero, keterampilan tersebut antara lain: a. Mengamati dan sadar terhadap dinamika kelompok b. Sadar terhadap berbagai faktor budaya dan jender yang bisa merintangi beberapa orang dari berpartisipasi secara penuh c. Memahami pentingnya lingkungan fisik seperti dimana duduk, menyusun kursi-kursi dan meja, tempat duduk yang nyaman, kendali temperatur yang memadai Universitas Sumatera Utara d. Berbicara dalam sebuah kelompok untuk memperoleh perhatian orang- orang e. Menyediakan leadership, ketika dibutuhkan, dalam memudahkan proses kelompok f. Mendorong orang lain untuk mengambil peran leadership dan fasilitasi g. Memasukkan semua partisipan ke dalam sebuah diskusi, dengan mendorong orang yang berbicara sedikit agar berperan serta, dan mengendalikan orang yang berbicara banyak h. Menafsirkan dan menggambarkan apa yang telah dikatakan sehingga semua anggota kelompok dapat memahaminya i. Membantu sebuah kelompok bergerak menuju konsensus j. Sebelumnya mempersiapkan untuk sebuah pertemuan, dan membantu orang lain melakukan hal yang sama k. Mengambil peran sebagai orang yang mengadakan rapat formal atau pemimpin rapat l. Membantu persiapan orang lain untuk memerankan orang yang mengadakan rapat atau pemimpin rapat m. Menyusun sebuah agenda, dengan berkonsultasi pada para anggota kelompok yang lain n. Menjaga waktu, atau beberapa orang lainnya merekam pada waktu yang tepat Universitas Sumatera Utara o. Menjaga sebuah pertemuan tepat pada waktunya p. Mencegah sebuah kelompok agar tidak keluar jalur q. Mencegah sebuah kelompok dari perpecahan r. Mengendalikan ketidakpercayaan s. Mengetahui berbagai peraturan prosedur pertemuan formal, dan mampu menentukan saat atau jika hal itu pantas mempergunakannya biasanya hal ini tidak penting, namun terkadang hal itu sangat penting t. Membingkai berbagai resolusi formal u. Menafsirkan sebuah konstitusi v. Menggunakan humor untuk mengurangi ketegangan dan membangun solidaritas. Keterampilan tersebut di atas menjadi keahlian yang seharusnya ada pada seorang fasilitator untuk dapat melaksanakan peran fasilitasi masyarakat. Secara sederhana seorang fasilitator bisa saja mempersiapkan sebuah rapat baik dia sebagai ketua, pemimpin rapat ataupun anggota rapat di dalam masyarakat. Hal ini seperti yang dilaksanakan oleh fasilitator di Kecamatan Tarutung, sesuai dengan hasil wawancara kepada salah seorang warga Desa Aeksiansimun, Bapak D Simangunsong yang menyatakan sebagai berikut: “fasilitator kami memang aktif memperhatikan apa yang perlu dipersiapkan apabila ada pertemuan di desa. Selain itu kami sering dibantu ketika kami kurang mengerti tentang pelaksanaan proyek pembangunan. Kalau kami lagi meminta bantuan kepada mereka untuk mengajari kami dalam membuat rencana pembangunan desa ataupun menyusun laporan, tinggal menghubungi Universitas Sumatera Utara mereka ataupun mendatangi mereka di kantor UPK, maka mereka akan selalu bersedia mengajari kami”. Selanjutnya hasil wawancara kepada Fasilitator Kecamatan Tarutung, Ibu Meriwati Ginting yaitu: “kami sebagai fasilitator bertugas untuk memfasilitasi masyarakat, bagaimana agar masyarakat selalu mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan berbagai kegiatannya sehingga memberikan partisipasi dalam pembangunan. Sebisa mungkin kami menjaga kelancaran aktivitas masyarakat, sehingga masyarakat pun bersemangat untuk memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan”. Namun berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Ketua UPK Kecamatan Tarutung yang menyatakan sebagai berikut: “sebenarnya kalau memfasilitasi masyarakat itu memang kami lakukan, namun kami sangat sering menjumpai masyarakat yang benar-benar merasa kesulitan dalam mengerjakan hal-hal di bidang administrasi, mereka malah meminta tolong kepada kami untuk mengerjakan banyak hal yang seharusnya menjadi tugas mereka.. kami sudah mengajari mereka, namun tetap mereka merasa tidak mampu, akhirnya kami yang mengerjakan, kalau begini terus kapan mereka akan bisa mengerjakannya sendiri...”