7
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Paulina Pannen mengungkapkan , konstruktivisme merupakan “salah satu
aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi bentukan kita sendiri”.
1
Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas
seseorang peserta didik. Konstruktivsme menjadi sumber terhadap berbagai seruan dan kecenderungan yang muncul dalam dunia pendidikan. Konstruktivisme menjadi
kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai pembelajaran di berbagai kalangan.
Donald mengartikan konstruktivisme sebagai “
Constructivism is a way of teaching and learning that intends to maximize student understanding.
”
2
Konstruktivisme adalah cara dari mengajar dan belajar yang bermaksud untuk memaksimalkan pemahaman siswa.
Setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang
diamati atau yang diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring, memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang diterima
sehingga dalam bidang pendidikan perlu dioptimalkan upaya pengembangan model pembelajaran konstruktivisme.
Jadi, pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dimana siswa adalah sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru
membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan
1
Paulina Pannen, dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar PEKERTIAA, Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001, hal. 3
2
Donald. R. Cruickshank, The Art Of Teaching, United State: Mc Graw Hill, 2006, h. 255
8 konstruktivisme, di samping membantu memperoleh informasi, ide, dan cara
mengekspresikan diri, juga maksud mengajari peserta didik bagaimana belajar yang menyenangkan.
Konstruktivisme menurut Louis “
Constructivism is a theory which regards learning as an active process in which learners construct and internalise new
concepts, ideas and knowledge based on their own present and past knowledge and experiences
. ”
3
Konstruktivisme adalah teori mengenai pengetahuan sebagai proses aktif pada gagasan siswa dan konsep internal, ide dan pengetahuan dasar pada
pengetahuan awal dan akhir serta pengalaman yang dimiliki. Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil perolehan
sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan atas keyakinan bahwa pemahaman pengetahuan tidak diperoleh secara langsung utuh, melainkan hasil interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
Seperti yang dikutip Subarinah, Brien dan Brandt 1997 mendefinisikan konstruktivisme sebagai ”suatu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada
penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain”.
4
Jadi belajar itu merupakan kerja mental siswa yang aktif bukan menerima pengajaran dari
guru secara pasif, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
3
Louis Cohen, A Guide To Teaching Practice, New York: Routledgefalmer, 2006 h. 167
4
Sri Subarinah, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi Pendidikan Matemetika FKIP Universitas
Mataram, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005, hal. 255
9 lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum
seperti: 1.
Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. 2.
Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. 4.
Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya
yang sudah ada. 5.
Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten
atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah. 6.
Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Menurut Zurida Ismail, pembelajaran konstruktivisme adalah ”proses
membina hubungan pengetahuan yang telah ada secara aktif ”.
5
Pengetahuan bukanlah hal-hal yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang
dikonstrusikan dari pengalaman. Jadi, konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Berdasarkan paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan transfer dari seorang
guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna, melainkan bertahap sesuai dengan pengalaman masing-masing siswa. Konstruktivisme menyatakan dalam
proses pembelajaran sebagai proses dimana siswa berperan aktif dalam membentuk struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Jadi pengetahuan
dibentuk oleh siswa secara aktif dan tidak hanya diterima dari guru secara pasif. Pengetahuan riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau
ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan sendiri kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal
5
Zurida Ismail, Op Cit, h. 6
10 ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya sendiri dan bergulat dengan ide-ide kemudian mampu mengonstruksikannya.
Peran guru dalam pembelajaran dengan konstrutivisme adalah sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar pesesrta didik berjalan
dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut: 1 Menyediakan kondisi atau pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi semangat dan berpartisipasi aktif pada setiapo kegiatan siswa.
2 Menyiapkan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonseosi yang dibawa
siswa menuju konsep yang benar. 3
Menyediakan saran yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu
siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya. 4
Memonitor, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kepada siswa apakah siswa berhasil atau tidak.
6
Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi guru dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, berpikir kritis dan mengadakan justifikasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar seorang siswa
mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan dapat memecahkan persoalan
yang lain. Sementara itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelasaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti
bagaimana menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membimbingnya.
Daniel mendefinisikan konstruktivisme sebagai, “contructivism is a broad
movement that is as much a philosophical position as an education statergi”.
7
6
Paulina Pannen, dkk. Op.Cit. h. 23
11 Konstruktivisme adalah pergerakan sebagai filosofi pada stategi pendidikan. Dalam
proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus menjadi pusat perhatian sehingga siswa aktif mengembangkan pengetahuan dengan bantuan guru. Proses
pembelajaran dengan penekanan siswa belajar secara aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan terbantu menjadi orang yang kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja.
Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis, diantaranya adalah : a. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.b. Seseorang
belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar
konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak
dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.c. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu
pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara
bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri.
Mulyasa berpendapat strategi model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1 Pusat kegiatan pembelajaran adalah peserta didik yang aktif.
2 Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3 Bangkitkan motivasi belajar peserta didik yang membuat materi pelajaran sebagai
hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan peserta didik.
7
Louis Cohen dkk, Efffective Teaching, London: Sage Publication, 2005 h. 61
12 4
Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan model pembelajaran yang membuat peserta didik bosan.
8
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme ini, guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan ilmiah supaya siswa
mau mengganti dan memodifikasi gagasan yang non ilmiah menjadi ilmiah. Dengan demikian arsitek pengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan penyedia kondisi belajar supaya pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif dan memberikan kemudahan belajar bagi siswa dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Karena dengan lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar dan
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Jadi, belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga
dalam pembelajaran siswa perlu diupayakan agar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Jika
pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah miskonsepsi maka perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan
memberikan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.
2. Model Pembelajaran Generatif