Simplex Basadur Model Pembelajaran Simpex Basadur.

 Taking action pengambilan tindakan Pada tahap selanjutnya semua solusi unik yang telah didapatkan diimplementasikan dalam permasalahan. Idealnya harus melibatkan tindak lanjut untuk merefleksikan dan mengevaluasi ide yang telah didapatkan. Ini memfasilitasi proses perbaikan dalam pemecahan masalah yang terus menerus yang mengarah kepada sebuah perbaikan dalam memunculkan ide pada langkah sebelumnya atau kembali ke langkah awal. Langkah-langkah dalam pemecahan masalah Simplex Basadur menggambarkan empat tahapan proses kreatif dengan kombinasi yang berbeda mulai dari membangun pengetahuan, dan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki yaitu generating, conceptualizing, optimizing dan implementation. 36 Generating dan conceptualizing menggambarkan setiap individu dapat membangun pengetahuan melalui permasalahan dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk memunculkan ide. Optimizing dan implementation menunjukkan seseorang memilih dan mengevaluasi solusi yang didapatkan serta mengadaptasikan metodenya untuk memecahkan masalah. Melalui proses pembelajaran, tersebut, siswa dapat memperkuat teknik-teknik kreatif mereka dan belajar menerapkannya dalam situasi-situasi yang baru. Kelebihan pembelajaran menggunakan model Simplex Basadur sama halnya dengan kelebihan pada pembelajaran creative problem solving diantaranya: 37 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan. 2. Membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. 3. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa karna disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberikan kebebasan siswa untuk mencari arah penyelesaiannya sendiri. 36 Claudette M. Peterson, op cit. h. 37-38. 37 Miftaul Huda, op cit. h. 320. 4. Membantu siswa menerapan pengetahuan yang dimilikinya kedalam situasi baru. Model pembelajaran Simplex Basadur mengembangkan dua aspek kognitif siswa dalam pembelajaran yaitu 38 1. Pemahaman yaitu bagaimana siswa membangun sebuah pengetahuan. Aspek ini didapatkan dari memahami masalah secara langsung. 2. Penggunaan yaitu memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya dengan berpikir divergen untuk memunculkan ide di awal dan mengevaluasinya di akhir. Langkah-langkah pembelajaran Simplex Basadur ini hampir sama dengan langkah-langkah creative problem solving Osborn, yaitu memformulasikan masalah, mencari ide dan mencari solusi, namun terdapat perbedaan tahapan dalam memahami masalah dan solusi. Perbedaan dalam Simplex terlihat pada langkah ke-lima dan ke-delapan yaitu evaluate and select dan taking action yang tidak terdapat pada creative problem solving Osborn. Tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dalam satu kali langkah pengerjaan. Hasil jawaban yang tidak bisa didapatkan pada langkah taking action, maka tahap penyelesaian masalah dapat kembali ke tahap yang diperkirakan terjadi kesalahan. Untuk itu proses pemecahan masalah dalam Simplex Basadur terlihat seperti sebuah siklus yang mengandung empat proses kreatif yaitu generating, conceptualizing, optimizing dan implementation. Skema dari proses penyelesaian masalah Simplex Basadur dapat di lihat pada gambar berikut : Gambar 2.1 Skema proses pembelajaran Simplex Basadur 38 Deepa Kajal Ray, “ Impact Of Group Member Creative Style On Creative Problem Solving Process ” . Thesis of Oklahoma State University, 2007, h. 15. Memiliki Solusi Gagal Berhasil Problem formulation Solution formulation Solution implementation Stop Secara operasional, langkah-langkah pembelajaran Simplex Basadur pada penelitian ini menggunakan tiga fase yaitu Problem Formulation, Solution Formulation dan Solution Implementation, tetapi mengandung ke-delapan langkah-langkah dalam proses penyelesaian masalah. Berdasarkan pemaparan di atas, dirumuskan model pembelajaran Simplex Basadur yaitu suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan proses pengajaran pada keterampilan siswa untuk memunculkan ide atau gagasan dalam memformulaskan masalah, solusi, dan implementasinya dalam pemecahan masalah, dengan tahapan di dalam proses pembelajarannya sebagai berikut: 1 Memformulasikan masalah Problem formulation o Membaca seluruh soal yang telah diberikan untuk dapat memahami permasalahan, dan mengidentifikasi permasalahan o Mendaftar semua fakta yang diketahui dari permasalahan. o Membrainstroming siswa dalam mendefinisikan masalah. 2 Memformulasikan solusi Solution formulation o Siswa aktif membuat dan menemukan ide untuk pemecahan masalah. o Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. o Memilih dan mengevaluasi strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. o Memutuskan satu alternatif penyelesaian masalah. 3 Mengimplementasikan solusi Solution implementation o Merencanakan solusi yang akan diimplmentasikan. dan menginformasikan hasil penyelesaian ke dalam kelompok lain. o Menyimpulkan hasil pemecahan masalah unik. o Mengimplementasikan solusi tersebut untuk masalah lain.

3. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan seheri-hari oleh seorang guru di sekolah. Pembelajaran yang diterapkan di sekolah tempat di laksanakan penelitian ini adalah strategi pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori merupakan salah satu matode yang sering digunakan oleh guru-guru di sekolah. Dalam prakteknya, strategi pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses penyampaian materi secara lisan dari seorang guru kepada siswa dengan tujuan agar siswa menguasai materi secara optimal. 39 Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada guru teacher centered approach, yang berfokus kepada kemampuan akademik siswa. 40 Dikatakan demikian, sebab dalam pembelajaran ekspositori guru memegang peranan yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi secara terstruktur kepada siswa dengan harapan siswa dapat menguasai dengan baik. Jadi dalam pembelajaran ekspositori guru memberikan materi secara langsung kepada siswa, sedangkan siswa menyimak apa yang disampaikan guru tanpa harus mengeksplorasi dan menggali kemampuan dasar mereka. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran menggunakan strategi ekspositori tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran ekspositori yang diterapkan di dalam kelas dapat dirinci sebagai berikut 41 1. Persiapan Preparation, dalam hal ini guru mempersiapkan siswa dalam menerima pelajaran dengan membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa, kemudian merangsang rasa ingin tahu siswa. 2. Penyajian Presentation, dalam langkah ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang matang agar pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. 3. Korelasi Correlation, pada langkah ini guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau hal-hal yang memungkinkan siswa dapat mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. 4. Menyimpulkan Generalization, langkah ini adalah tahapan memahami inti dari materi pembelajaran dengan mengulang kembali inti materi yang 39 Wina Sanjaya, op. cit,. h. 179 40 Ibid. 41 Ibid., h.185-190. menjadi pokok persoalan atau memberikan pertanyaan yang relevan terkait materi yang disampaikan. 5. Mengaplikasikan Application, merupakan unjuk kemampuan siswa setelah menyimak penjelasan dari guru dengan memberikan tes kepada siswa. Ada beberapa kelemahan dalam strategi pembelajaran ekspositori diantaranya : 42 1. Strategi ini hanya dapat diterapkan kepada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. 2. Strategi ini tidak dapat melayani perbedaan karakteristik individu dalam hal kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar. 3. Strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah sehingga sulit mengembangkan kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kreatif siswa. 4. Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. 5. Gaya komunikasi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, sehingga kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa terhadap materi sangat terbatas dan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada apa yang disampaikan guru. Strategi pembelajaran ekspositori banyak digunakan guru dalam pembelajaran dikarenakan memiliki beberapa kelebihan yaitu sangat efektif jika diterapkan pada materi yang cukup luas, waktu yang sedikit tetapi jumlah dan ukuran kelas siswa yang cukup besar, serta bisa mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. 43 Pada intinya, pembelajaran ekspositori tidak hanya bertujuan mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi bagaimana pengetahuan yang didapatkan siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 42 Ibid., h. 191 43 Ibid., h. 190-191.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitia ini didukung oleh hasil penelitian yang terdahulu yang relevan sebgai bahan penguat. Penelitian Fery Ferdiyansyah, Erman suherman, Kartika yulianti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP”, menunjukkan bahwa hasil penelitiannya adalah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang pembelajarannya menggungkan model pembelajaran Osborn lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model tradisional. 44 Penelitian Moh. Asikin dan Pujiadi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving CPS Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas X ” menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajran matematika dengan model CPS berbantu CD interaktif lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajran dengan model konvensional dengan mean nilai kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 78,15 lebih baik dari kelas kontrol dengan mean 42,42. 45

C. Kerangka Berpikir

Salah satu masalah dalam proses pendidikan adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga siswa dalam pembelajaran khususnya pelajaran matematika hanya sebatas menghafal dan menggunakan rumus. Proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru mengakibakan siswa hanya pintar secara teori, tetapi kreativitas mereka rendah, sehingga banyak dari siswa 44 Fery Ferdiyansyah, Erman suherman, Kartika yulianti, “Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP ”, Jurnal Online Pendidikan Matematika Kontemporer, Vol.1, No.1, 2013, h.1. tersedia di http:journal.fpmipa.upi.eduindex.phpjopmkarticleview68 45 Moh. Asikin, Pujiadi, “Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving CPS Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas X ”, Jurnal of Education Research, Vol. 37, No. 1, 2008, h. tersedia di http:journal.unnes.ac.id index.phpLIKarticledownload514471

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa MI (penelitian quasi eksperimen di MI Miftahul Umam Pondok Labu Kelas 4 Semester 1)

0 13 203

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

1 14 53

Pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2 28 218