. Pada permasalahan tersebut, menjadi perlu melakukan pelatihan yang maksimal kepada masyarakat untuk mendapatkan keterampilan yang lebih baik lagi. Disinilah poin penting pemberdayaan tersebut, masyarakat sebisa mungkin mendapatkan pelatihan dan pendidikan, baik mengenai berbagai bidang ilmu pengetahuan, tentang administrasi atau berbagai keterampilan lainnya. Namun tetap mengingat bahwa peranan fasilitasi dari fasilitator tidak dapat berlangsung sampai selamanya, seharusnya peranan fasilitasi semakin menurun sejalan dengan Universitas Sumatera Utara meningkatnya keberdayaan masyarakat. Dengan demikian, fasilitator harus lebih memanfaatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dengan maksimal di dalam aktivitas kelompok masyarakat, dengan tujuan membantu masyarakat untuk mampu menolong diri mereka sendiri. 6 Melakukan pemanfaatan sumber daya Sebenarnya masih banyak sumber daya yang belum dipergunakan atau belum dimanfaatkan secara maksimal, jika digali lagi, masyarakat masih terdapat banyak potensi yang berupa keterampilan dan keahlian penduduk tanpa disadari oleh kebanyakan orang-orang. Maka menjadi peran yang penting bagi seorang fasilitator masyarakat untuk menggali dan menemukan berbagai sumber daya tersebut serta membantu penduduk untuk melihat bagaimana potensi mereka dapat dimanfaatkan. Namun tidak jarang dijumpai adanya kelompok masyarakat yang memanfaatkan sumber daya dari luar komunitas mereka, karena menganggap kemampuan dari sumber daya luar lebih baik. Seperti diungkapkan oleh Kepala Desa Parbaju Tonga sebagai berikut: “dalam pelaksanaan PNPM, kami mengalami kendala ketika mencari warga yang mampu mengelola keuangan atau jadi bendahara di dalam kepengurusan TPK di desa. Sebelumnya ada warga yang dipilih untuk bendahara ternyata belum mampu. Sehingga kegiatan menjadi terkendala, karena itu kami mengajak seorang warga yang mengerti keuangan, namun dia adalah warga desa tetangga. Hal ini terpaksa kami lakukan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan”. Universitas Sumatera Utara Maka menjadi penting bagi seorang fasilitator untuk memiliki pemahaman yang baik mengenai sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat misalnya dalam hal keuangan, keahlian, pengetahuan mengenai material atau baha-bahan bangunan, produk-produk masyarakat, fasilitas dalam masyarakat, ataupun pekerja sukarela. Hasil wawancara kepada Fasilitator Kecamatan Tarutung mengatakan sebagai berikut: “peranan menggali sumber daya ini memang tidaklah mudah, kami senantiasa harus membuat daftar keterampilan yang ada di dalam masyarakat, mengamati berbagai potensi yang ada di tengah-tengah masyarakat namun belum dimanfaatkan dengan baik. Sebenarnya para pemuda-pemuda yang di desa, mereka termasuk asset yang berharga yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya manusia yang handal yang mampu menjadi generasi penerus handal dan memajukan desa, dengan membekali mereka lewat pelatihan yang lebih maksimal lagi untuk menggali potensi mereka...”. