Latar Strukturalisme Sastra dan Pendekatan Pragmatik

17 pilihan kata terdiri atas gaya bahasa resmi, tak resmi, dan percakapan; 3 berdasarkan nada, yaitu gaya bahasa sederhana, gaya mulia dan bertenaga, dan gaya menengah; 4 berdasarkan struktur kalimat terdiri dari klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi; 5 gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terdiri atas gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. 24 Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang menggunakan bahasa melalui karya yang dihasilkan. Semakin khas gaya bahasa yang digunakan pengarang, maka karakter pengarang karya sastra tersebut pun akan semakin terlihat. Gaya bahasa yang digunakan peneliti adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu gaya bahasa kiasan. Pendekatan selanjutnya yang digunakan penulis adalah pendekatan pragmatik. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca sangat diperlukan karena peran pembaca tersebut dapat menentukan dan menilai layak atau tidaknya sebuah karya sastra, seperti yang dijelaskan oleh Semi yaitu pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat memberi kesenangan dan faedah bagi pembacanya. Dengan demikian, pendekatan ini menggabungkan antara unsur pelipur lara dan unsur didaktis. 25 Ratna mengatakan bahwa pendekatan pragmatik memiliki hubungan dengan sosiologi atau kemasyarakatan karena pragmatik membicarakan mengenai masyarakat sebagai pembaca dan terkait tanggapan-tanggapan dari masyarakat sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan oleh para penikmatnya. 26 Pendapat lain dikemukakan oleh Yudiono bahwa makna yang terdapat di dalam karya sastra dapat ditentukan oleh pembaca karena karya sastra sebagai seni dapat dipandang berhasil apabila dapat membuat pembaca 24 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa, Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 1985, h. 115 — 129 25 Atar Semi, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa Bandung, 1984, h. 44. 26 Ratna, op.cit., h. 71 —72. 18 merasa senang dan terhibur serta dapat memberikan pembelajaran atau nilai pendidikan yang dapat diterapkan si pembaca. 27 Menurut Pradotokusumo, pendekatan pragmatik menitikberatkan kajiannya terhadap pembaca, pembaca yang menilai, menafsirkan, memahami, dan menikmati karya sastra, karena setiap pembaca memiliki pengalaman selaku manusia budaya dan seterusnya. 28 Dalam novel OMDS, Wiwid Prasetyo mengangkat suatu cerita berdasarkan tujuan yang akan disampaikan kepada pembaca. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa tujuan sastra bagi para penikmatnya, dengan mengetahui tujuan yang ada, paling tidak kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang diciptakan berguna untuk kemaslahatan manusia. Menurut pendapat Teeuw, ciri khas dari pendekatan pragmatik adalah pergeseran minat dari karya sastra sebagai struktur ke arah pembaca, dengan menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna pada karya sastra itu. Pembaca dipandangnya sebagai penyingkap struktur karya sastra secara cukup mutlak. Tekanan pada pembaca sebagai pemberi makna berarti bahwa karya sastra dalam visi ini tidak mempunyai makna langgeng dan mantap, pemahaman danpenilaiannya terus tergeser dengan munculnya kalangan atau angkatan pembaca baru. 29 Jika ditinjau menggunakan pendekatan pragmatik, maka novel OMDS ini akan memiliki citra yang berbeda-beda dari tiap-tiap pembaca. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pandangan antara pembaca satu dan pembaca lain, ada kalanya pembaca memandang dari sudut estetika. Para pembaca yang memandang novel OMDS dari sudut pandang ini akan mengutarakan pendapatnya secara objektif dan mengacu pada interpretasinya sendiri sehingga terkadang akan muncul pendapat bahwa novel ini adalah suatu karya satra yang indah, dilihat dari struktur penyampaian atau penulisannya. Pendekatan pragmatik mengungkapkan tujuan dan fungsi sastra terhadap keberadaan masyarakat dengan menghadirkan nilai pendidikan sehingga dapat 27 Yudiono KS,Telaah Kritik Sastra,Bandung: Angkasa Bandung, 1986, h. 31. 28 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, Jakarta: Gramed, 2005, h. 80. 29 A. Teeuw, Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 1983, h. 61.

Dokumen yang terkait

Nilai moral dalam novel orang miskin dilarang sekolah karya Wiwid Prasetyo dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

4 58 147

NILAI EDUKASI DAN SOSIAL DALAM NOVEL Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 0 15

PENDAHULUAN Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

7 75 36

NILAI EDUKASI DAN SOSIAL DALAM NOVEL Nilai Edukasi dan Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 0 15

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 1 6

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo.

0 1 11

NILAI-NILAI MORAL PADA NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH Dian Permanasari STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Nilai-nilai moral Pada Novel "Orang

0 1 13

Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Gaya Bahasa)

0 24 148

KAJIAN POSKOLONIAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO - Repository UNRAM

0 0 14