Pengertian berpikir Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan berpikir kreatif dengan cara pandang berbeda antara lain: Johnson yang mengatakan bahwa berpikir kreatif mengisyaratkan ketekunan, kedisiplinan seseorang yang melibatakan aktifitas- aktisitas mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan informasi- informasi baru atau ide yang tidak biasa dengan pikiran terbuka, membuat- hubungan-hubungan dan menerapkan imajinasi pada situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda. 12 Sama halnya dengan pendapat di atas, Krulik dan Rudnick menjelaskan berpikir kreatif merupakan pemikiran yang asli dan reflektif dengan melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menghasilkan produk yang baru. 13 Berpikir kreatif dalam matematika lebih mengarah kepada definisi berpikir kreatif secara umum tetapi lebih menekankan kepada proses memunculkan ide dari pada produk atau hasil. Penhoken mengemukakan bahwa berpikir kreatif matematik dapat diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi seseorang tetapi masih dalam kesadaran. 14 Berpikir logis dalam berpikir kreatif dipandang sebagai kemampuan seseorang dalam menarik dan memberikan kesimpulan yang sah sesuai logika dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang dimiliki. 15 Berpikir divergen dalam berpikir kreatif matematis menurut Munandar lebih mengarah kepada kemampuan seseorang berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. 16 Pengertian ini menunjukkan bahwa ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide, tetapi ide tersebut harus didasarkan kepada logika yang terarah dengan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 12 La Moma, “Menumbuhkan Kemapuan Berpikir Keatif Matematis Melalui Pembelajaran Generative Siswa SMP”, Prosiding Seminar Nasional Penddikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 10 November 2012, h. 506. 13 Tatag Yuli Eko op. cit. h. 21 14 Ibid. h. 20. 15 Ibid. h. 13 16 S.C Utami munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah Jakarta: Gramedia 1999 Cet ke 3. h. 48. Menurut Tall, berpikir kreatif matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan perkembangan berpikir pada struktur- struktur dengan memperhatikan aturan penalaran dan hubungan dari konsep- konsep yang dihasilkan untuk mengintegrasikan pokok penting dalam matematika. 17 Berbeda dengan pendapat di atas, Singh mengatakan bahwa berpikir kreatif metematik merupakan suatu proses dari perumusan hipotesis mengenai penyebab dan mempengaruhi dalam situasi matematis, menguji hipotesis, membuat modifikasi-modifikasi dan mengkomunikaskan hasil akhirnya. 18 Beberapa pendapat di atas mempunyai sebuah kesamaan pendapat yaitu kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari keragaman dan banyaknya ide yang dimunculkan dalam proses pemecahan masalah. Seorang siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, memunculkan suatu ide dan gagasan baru dalam memecahkan masalah matematika. Untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif metematis, terdapat beberapa ahli yang mengungkapkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif. Menurut Williams ciri-ciri seseorang memiliki kemampuan berpikir kreatif yaitu: 19 1. Kefasihan, yaitu kemampuan untu menghasilkan pemikiran gagasan atau pertanyan dalam jumlah yang banyak. 2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu pada jenis pemikiran lainya. 3. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak lazim dari pemikiran yang jelas diketahui. 4. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk menambah atau memperinci hal-hal yang detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi. 17 La Moma, op. cit. h. 509. 18 Ibid. 19 Tatag Yulio, op. cit. h.18 Berdasarkan kognisi dan proses berpikir, Munandar memperjelas beberapa karakteristik siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada proses pembelajaran yaitu : 20 1. Keterampilan berpikir lancar - Mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan. - Memberikan banyak saran untuk melakukan berbagai hal. - Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2. Keterampilan berpikir luwes - Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. - Dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda beda. - Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda – beda. - Mampu merubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3. Keterampilan berpikir orisinil. - Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. - Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. - Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian- bagian atau unsur. 4. Keterampilan memperinci. - Mampu mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan atau produk.. - Menambahkan atau memperinci detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Dari beberapa definisi di atas tentang kemampuan berpkir kreatif matematis yang dikemukakan para ahli, maka dapat dirumuskan definisi secara operasional bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan seseorang berpikir secara logis untuk menghasilkan gagasan atau ide dalam menyelesaikan suatu masalah matematika secara lancar, fleksibel dan orisinil. Dengan demikian berpikir kreatif matematis dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai proses berpikir secara logis yang menunjukan kemampuan siswa dalam : 20 S.C Utami munandar. op. cit.. h.88-89. o Berpikir lancar fluence yaitu kemampuan siswa untuk mengemukakan banyak ide atau gagasan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. o Berpikir fleksibel flexibility yaitu kemampuan siswa untuk menggunakan beberapa cara dalam menyajikan suatu penyelsaian soal matematika dengan konsep yang dipahaminya. o Berpikir orisinil original yaitu kemampuan siswa untuk membuat strategi yang bersifat unik atau yang tidak biasa dalam menyelesaikan masalah matematika.