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan dan penggalian potensi dan sumber daya yang ada di dalam masyarakat. Potensi yang tergali di dalam masyarakat dan dikembangkan atau diberdayakan, maka akan mampu sebagai solusi terhadap permasalahan ketidakberdayaan dan kemiskinan masyarakat. Apabila seorang fasilitator yang bekerja di tengah-tengah masyarakat, mampu menggali potensi masyarakat bersama- sama dengan masyarakat desa, akan memberikan modal yang berarti bagi masyarakat untuk ikut membangun di desanya. Dengan dimanfaatkannya potensi desa dan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, secara otomatis partisipasi masyarakat akan meningkat di dalam melaksanakan pembangunan. Universitas Sumatera Utara 7 Mengorganisasi Peranan mengorganisasi ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas tanpa harus melakukannya seorang diri dan memastikan semuanya terlaksana dengan baik. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Fasilitator Kecamatan Tarutung yaitu sebagai berikut: “peranan kami didalam pelaksanaan PNPM-MP ini tidak terlepas dari peran mengorganisasi. Kami harus mampu membagi tugas kepada pihak-pihak di dalam komunitas masyarakat, agar pekerjaan pengembangan masyarakat dapat dilaksanakan dengan lebih mudah, cepat dan berjalan lancar”. Pada proses pengembangan masyarakat, tentunya akan lebih baik membantu orang lain untuk mengemban berbagai tanggung jawab secara bersama, dengan memberikan dukungan yang tepat, anjuran, berbagai peringatan yang bijaksana dan sebagainya. Fasilitator harus memiliki keterampilan mengorganisasi kegiatan masyarakat di dalam proses pelaksanaan PNPM-MP di Kecamatan Tarutung. Selama pelaksanaan PNPM-MP di Kecamatan Tarutung, ada berbagai kegiatan atau tahapan yang dilalui oleh masyarakat dan pelaku pemberdayaan. Kegiatan tersebut seperti pertemuan-pertemuan, Musyawarah Antar Desa, Musyawarah Desa, Rapat Koordinasi dengan para pelaku pemberdayaan, sosialisasi dan berbagai pelatihan masyarakat. Fasilitator tidak bekerja sendiri di dalam melaksanakan semua kegiatan tersebut. Peran mengorganisasi dilaksanakan dengan mengajak semua pihak bekerja mempersiapkan segala sesuatunya sehingga berjalan Universitas Sumatera Utara dengan baik dan lancar. Senada dengan hal tersebut, seorang KPM dari Desa Parbubu Pea menyatakan: ”pertemuan yang kami laksanakan di desa kami, selalu dapat terorganisir dengan baik berkat bantuan dari fasilitator kecamatan. Kalau kami mau musyawarah, sehari sebelum mulai rapat, fasilitator kecamatan mengecek segala sesuatu yang diperlukan supaya pertemuan berjalan lancar. Kami pun langsung dibagi tugas, ada yang melakukan koordinasi dengan kepala desa, mempersiapkan ruang rapat, minuman rapat, sampai ke dokumen dan agenda rapat yang akan disajikan. Fasilitator kami mengorganisir dengan baik.” Kemampuan fasilitator untuk mengorganisasi kegiatan pengembangan masyarakat, dilakukan dengan membantu kelompok untuk bersama-sama mencapai tujuan yang diharapkan serta mampu menciptakan suatu pelembagaan masyarakat dalam kelompok yang solid, dengan begitu partisipasi masyarakat akan meningkat karena merasa menjadi bagian penting dari suatu komunitas. 8 Komunikasi pribadi Seorang fasilitator harus memahami berbagai macam jenis kekuatan yang ada di dalam masyarakat baik itu antar individu, keluarga, kelompok, organisasi sosial dan komunitas. Untuk mendapatkan data yang akurat, fasilitator selayaknya memiliki komunikasi pribadi yang baik dan dekat dengan masyarakat. Kehidupan masyarakat di desa adalah suatu bentuk kehidupan yang mencerminkan kebersamaan, bukanlah suatu kehidupan individual atau perorangan. Oleh karena itu seorang fasilitator selayaknya bisa masuk di dalam kebersamaan tersebut. Seorang fasilitator bekerja di Universitas Sumatera Utara tengah-tengah masyarakat, hal ini berarti bertanggung jawab untuk turut andil dalam membangun masyarakat itu. Fasilitator yang menghabiskan banyak waktu dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan penduduk setempat harus mampu menunjukkan rasa akrab dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyrakat. Dalam berkomunikasi memerlukan kapasitas untuk Ife dan Tesoriero, 2008: a. Mengajukan