masalah. Berikut disajikan perbandingan skor dan persentase rata-rata per- indikator kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol:
Tabel 4.3 Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No Indikator
Skor Ideal
Eksperimen Kontrol
Skor Siswa
� Skor
Siswa �
1
Lancar 8
244 6,42
80,26 245
6,12 76,56
2 Fleksibel
8 210
5,53 69,08
184 4,60
57,50
3 Orisinil
8 153
4,03 50,33
135 3,38
42,18 Total
24 607
15,98 66,56
564 14,10
58,75
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan skor kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari tiga indikator kemampuan berpikir kreatif
matematis. Setiap indikator diwakili oleh dua butir soal, sehingga kedua kelas memiliki skor ideal yang sama yaitu 8. Skor ideal seluruh siswa kelas eksperimen
adalah 8 x 38 = 304, sedangkan skor ideal untuk seluruh siswa kelas kontrol adalah 8 x 40 = 320.
Siswa yang mampu mencapai indikator kelancaran fluency pada kelompok eksperimen sebesar 80,26 dari seluruh siswa, sedangkan kelas kontrol
lebih sedikit yaitu 76,56. Rata-rata kedua kelas pada indikator ini memiliki nilai tertinggi dari indikator lainya, tetapi selisih rata-rata dan selisih presentase
keduanya sangat kecil yaitu 0,30 dan 3,70. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah dapat memberikan banyak ide atau
gagasan dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan kerangka konseptual, persentase kemampuan berpikir kreatif
kelas eksperimen pada indikator fleksibel seharusnya memiliki persentase terbesar dikarenakan indikator tersebut dikembangkan saat proses pembelajaran pada
tahapan solution formulation dan solution implementation, tetapi hasil penelitian menunjukkan indikator fleksibel lebih kecil dari kelancaran. Hal tersebut
dikarenakan butir soal yang digunakan pada indikator lancar memiliki tingkat kesukaran sedang, sedangkan butir soal indikator fleksibel terdapat salah satu soal
yang tingkat kesukarannya sukar. Perbedaan ketercapaian persentase terbesar terlihat pada dari indikator fleksibel yaitu siswa kelas eksperimen sebesar 69,08
sedangkan kelas kontrol 57,50, selisih rata-rata 0,93 dan selisih persentase 11,58. Dengan selisih yang cukup besar, menunjukkan kemampuan siswa kelas
eksperimen dalam memberikan penafsiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah matematik lebih baik dari pada kelas kontrol.
Kemampuan siswa pada indikator orisinil memiliki rata-rata skor nilai terendah dari nilai indikator yang lain, kelas eksperimen memiliki persentase
50,33 sedangkan kelas kontrol 42,18. Dengan selisih rata-rata 0,65, hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa eksperimen dan kontrol belum bisa
membuat strategi jawaban yang tidak biasa atau unik dalam memecahkan masalah. Secara visual perbandingan persentase setiap indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan melalui diagram batang berikut:
Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
80.26 69.08
50.33 76.56
57.5 42.18
20 40
60 80
100
Lancar Fleksibel
Orisinil
P er
se n
tase
Eksperimen Kontrol
2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Sebelum menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut dengan menggunakan analisis Independent Sampel t-test, diperlukan prasyarat analisis
uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Data hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol N
38 40
Normal Parameters Mean
66.66 58.88
Std. Deviation 14.44
14 Most Extreme
Differences Absolute
0.12 0.11
Positive 0.07
0.11 Negative
-0.12 -0.09
Kolmogorov-Smirnov Z 0.73
0.7 Asymp. Sig. 2-tailed
0.66 0.71
Hasil uji normalitas dengan analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z pada taraf signifikansi
� = 0,05 menunjukkan data skor hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan
� yang telah ditetapkan. Nilai Asymp. Sig. 2-tailed atau � − �� � skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas
tersebut eksperimen = 0,66 dan kontrol = 0,71 lebih besar daripada harga
signifiknsi � = 0,05.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Levene Statistic df
1
df
2
Sig. Nilai
0.001 1
76 0.974
Hasil uji homogenitas pada taraf signifikansi � = 0,05 menunjukkan data
skor hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, hal ini didapat dengan membandingkan nilai
� − �� � yang tertera pada hasil pengujian homogenitas tersebut � − �� �= 0,974 lebih besar daripada harga
� = 0,05.
