18
merasa senang dan terhibur serta dapat memberikan pembelajaran atau nilai pendidikan yang dapat diterapkan si pembaca.
27
Menurut Pradotokusumo,
pendekatan pragmatik
menitikberatkan kajiannya terhadap pembaca, pembaca yang menilai, menafsirkan, memahami,
dan menikmati karya sastra, karena setiap pembaca memiliki pengalaman selaku manusia budaya dan seterusnya.
28
Dalam novel OMDS, Wiwid Prasetyo mengangkat suatu cerita berdasarkan tujuan yang akan disampaikan kepada
pembaca. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa tujuan sastra bagi para penikmatnya, dengan mengetahui tujuan yang ada, paling tidak
kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang diciptakan berguna untuk kemaslahatan manusia.
Menurut pendapat Teeuw, ciri khas dari pendekatan pragmatik adalah pergeseran minat dari karya sastra sebagai struktur ke arah pembaca, dengan
menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna pada karya sastra itu. Pembaca dipandangnya sebagai penyingkap struktur karya sastra secara cukup
mutlak. Tekanan pada pembaca sebagai pemberi makna berarti bahwa karya sastra dalam visi ini tidak mempunyai makna langgeng dan mantap,
pemahaman danpenilaiannya terus tergeser dengan munculnya kalangan atau angkatan pembaca baru.
29
Jika ditinjau menggunakan pendekatan pragmatik, maka novel OMDS ini akan memiliki citra yang berbeda-beda dari tiap-tiap pembaca. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan pandangan antara pembaca satu dan pembaca lain, ada kalanya pembaca memandang dari sudut estetika. Para pembaca yang
memandang novel OMDS dari sudut pandang ini akan mengutarakan pendapatnya secara objektif dan mengacu pada interpretasinya sendiri sehingga
terkadang akan muncul pendapat bahwa novel ini adalah suatu karya satra yang indah, dilihat dari struktur penyampaian atau penulisannya.
Pendekatan pragmatik mengungkapkan tujuan dan fungsi sastra terhadap keberadaan masyarakat dengan menghadirkan nilai pendidikan sehingga dapat
27
Yudiono KS,Telaah Kritik Sastra,Bandung: Angkasa Bandung, 1986, h. 31.
28
Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, Jakarta: Gramed, 2005, h. 80.
29
A. Teeuw, Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 1983, h. 61.
19
dijadikan teladan untuk masyarakat. Dikatakan demikian karena kehadiran sastra dalam masyarakat dipandang mempunyai tujuan. Adapun aspek
pragmatik yang akan dikaji dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo adalah nilai moral, karena moral merupakan salah satu aspek pragmatik yang selalu
memberikan pesan kepada pembaca untuk berbuat baik.
C. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia dalam menjalani kehidupan. Setiadi menjelaskan bahwa menilai berarti menimbang kegiatan
manusia dengan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil suatu keputusan.
30
Nilai merupakan sesuatu yang sangat dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta manusia dapat merasakan kepuasan dengan nilai. Nilai jika dihayati akan
berpengaruh pada cara berpikir, cara bersikap, maupun cara bertindak seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai
wawasan yang dikandung dalam karya sastra, khususnya novel akan mengandung berbagai macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.
Setiap karya sastra khususnya novel pasti mengandung pesan yang ingin disampaikan, pesan tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan berupa nilai
pendidikan, karena novel tidak hanya menghibur, melainkan sebagai sarana menyampaikan nilai pendidikan. Pendidikan menurut Sabri bahwa istilah
pendidikan dapat diartikan sebagai proses atau suatu kegiatan yang mendidik. Hal tersebut dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan uraian yang
lengkap, sistematis, dan metodis mengenai masalah-masalah yang ada kaitannya dengan proses pendidikan atau mendidik.
31
Pendidikan tidak hanya dapat diperoleh melalui suatu lembaga formal, melainkan melalui sarana novel juga dapat menanamkan nilai pendidikan. Sejalan
dengan yang dijelaskan oleh Idi, bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, karena pendidikan merupakan bagian dari
30
Elly M, Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2008, h. 114.
31
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 1.
20
kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan yang ada di dalamnya.
32
Manfaat yang dapat diambil dari karya sastra diantaranya adalah agar mendapat nilai estetik. Menurut Ratna dalam bukunya yang berjudul Estetika
Sastra dan Budaya, estetik dalam bahasa Inggris menjadi aesthetics atau esthetics studi tentang keindahan. Dalam bahasa Indonesia menjadi estetikus, estetik dan
estetika, yang masing-masing berarti orang yang ahli dalam bidang keindahan, bersifat indah, dan ilmu atau filsafat tentang keindahan atau keindahan itu
sendiri.
33
Manfaat lain dari karya sastra yaitu mendapatkan manfaat praktis. Maksud dari manfaat praktis yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
34
Nilai praktis dalam novel OMDS terlihat dari nilai moral yang disampaikan dalam novel tersebut yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, nilai pendidikan yang dikaji dalam novel ini akan ditekankan terkait dengan nilai moral yang terkandung
dalam novel OMDS.
D. Hakikat Moral
1. Pengertian Moral
Menurut Bertens, moral atau moralitas berasal dari kata sifat latin moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya
saja terlihat lebih abstrak. Misalnya kita berbicara mengenai ―moralitas
suatu perbuatan‖, artinya kita berbicara mengenai baik atau buruknya
suatu perbuatan, yang berarti moralitas merupakan sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk.
35
32
Abdullah Idi, Sosiologi Pedidikan, Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011, h. 59.
33
Nyoman Kutha Ratna, Estetika Sastra dan Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 3
—4.
34
Aristha serenade, Unsur dan Nilai Sastra, artikel ini diunduh pada 10 November 2013, Pukul 20.00, dari
http:aristhaserenade.blogspot.compunsur-dan-nilai-sastra.html
35
K. Bertens, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan kesebelas, 2011, h. 7