43
Perbedaan status sosial antara si kaya dan si miskin ini ditunjukkan oleh pengarang sebagai salah satu kesenjangan sosial yang terjadi
pada saat itu. Ah, masa bodoh. Anak-anak kampung itu membuat
selera belajarku turun, mataku seperti mengganjal sesuatu, hidungku seperti tidak bebas menghirup udara
di kelas ini, ada bau-bau yang bikin aku sesak napas, telingaku juga nggak terbiasa mendengar bunyi-bunyi
asing yang membuatku harus menutupnya. Dan semua itu disebabkan oleh kedatangan anak-anak kampung
itu, anak-anak sok pintar dan tukang cari perhatian. h. 326
7
Adanya diskriminasi terhadap anak-anak miskin yang dimunculkan dalam novel ini turut menjadi tema minor.
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan terhadap sesama warga, baik berdasarkan warna kulit, golongan, suku, bangsa,
ekonomi, agama dan lain sebagainya yang menyebabkan perbedaan perlakuan itu timbul. Diskriminasi yang terlihat dalam novel adalah
di kalangan anak-anak yang membedakan antara si kaya dan si miskin.
Rena, kita semua sama. Di kelas ini kita semua sama- sama menjadi murid Bu Mutia. Tak ada kaya dan
miskin karena kita semua sedang menuntut ilmu. Apa kau masih ingat kata-kata Bu Mutia, Ren?
8
Perbedaan tersebut muncul ketika suatu kelompok antara kaya dan miskin bersatu. Dari kutipan tersebut juga sangat terlihat
perbedaan ketika Rena membedakan ketiga temannya yang berasal dari kalangan bawah. Dari peristiwa tersebut juga dapat kita ambil
pelajaran bahwa dalam menuntut ilmu sesungguhnya tidak memandang antara si kaya dan si miskin. Menuntut ilmu dapat
dinikmati baik dari golongan msyarakat rendah ataupun kalangan atas sekalipun. Beberapa tema kemiskinan tersebut merupakan
7
Ibid., h. 326.
8
Prasetyo, Loc.cit.
44
salah satu yang mampu menghidupkan alur, karena tema kemiskinan maupun kesenjangan sosial yang ada merupakan
bagian konflik dalam cerita ini. Penyebab adanya deskriminasi dan kesenjangan sosial dari tema di atas bersinggungan dengan alur
cerita yang membuat pembaca semakin terbawa dalam cerita karena kuatnya keterkaitan antara tema dengan alur cerita.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan akan dikaji dalam analisis ini menggunakan teori dari tokoh bernama Algirdas Julien Greimas A.J Greimas. Teori
yang digunakan adalah teori aktan atau yang lebih dikenal dengan skema aktan. Dalam buku yang berjudul
―Tata Sastra‖, Todorov mengatakan bahwa sebelum A.J Greimas mengemukakan teori aktan, Propp telah
memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah karya sastra sebagai sebuah fungsi.
9
Di bawah ini adalah diagram mengenai skema aktan menurut Ratna:
10
Pengirim
Penentang Penerima
Subjek
Objek Pendukung
ggg
Diagram 3.1
Pengirim adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Objek adalah seseorang atau
sesuatu yang diingini atau dicari oleh subjek. Penerima adalah seseorang
9
Tzevetan Todorov, Tata Sastra, Jakarta: Djambatan,1985, h. 48.
10
Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 140.
45
atau sesuatu yang menerima objek hasil buruan subjek. Penolong adalah seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha subjek
dalam mencari objek. Subjek adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh pengirim untuk mendapatkan objek. Penentang adalah seseorang atau
sesuatu yang menghalangi usaha subjek dalam mencari atau mendapatkan objek. Untuk lebih jelasnya, berikut penggambaran para tokoh melalui
struktur skema aktan:
a. Subjek
Terdapat beberapa subjek dalam novel OMDS yaitu Faisal dan ketiga anak alam Pambudi, Yudi dan Pepeng. Faisal sebagai subjek
untuk mendapatkan objek yaitu agar teman-temannya dapat bersekolah. Nah, itulah maksudku, aku hanya ingin kalian bisa terus
semangat sekolah demi masa depan kalian. Itu semua demi kalian sendiri, bukan demi Kania atau demi aku, aku ingin
melihat kalian sukses.
11
Selanjutnya yaitu tokoh Pambudi, Yudi dan Pepeng yang bertugas sebagai subjek untuk mendapatkan objek yaitu cita-citanya untuk dapat
bersekolah. Mereka adalah anak-anak miskin yang memiliki tekad kuat untuk bersekolah dan memperbaiki hidup. Maka, sekolah adalah objek
mereka. Seperti dalam kutipan: Dengar teman-teman, mulai sekarang kita harus berpikir bagaimana
untuk tidak menggantungkan orang tua kita untuk membiayai sekolah.
12
Dari kutipan
di atas,
terlihat bagaimana
subjek sangat
menginginkan objeknya yaitu bersekolah, mereka sangat bertekad untuk sekolah dan berusaha tidak merepotkan orangtua mereka masing-
masing.
11
Prasetyo, Loc.cit.
12
Ibid., h. 298.
46
b. Objek
Objek yang diinginkan oleh subjek Faisal adalah Ketiga temannya yaitu Pambudi, Yudi dan Pepeng, maka ia berusaha
melakukan apapun agar temannya dapat sekolah. Ia sangat berambisi untuk menyekolahkan ketiga temannya. Seperti yang terdapat dalam
kutipan: Meskipun dengan resiko terburuk memberanikan diri untuk
menaruh nyawaku di ujung tanduk, semua itu demi teman- temanku, anak-anak alam yang entah bagaimana nasibnya
seandainya Yok Bek dibunuh, mereka akan sulit bekerja, mereka juga akan sulit sekolah.