3 . Uji Hipotesis Statistik
Berdasarkan perhitungan uji prasyarat menunjukan bahwa data hasil kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata kedua kelompok tersebut dengan analisis Independent Sampel t- test.
Data hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Nilai Equal
variances assumed
Equal variances not
assumed
Levenes Test for Equality of
Variances F
.001 Sig.
.974 t-test for Equality
of Means t
2.417 2.415
df 76
75.477 Sig. 2-tailed
.018 .018
Mean Difference 7.783
7.783 Std. Error Difference
3.220 3.223
95 Confidence Interval of the Difference
Lower 1.369
1.364 Upper
14.196 14.202
Hasil uji dua arah perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf signifikansi
� = 0,05 terlihat pada kolom Equal variances assumed diperoleh t = 2.417, db = 76
dan Sig.2-tailed= 0.018, maka untuk uji satu arah nilai Sig.2-tailed harus
dibagi 2, sehingga nilai
� − �� � = 0,009 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesis
menolak H dan menerima H
1
, yang artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok kontrol.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Simplex
Basadur lebih tinggi dari pada yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Temuan ini diperoleh dari hasil pengujian rata-rata menggunakan
uji t dengan taraf signifikansi 5 menghasilkan
� − �� � = 0,009 lebih kecil
0,05. Setelah dilakukan anslisis, ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik
dari kelompok kontrol. Salah satu faktor penyebabnya adalah proses pembelajaran yang digunakan di dalam kelas. Kenyataan ini disebabkan oleh
proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajarannya model konvensional lebih terpusat kepada guru. Guru memberikan proses pembelajaran yang
prosedural seperti penerapan rumus, sedangkan siswa hanya mengerjakan latihan soal dan tidak belajar berpendapat untuk mengkonstruksi sebuah konsep,
sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang terlatih. Berbeda dengan proses pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Simplex Basadur terdiri dari 3 langkah yang diadaptasi dari pemecahan masalah Min Basadur yaitu memformulasikan
masalah problem formulation, memformulasikan solusi solution formulation dan mengimplementasikan solusi solution implementation. Proses pembelajaran
yang terjadi lebih berpusat kepada siswa student centered aproach, sedangkan guru sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator.
Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Simplex Basadur, siswa masih terlihat bingung dan pasif. Hal
tersebut dikarenakan pada proses pembelajaran sebelumnya siswa, terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yaitu guru menjelaskan, siswa
mendengarkan dan mencatat kemudian mengerjakan soal latihan. Setelah pertemuan kedua sampai pertemuan ke-tujuh siswa mulai terbiasa dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Simplex Basadur.
Gambar 4.3 Aktivitas Pembelajaran di Kelas
Pada awal pertemuan, siswa dibagi menjadi 10 kelompok heterogen yang terdiri dari 4 siswa. Pada Gambar 4.3 terlihat salah satu kegiatan kelompok dalam
proses pembelajaran. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa yang berisi ketiga langkah pembelajaran tersebut. Pembelajaran dimulai dengan
memberikan permasalahan tidak rutin kepada siswa
.
Contoh masalah pada LKS-IV:
Setelah membaca permasalahan, siswa memulai pembelajaran pada tahap
Langkah pertama dalam proses pembelajaran yaitu problem formulation. Pak Anton memiliki sawah berbentuk jajar genjang dengan panjang sisi
sejajarnya 14 m, 10 meter. Sawah tersebut memiliki ketinggian 8 m. Agar panen sawahnya maksimal, pak Anton harus meberikan 50 gram pupuk
setiap 1m
2
sampai panen dan membuat pagar di sekeliling sawah untuk menjaga dari hama burung. Berapa banyak jumlah maksimal pupuk dan
panjang pagar yang dibutuhkan pak Anton agar panennya melimpah?