commit to user 1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar demi mengembangkan potensi siswa dalam segala aspek baik dalam hal
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup long life education dan berlaku untuk
semua tidak terkecuali untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Semua ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa, “Warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, danatau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan dan meningkatkan mutu hidup serta martabat manusia. Oleh karena itu kita sebagai guru harus meningkatkan potensi siswa sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan anak terutama Anak Berkebutuhan Khusus. Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak yang mengalami kelainan dalam
penglihatan, pendengaran, fisik, mental intelektual, dan sosial emosional yang memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan kelainan yang dialami. Anak yang
memiliki kelainan mental intelektual disebut juga anak tunagrahita. Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dan
memiliki keterbatasan dalam hal berpikir, daya ingatnya lemah serta mengalami kesulitan dalam hal akademik. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Amin
1995:11, mengemukakan bahwa: Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah
rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam
memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka
kurang atau
terbelakang atau
tidak berhasil
bukan
commit to user 2
2 untuk sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya
dan bukan hanya dalam satu dua bulan, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-segalanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti:
mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka
kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dan itu merupakan salah satu fungsi utama
bahasa. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia dapat saling berhubungan berkomunikasi, saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan intelektual. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Henry Guntur Tarigan 1994:1
adalah “pembelajaran keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu:
1 keterampilan menyimak mendengarkan listening skills, 2 keterampilan berbicara speaking skills, 3 keterampilan membaca reading skills, 4
ketrampilan menulis writing skills ”. Setiap keterampilan berbahasa erat sekali
hubungannya dengan tiga keterampilan yang lainnya, misalnya saja keterampilan membaca berhubungan dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, maupun
menulis. Dawson dalam Henry Guntur Tarigan 1994:1 mengemukakan “keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan,
merupakan catur tunggal”.
Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting sehingga keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa. Dalam
keterampilan membaca
dibutuhkan penguasaan
kemampuan membaca.
Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam mengikuti proses pembelajaran sebagian besar pengetahuan
disampaikan dalam bentuk bahasa tulis maka siswa harus melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Dengan kemampuan
membaca yang memadai, siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber tertulis.
commit to user 3
3 Burns, dkk dalam Farida Rahim 2008:1 mengemukakan bahwa
“kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar”. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-
anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan
dari kegiatan membaca. Dengan demikian, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Kegiatan membaca juga merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari seluruh
dunia. Melalui membaca orang juga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan
memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya,
memperluas wawasannya,
serta semakin
meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang. Orang yang banyak membaca mempunyai pengetahuan yang lebih daripada orang yang jarang atau tidak pernah membaca.
Membaca dapat dilakukan tanpa terikat ruang dan waktu. Orang dapat membaca apa saja karena sesuatu yang dibaca pasti mempunyai informasi.
Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu,
kemampuan membaca mempunyai peran yang penting dalam membantu siswa mempelajari berbagai hal. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bacaan yang
dibacanya. Semakin banyak membaca, maka pengetahuan siswa pun semakin bertambah. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu,
dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki siswa maka akan dapat membantu siswa dalam kehidupannya kelak. Di samping pengetahuan siswa meningkat,
maka kemampuan berpikir siswa pun meningkat karena siswa sering menyerap informasi yang diperolehnya dari bacaan yang dibacanya.
Kemampuan membaca siswa tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang diperoleh sejak duduk di bangku SD, yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjut atau pemahaman. Kemampuan membaca selalu
commit to user 4
4 dibutuhkan dalam setiap tema pembelajaran. Melalui kemampuan membaca
tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai. Kemampuan membaca menjadi dasar utama, tidak saja
bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Membaca terutama membaca pemahaman merupakan kegiatan yang aktif.
Membaca bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-
pendapat yang ada dalam bacaan. Bagi anak tunagrahita membaca merupakan suatu aktivitas yang rumit dan
kompleks karena melibatkan ingatan, daya ingat dan proses mental yang tinggi. Di kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta, kemampuan siswa dalam membaca
khususnya membaca pemahaman masih rendah. Hal ini terlihat ketika siswa tidak memahami bacaan yang diberikan, bahkan tidak jarang siswa salah dalam hal
memahami maksud dan tujuan dari bacaan tersebut, sehingga siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dan harus membaca kembali apa yang sudah dibacanya.
Penyebab rendahnya kemampuan dalam membaca pemahaman pada anak tunagrahita disebabkan karena beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun
siswa sendiri. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya guru
hanya memberikan bacaan atau buku teks kemudian siswa disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan
bacaan yang diberikan atau siswa diberi catatan yang ditulis dipapan tulis lalu disuruh menjawab pertanyaan yang sesuai dengan bacaan. Sehingga tidak jarang
siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa diminta membaca, siswa yang lain bicara sendiri sehingga apa yang dibaca salah
satu siswa tadi kurang disimak. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa untuk menyampaikan materi
kepada anak tunagrahita tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi guru ketika berhadapan langsung dengan siswa. Kesulitan yang sering dijumpai karena
setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu hambatan
commit to user 5
5 bagi guru adalah konsentrasi dan perhatian siswa serta keadaan psikologis siswa
yang tidak stabil. Salah satu cara untuk mengatasi masalah terhadap pembelajaran dalam
membaca pemahaman adalah dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan agar anak
tunagrahita termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan untuk menjembatani keabstrakan prinsip konsep membaca pemahaman, maka
diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunagrahita. Oleh karena itu untuk menunjang proses belajar mengajar dan agar tujuan
pengajaran tercapai, guru dituntut untuk kreatif dan tepat dalam memilih berbagai macam metode pembelajaran yang digunakan untuk memberikan pengalaman dan
membentuk pemahaman siswa. Metode dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang penting
karena melalui metode yang bervariasi dalam suatu pembelajaran akan meningkatkan ketertarikan anak terhadap suatu pembelajaran serta memudahkan
siswa menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca saat ini kurang variasi atau monoton,
maka dari itu guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam memilih metode sehingga dapat membantu guru memperjelas materi yang akan disampaikan
kepada siswa. Dengan metode yang baik diharapkan siswa dapat mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah dengan metode reading aloud.
Metode reading aloud merupakan metode membaca yang dilakukan secara keras. Metode ini dapat menumbuhkan kecintaan anak pada buku. Jadi jika awalnya
anak cinta pada buku yang akan dibaca, maka ia akan dengan mudah memahami bacaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
pada anak. Berdasarkan pengamatan penulis dalam setiap pembelajaran ternyata
masih terdapat beberapa anak yang kurang dalam memahami suatu bacaan, salah satu penyebabnya karena belum digunakannya metode pembelajaran yang tepat
commit to user 6
6 dalam pembelajarannya. Penulis mencoba menerapkan metode reading aloud
pada anak tunagrahita untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengadakan
penelitian tentang Penggunaan Metode Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada Anak Tunagrahita Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 20102011.
B. Rumusan Masalah