suatu komunikasi atau percakapan b. Menyimpulkan suatu komunikasi atau percakapan c. Menciptakan dan memelihara suatu atmosfir kepercayaan dan dukungan secara bersamaan d. Menjaga suatu percakapan terpusat dan terarah, ketika dibutuhkan e. Sadar terhadap pentingnya lingkungan fisik dari sebuah komunikasi pribadi seperti posisi kursi-kursi, lokasi formal atau tidak formal dan menyusun hal tersebut dengan sesuai f. Mendengarkan dengan hati-hati g. Memahami dan menafsirkan apa yang dikatakan h. Membuat orang lain merasa nyaman i. Menganjurkan orang lain untuk bercermin pada berbagai implikasi dari apa yang telah didiskusikan j. Menyatakan dengan jelas pesan seseorang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami Universitas Sumatera Utara k. Membuat berbagai saran dalam sebuah cara yang akan ditanggapi oleh mereka dengan serius l. Memastikan bahwa sebuah interaksi merupakan sebuah dialog murni daripada sebuah permainan kekuasaan dan kontrol m. Sadar terhadap berbagai perbedaan budaya dan sensitivitas dalam berbagai pola komunikasi baik verbal maupun non-verbal n. Menggunakan bahasa tubuh untuk mendorong komunikasi o. Sadar terhadap berbagai desakan dan prioritas waktu pribadi orang lain. Agar seorang fasilitator bisa memiliki keterampilan tersebut memang dibutuhkan suatu pelatihan agar mampu melaksanakan peran komunikasi pribadi fasilitator dengan masyarakat. Hasil wawancara kepada Fasilitator Kecamatan Tarutung menyatakan: ”kami sering mendapatkan arahan dari faslitator kabupaten, untuk bisa berkomunikasi baik dengan masyarakat desa, hal itu sangat kami butuhkan untuk bisa dekat dengan masyarakat, dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat, dengan itu masyarakat nyaman bekerja dengan kami, sehingga masyarakat lebih terbuka untuk mebicarakan berbagai permasalahan di desa mereka”. Namun terkadang masih ditemukan kendala terkait komunikasi pribadi yang dilakukan oleh fasilitator terhadap masyarakat di Kecamatan Tarutung. Ilmu yang didapatkan selama pelatihan memberikan pengetahuan yang luas, dengan perbendaharaan kata dan kalimat yang cukup rumit, bahasa akademis dengan intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, terkadang kelebihan tersebut menjadi Universitas Sumatera Utara kendala didalam melakukan komunikasi pribadi dengan masyarakat. Banyak istilah- istilah pada program pemberdayaan, yang menggunakan bahasa yang asing bagi masyarakat lokal. Istilah-istilah asing tersebut sering sekali tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sederhana yang lebih mudah mengena dan dimengerti dengan baik oleh masyarakat setempat. Hal ini menjadi kendala bagi komunikasi yang lebih baik dan berkualitas antara fasilitator dengan masyarakat, akibatnya informasi yang disampaikan menjadi tidak efektif. Hasil wawancara kepada salah seorang warga Desa Parbubupea menyatakan sebagai berikut: ”kami sebenarnya mengalami kesulitan apabila fasilitator kami di dalam menyampaikan informasi menggunakan istilah-istilah asing. Kami tidak mengerti. Maunya fasilitator menggunakan bahasa sederhana saja, apalagi kalau pakai bahasa Batak, sebagai bahasa kami sehari-harinya kami pasti lebih paham lagi, disamping itu kami merasa nyaman” Supaya komunikasi antara fasilitator efektif, memang menjadi pilihan paling baik bagi fasilitator untuk menggunakan bahasa daerah yang sehari-hari dipergunakan dan dimengerti baik oleh masyarakat setempat. Memakai bahasa nasional juga harus lebih memilih kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Dengan begitu, komunikasi pribadi antara fasilitator dengan masyarakat akan berjalan baik, dan menjalin kedekatan bagi mereka. Universitas Sumatera Utara

4.3.1.2. Peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76