2. Model Pembelajaran Simpex Basadur.

a. Masalah dan Pemecahan Masalah

Pembelajaran matematika di sekolah dasar maupun tingkat menengah tidak akan terlepas dengan masalah dan pemecahan masalah. Menurut Blum dan Niss masalah adalah “Situasi atau keadaan yang di dalamnya terdapat pertanyaan terbuka open question yang menantang seseorang secara inelektual ingin segera menjawab pertanyaan tersebut dengan metode yang dimilikinya”. 21 Suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah dalam matematika adalah soal yang mendorong siswa untuk melakukan proses berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa makna masalah dalam proses pembelajaran berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa mengetahui dengan tepat langkah dan rumus yang digunakan dalam menyelesaikannya, karena terlihat dengan jelas konsep hubungannya dengan yang telah dicontohkan pada latihan, sedangkan dalam masalah, siswa belum mengetahui langkah dan strategi apa yang harus digunakan untuk menyelsaikannya sehingga siswa merasa semangat dan tertantang untuk menggunakan segenap pemikirannya dalam memilih srategi pemecahan dan memprosesnya hingga didapatkan sebuah solusi. Untuk membedakannya masalah terbagi menjadi dua yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. 22 Soal rutin hanya mencakup aplikasi suatu prosedur 21 Eny Susiana, “IDEAL Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif: Vol.1, No.2, 2010, h.74. 22 Erman Suherman dkk, op. cit. h. 87 . matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari, sedangkan soal tidak rutin diperlukan suatu pemikiran kreatif dan produktif yang lebih mendalam untuk sampai pada prosedur yang benar, maka dalam menyelesaikan masalah tidak rutin tersebut diperlukan sebuah pembelajran pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian penting dalam kurikulum matematika karena dalam prosesnya memungkinkan siswa memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Gagne mengemukakan ada tujuh tingkatan tipe belajar dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi yaitu : signal learning, stimulus response learning, chaining verbal association, discrimination learning, concept learning, rule learning dan problem solving. 23 Teori belajar tersebut menjelaskan bahwa problem solving atau pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang yang paling tinggi dibandingkan tipe belajar yang lain. Dalam memecahkan suatu masalah keberhasilan merupakan tujuan yang ingin dicapai. Jika keberhasilan tersebut belum diraih, seseorang akan berusaha memunculkan ide dan cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut. Cooney et all menjelaskan bahwa: “the action by which a teacher encourages students to accept a challenging question and guides them in their resolution ”. 24 Ini menunjukkan bahwa pembelajaran pemecahan masalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan guru agar siswanya termotivasi untuk menerima tantangan yang terdapat pada soal dan guru mengarahkan siswa pada proses pemecahan masalahnya. Dengan demikian Pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk mendorong siswa berpikir secara kreatif untuk menemukan ide pemecahan masalah.

b. Creative Problem Solving.