13
Jelas terlihat bagaimana Faisal sebagai subjek sangat menginginkan objeknya agar dapat bersekolah sehingga ia berani mempertaruhkan
nyawanya demi ketiga temannya. Objek lainnya yang diinginkan oleh subjek Pambudi, Yudi dan Pepeng adalah mencapai cita-cita mereka
untuk sekolah. Mereka melakukan apapun agar bisa bersekolah. Kita akan membuat tas sendiri dari karung gandum,
sedangkan untuk seragamnya kita bisa beli dari penjual rombeng di sudut Pasar Langgar.
14
Dari kutipan tersebut terlihat bagaimana kesungguhan mereka untuk mendapatkan objek walaupun kemiskinan yang mereka alami,
tetapi itu tak menjadikannya sebagai kendala terbesar yang dapat menghalangi niatnya untuk mendapatkan objek yang diinginkannya.
Objek lainnya yang diinginkan oleh subjek Pambudi, Yudi dan Pepeng adalah mendapatkan cinta Kania. Mereka telah menaruh hati
pada gadis kecil itu ketika pertama kali masuk sekolah. Seperti dalam kutipan di bawah ini:
Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk merebut hati Kania, gadis kecil berkepang dua itu membuat ketiganya kerap kali salah
13
Ibid., h. 154.
14
Ibid., h. 82.
47
tingkah melulu. Sekolah menjadi sangat mengasyikkan jika kita bertemu dengan teman yang kita cintai...
15
c. Pengirim
Salah satu yang menjadi pengirim dan penggerak dalam cerita adalah rasa simpat dan empati Faisal karena kemiskinan yang dialami
oleh ketiga temannya yang tidak bersekolah dan menginginkan agar temannya bisa sekolah.
Ah, mengapa persoalan sedemikian pelik? Bukankah aku hanya ingin mengajak mereka sekolah? Belum juga
kuutarakan maksudku, mereka telah meneror tekadku, untuk membiarkan mereka teronggok dalam kebodohan dan
kemiskinan.
16
Rasa empati yang dimiliki Faisal memberikan karsa kepada subjek untuk mencapai objek yang diinginkan dan menjadi penggerak jalannya
cerita.
d. Penerima
Penerima dalam cerita adalah Keluarga dari Pambudi, Yudi dan Pepeng. Mereka berperan sebagai penerima, karena mereka menerima
hasil setelah anak-anak mereka bersekolah. Hasil yang mereka terima adalah rasa bangga para orang tua kepada anak-anak karena mereka
bersekolah. Aku yang melihatinya dari celah-celah gorden diam-diam hanya
bisa tersenyum simpul, kebanggaan ayah untuk menerima rapor yang ke sekian kali untukku dimaknai seperti main ke rumah pacar
semasa dulu.
17
e. Pembantu
Salah satu yang menjadi pembantu dalam mempermudah subjek untuk mendapatkan objek yaitu Kepala Sekolah, Pak Zainal. Ia yang
15
Ibid., h. 112.
16
Ibid., h. 65.
17
Ibid., h. 418.
48
membantu Pambudi, Yudi dan Pepeng dengan menerima mereka di sekolah serta meringankan biaya buku dan lain sebagainya.
Baiklah, Kalian bertiga akan kuterima di kelas satu, tapi ingat jangan pernah merasa minder dengan teman-teman
kalian yang rata-rata tinggi badannya di bawah kalian, kalau bisa lindungilah mereka. Mari kuantar...
18
Pembantu selanjutnya dalam cerita yaitu Bu Mutia. Ia adalah seorang guru yang selalu membantu Pambudi, Yudi dan Pepeng dengan
menyemangati mereka, terlebih ketika mereka harus dihina oleh teman lainnya karena kemiskinan yang mereka alami.
Meskipun Yudi begitu, tapi kalian nggak boleh mengucilkan Yudi, bagaimanapun juga Yudi itu teman kalian. Di kelas ini, tidak ada
perbedaan, meskipun kalian anaknya pengusaha, anaknya artis, atau anaknya dokter, tetapi kalau sudah ada di kelas ini, semua
status itu hilang, kedudukan kalian sama, kalian murid-murid Ibu yang punya hak dan kewajiban yang sama untuk terus menuntut
ilmu.
19
f. Penentang
Penentang yang berusaha menghalangi usaha subjek adalah Yok Bek. Ia berusaha menggagalkan usaha yang dilakukan subjek dengan
cara menghasut ayah dari Pambudi, Yudi dan Pepeng. Ia menghasut ayah mereka agar memberhentikan anak-anaknya dari sekolah karena
itu mengganggu pekerjaannya sebagai pekerja di tempat Yok Bek. Coba dekati anak kalian, dan bicarakan baik-baik, sebaiknya
sekolahnya tak usah diteruskan, nanti saja kalau sepulang anakku dari Australia untuk meninjau peternakan sapi di
sana, biarlah aku omong-omong dengannya untuk
memikirkan nasib pendidikan anak-anak kalian.
20
Penentang lainnya yaitu orang tua dari Pambudi, Yudi dan Pepeng. Mereka tidak pernah berusaha bahkan berniat menyekolahkan anak-
anak mereka, sehingga mereka membiarkan anak-anak mereka bekerja
18
Ibid., h. 92.
19
Ibid., h. 265.
20
Ibid., h. 140.