Penentang Tokoh dan Penokohan
52
2. Pambudi Sebelum pengarang memperkenalkan tokoh Pambudi
secara lebih jauh, ia menggambarkan tokoh Pambudi secara analitik melalui penggambaran fisik yaitu seorang anak yang
bergigi kelinci. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Si gigi kelinci Pambudi mencoba berfikir bagaimana cara untuk mengalahkan Mat Karmin, tanpa seorang
pun dari kami yang merasa terbebani.
27
Pambudi hidup dari keluarga tidak mampu sehingga ia hanya mampu bekerja sebagai pengangkut rumput untuk makan
sapi. Pekerjaan itu ia lakukan untuk meringankan beban orang tuanya. Tak pernah terbesit dalam benaknya untuk melanjutkan
sekolah karena ia menyadari kemiskinan yang dialami. Namun, kelebihan yang dimiliki Pambudi adalah sifatnya yang bijak
sehingga menjadikan Pambudi seorang pemimpin di antara teman-temannya.
Sekarang, kami telah mengangkat Pambudi secara resmi menjadi pemimpin kami. Yudi menerangkan
padaku.
28
Secara dramatik, pengarang memunculkan penokohan Pambudi dengan karakter sosok yang agresif, terbukti dengan
keagresifannya ketika menyatakan cinta kepada Kania. Tanpa rasa malu dan kesadaran diri bahwa ia adalah murid baru, ia
tetap mengejar cinta Kania. Tapi aku sungguh-sungguh Kan, sejak aku lihat
kamu pertama kali, sejak kau membelaku mati- matian dari Rena, sungguh mati aku langsung
terpikat sama kamu.
29
27
Ibid., h. 8.
28
Ibid., h. 64.
29
Ibid., h. 120.
53
Sama halnya dengan tokoh Faisal yang digambarkan pengarang secara berlebihan tidak wajar, tokoh Pambudi pun
terkesan tak lazim, karena sifatnya yang agresif tersebut tidak sesuai dengan keadaan anak SD seusianya. Dalam hal ini,
pengarang terlalu lepas dalam menghadirkan watak pelaku cerita tanpa memikirkan logis atau tidaknya karakter tersebut.
Selain itu, Pambudi adalah anak yang sangat kreatif dan mempunyai ide yang cemerlang. Ketika ia dan kedua temannya
sedang pusing memikirkan perlengkapan sekolah seperti tas, sepatu dan buku-buku yang tentunya membutuhkan biaya yang
tidaklah sedikit, Pambudi mengeluarkan ide kreatif untuk membuat
sendiri perlengkapan
tersebut tanpa
harus mengeluarkan biaya besar.
Kita akan membuat tas sendiri dari karung gandum, sedangkan untuk seragamnya kita bisa beli dari
penjual rombeng di sudut Pasar Langgar.
30
Dari kutipan
di atas,
pengarang mendeskripsikan
mengenai kemiskinan yang mereka alami. Ketidakmerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan ini bisa diukur
melalui tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial ekonomi seseorang.
31
Pemimpin anak-anak alam ini juga ternyata memiliki perasaan yang sangat peka, ia mudah sekali
terharu sehingga ia mengeluarkan air mata ketika Faisal menanyakan kepadanya mengapa ia dan kedua temannya
memutuskan berhenti sekolah. Tak ada jawaban, tetapi meledaklah tangis Pambudi,
tangis yang haru-biru dan memecah langit. Yudi dan
30
Prasetyo, Loc.cit.
31
Ivonie Trinurjayanti, Implementasi Teori-Teori Pendidikan dalam Praktek Pendidikan di Indonesia,artikel ini diunduh pada 11 November 2013, Pukul 10.00, dari
http:copetalammanusiaberpendidikan.blogspot.com201301implementasi-teori-teori- pendidikan.html?m=1