Wujud Penyampaian Moral Hakikat Moral

28 terkadang tradisi dan budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak juga yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang memegangan ajaran Islam dengan kuat tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka dan mempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama Islam. Masyarakat seperti itulah yang kemudian melahirkan suatu agama yang kemudian dikenal dengan agama Jawi atau Islam Kejawen. Koentjaraningrat mengatakan bahwa sebagian besar pemeluk agama Jawi tidak sepenuhnya menjalankan agamanya sesuai dengan syariat agama Islam. 49 Pada umumnya pemeluk agama ini adalah masyarakat muslim, namun tidak menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan, karena adanya aliran lain yang juga dijalankan sebagai pedoman, yaitu aliran kejawen. Kejawen sebenarnya bisa dikategorikan sebagai budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam, karena budaya ini masih menampilkan perilaku- perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti yang dikemukakan oleh Suseno bahwa keagamaan orang Jawa Kejawen ditentukan oleh kepercayaan terhadap berbagai macam roh yang tidak kelihatan, dan dapat menimbulkan bahaya atau penyakit apabila mereka dibuat marah atau kita kurang hati-hati. Orang Kejawen akan melindungi diri mereka dari gangguan dengan memberi sesajen dan meminta bantuan seorang dukun. 50 49 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi: Pokok-pokok Etnografi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2005 h. 194 50 Suseno, op.cit. h. 15 29

F. Hakikat Pembelajaran Sastra

Pembelajaran mengenai analisis novel yang dibahas di sekolah sangat membantu siswa dalam memperdalam ilmu sastra. Tujuan pembelajaran tersebut dijabarkan ke dalam empat kompetensi, yaitu kompetensi menyimak, kompetensi berbicara, kompetensi membaca, dan kompetensi menulis sastra. Kompetensi menyimak meliputi kemampuan mendengarkan, memahami, dan mengapresiasi ragam karya sastra sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Kompetensi berbicara meliputi kemampuan membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya. Kompetensi membaca meliputi kemampuan membaca dan memahami berbagai jenis karya sastra. Kompetensi menulis meliputi kemampuan mengapresisasikan karya sastra dalam bentuk sastra tulis yang kreatif dalam bentuk menulis kritik dan esai sastra berdasarkan jenis sastra yang telah dibaca. Menurut Rahmanto, manfaat dari pembelajaran sastra bagi siswa di sekolah yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak. 51 Dari pemaparan di atas, dijelaskan bahwa dalam pembelajaran sastra diharapkan agar siswa mampu mengapresiasi karya sastra dengan baik dan mampu mengembangkan kepekaan siswa dalam memahami karya sastra, baik dari segi nilai positif yang terdapat dalam karya sastra maupun hal menarik lainnya yang terdapat di luar karya sastra itu sendiri. Selain itu, pembelajaran sastra bagi siswa diharapkan dapat mengembangkan cipta dan rasa yang memiliki ruang lingkup luas terhadap kehidupan sehari-hari, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan watak siswa tersebut. Pokok materi pembelajaran sastra di sekolah terdapat dalam pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra adalah menentukan unsur intrinsik dalam novel. Dalam menentukan unsur intrinsik novel, siswa diarahkan untuk membaca dan menganalisis novel, sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir. Selain itu, alur dalam novel yang dianalisis juga dapat menambah wawasan siswa karena novel biasanya 51 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius, 1988, h. 16.

Dokumen yang terkait

Nilai moral dalam novel orang miskin dilarang sekolah karya Wiwid Prasetyo dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

4 58 147

NILAI EDUKASI DAN SOSIAL DALAM NOVEL Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 0 15

PENDAHULUAN Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

7 75 36

NILAI EDUKASI DAN SOSIAL DALAM NOVEL Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 0 15

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 1 6

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 1 11

NILAI-NILAI MORAL PADA NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH Dian Permanasari STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Nilai-nilai moral Pada Novel "Orang

0 1 13

Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Gaya Bahasa)

0 24 148

KAJIAN POSKOLONIAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO - Repository UNRAM

0 0 14