Creative problem solving CPS berasal dari kata creative, problem dan solving. Creative artinya ide-ide baru dan unik dalam mengkreasi solusi serta mempunyai nilai dan relevan, problem artinya suatu situasi yang memberikan 23 Ibid, h. 83 24 Fadjar Shadiq, Kemahiran Matematika, DEPDIKNAS : 2009 h.4 tantangan, kesempatan, yang saling berkaitan, sedangkan solving artinya merencanakan suatu cara untuk menjawab dari suatu problem. 25 Dalam arti-arti kata tersebut menunjukan bahwa di dalam CPS terdapat sebuah proses penyelesaian masalah dengan memunculkan ide serta cara yang tidak biasa digunakan siswa dalam solusi penyelsaiannya. Menurut Karen L. Pepkin Model pembelajaran Creative Problem Solving CPS adalah “Suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan”. 26 Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan banyak alternatif pemecahan masalah untuk mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan menghapal tetapi tanpa dipikir secara spontan dengan teknik kreatif. Peran seorang pendidik dalam pembelajaran creative problem solving yaitu sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan bagi siswa dalam proses pembelajaran, sebagai motivator guru berperan memotivasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran, serta sebagai dinamisator guru memberikan rangsangan dalam mencari, menentukan, dan menentukan informasi dalam pemecahan masalah baik secara individu maupun secara kelompok. 27 Osborn yang pertama kali memperkenalkan struktur creative problem solving sebagai metode menyelsaikan masalah secara kreatif. Menurutnya creative problem solving terdiri dari enam langkah yaitu : Objective finding, Fact finding, Problem finding, Idea finding, Solution finding, dan Acceptance finding. 28 Ada beberapa ahli yang mengembangkan proses kreatif dalam pembelajaran pemecahan masalah. Salah satunya adalah Treffinger yang terdiri dari 3 tahap yaitu Understanding the problem yang terdiri dari menentukan 25 Mitchell E, Kowalik, Thomas, Creative Problem Solving, Genigraphics Inc: 1999, Cet ke-3, p. 4 26 .Isti Zaharah, “Meningkatkan Kemampuan Penjumlaan Bilangan 1-20 Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video Compact Disk Pada Anak Tunarwungu ”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Vol.1, No.2, 2012 h.204. 27 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009, h. 201 28 Miftaul Huda, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Yogyakarta :pustaka pelajar,2013 h. 298. tujuan, menggali data, dan merumuskan masalah. Generating idea, Planning for action yang terdiri dari mengembangkan sousi dan membangun penerimaan. 29 Selain itu Wallas juga mengemukakan langkah-langkah proses mengembangkan kreativitas yang meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. 30

c. Simplex Basadur

Dr. Min Basadur pada tahun 1994 memperkenalkan Simplex Model dalam bukunya “Simplex: a flight to creativity” sebagai salah satu model pemecahan masalah kreatif yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan keterampilan proses dalam memecahkan masalah. Simplex Basadur merupakan pengembangan dan elaborasi dari model Creative Problem Solving yang dikemukakan oleh Osborn. Menurut definisi : Basadur’s simplex model is a cyclic process in three distinct phase and eight steps. In each step, there is a moment for active divergence, when individuals or groups produce as many ideas or options they can find. 31 Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa Basadur Simplex adalah proses siklus dalam tiga tahap yang berbeda yang terperinci dalam delapan langkah. Dalam setiap langkah terdapat kegiatan yang menuntut siswa aktif berpikir divergen, ketika individu atau kelompok menghasilkan banyak ide atau pilihan yang mereka dapat temukan. Menurut Stenberg pemecahan masalah terlihat sebagai sebuah siklus karna pada dasarnya solusi dari suatu masalah akan mengenalkan pada masalah yang baru. 32 Tahapan dalam pembelajaran Simplex Basadur memperlihatkan proses cirkular dengan langkah yang sistematis dan kreatif dalam menerapkan solusi permasalahan. Dalam setiap langkah pemecahan masalah Simplex Basadur memiliki tujuan untuk menutun siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan berpikir 29 Ibid., h. 318-319. 30 Utami Munandar, op. cit. h. 21. 31 Fernando Souse, Discussion Papers : Spatial And Organizational Dynamics University Of Algarve, 2008, Ed. 1, p.33. 32 Claudette M. Peterson, “Creative Problem Solving Style And Learning Strategis Of Managenemnt Student: Implication For Teaching, Learning And Work”. Thesis of Oklahoma State University, 2006, p. 34.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa MI (penelitian quasi eksperimen di MI Miftahul Umam Pondok Labu Kelas 4 Semester 1)

0 13 203

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

1 14 53

Pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2 28 218