Uji Normalitas dan Homogenitas

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Simplex Basadur, siswa masih terlihat bingung dan pasif. Hal tersebut dikarenakan pada proses pembelajaran sebelumnya siswa, terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yaitu guru menjelaskan, siswa mendengarkan dan mencatat kemudian mengerjakan soal latihan. Setelah pertemuan kedua sampai pertemuan ke-tujuh siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Simplex Basadur. Gambar 4.3 Aktivitas Pembelajaran di Kelas Pada awal pertemuan, siswa dibagi menjadi 10 kelompok heterogen yang terdiri dari 4 siswa. Pada Gambar 4.3 terlihat salah satu kegiatan kelompok dalam proses pembelajaran. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa yang berisi ketiga langkah pembelajaran tersebut. Pembelajaran dimulai dengan memberikan permasalahan tidak rutin kepada siswa . Contoh masalah pada LKS-IV: Setelah membaca permasalahan, siswa memulai pembelajaran pada tahap Langkah pertama dalam proses pembelajaran yaitu problem formulation. Pak Anton memiliki sawah berbentuk jajar genjang dengan panjang sisi sejajarnya 14 m, 10 meter. Sawah tersebut memiliki ketinggian 8 m. Agar panen sawahnya maksimal, pak Anton harus meberikan 50 gram pupuk setiap 1m 2 sampai panen dan membuat pagar di sekeliling sawah untuk menjaga dari hama burung. Berapa banyak jumlah maksimal pupuk dan panjang pagar yang dibutuhkan pak Anton agar panennya melimpah? Siswa membaca kasus yang telah diberikan untuk dapat memahami permasalahan, dan mengidentifikasi permasalahan kemudian mendaftar semua fakta yang diketahui dari permasalahan. Tahap ini mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat memberikan banyak gagasan terhadap masalah yang diberikan, sehingga indikator kemampuan berpikir kreatif yang sesuai dan dapat dikembangkan dari tahapan ini yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa aspek kelancaran. Berikut hasil jawaban siswa pada langkah problem formulation. Gambar 4.4 Jawaban Siswa Pada Langkah Problem Formulation Berdasarkan gambar diatas, siswa sudah mampu mengidentifikasi masalah dengan mencari apa yang diketahui dalam permasalahan dan menuliskan masalah tersebut dengan kata katanya sendiri. Jawaban siswa sesuai dengan apa yang diketahui dalam masalah. Langkah selanjutnya adalah solution formulation yang dalam prosesnya menuntut siswa aktif membuat dan menemukan ide untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa membuat solusi dengan merubah bentuk bangun datar yang diberikan menjadi bangun datar lain yang pernah mereka ketahui, serta membuat solusi permasalahan dengan caranya masing-masing. Berikut hasil jawaban siswa pada langkah solution formulation. Gambar 4.5 Jawaban Siswa Pada Langkah Solution Formulation Tahap solution formulation mengembangkan kemampuan siswa dalam merubah cara mencari luas bangun datar dan menemukan cara yang unik, sehingga indikator kemamuan berpikir kreatif yang sesuai dan yang dikembangkan pada tahap ini yaitu kemampuan berpikir orisinil dan fleksibel. Terlihat dari Gambar 4.5, setelah masalah di temukan, siswa aktif mencari ide dengan menggunakan kertas berwarna. Siswa merubah bentuk jajar genjang menjadi bangun datar yang pernah mereka ketahui dan menggambarnya di lembar kerja siswa. Setelah itu, siswa menggunakan rumus bangun datar tersebut untuk diterapkan dalam mencari luas dan keliling jajar genjang. Langkah terakhir yaitu solution implementation yaitu siswa mengimplementasikan solusi tersebut untuk masalah menjawab permasalahan, mengungkapkannya kepada guru dan kelompok lain kemudian menyimpulkan hasil jawaban benar yang diperoleh. Berikut hasil jawaban siswa pada langkah solution implementation.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh pembelajaran matematika model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa MI (penelitian quasi eksperimen di MI Miftahul Umam Pondok Labu Kelas 4 Semester 1)

0 13 203

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

1 14 53

Pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

2 28 218