commit to user 6
6 dalam pembelajarannya. Penulis mencoba menerapkan metode reading aloud
pada anak tunagrahita untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengadakan
penelitian tentang Penggunaan Metode Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada Anak Tunagrahita Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 20102011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan adalah: Apakah penggunaan metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 20102011?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 20102011.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan kepada dunia pendidikan bahwa metode reading aloud sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan terhadap
siswa tunagrahita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
commit to user 7
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru 1 Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang
terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
2 Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengatasi persoalan di kelas termasuk dalam meningkatkan kemampuan membaca dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
b. Bagi Siswa Penggunaan metode reading aloud dapat digunakan sebagai upaya untuk
menumbuhkan kecintaan anak pada buku, meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia sesuai dengan bimbingan
yang diberikan oleh guru.
commit to user 8
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita umumnya diartikan sebagai bentuk kelainan intelegensi, yaitu suatu kondisi kecerdasan di bawah rata-rata normal.
Menurut Bratanata dalam Mohammad Efendi 2006:88 Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita,
jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya di bawah normal, sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan
bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.
PP No. 72 tahun 1991 dalam Moh. Amin 1995:10 menyebutkan bahwa “anak tunagrahita adalah anak-anak dalam kelompok dibawah normal danatau
lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasan”.
Kumar I, et al 2009:56 menyatakan bahwa: Mental retardation MR is one of the most distressing handicaps in any
society. Development of an individual with mental retardation depends on the type and extent of the underlying disorder, the associated disabilities,
environmental factors, psychological factors, cognitive abilities and comorbid psychopathological conditions.
Menurut pendapat Kumar I, dkk di atas keterbelakangan mental adalah salah satu cacat yang paling menyedihkan di masyarakat manapun.
Pengembangan individu dengan keterbelakangan mental tergantung pada jenis dan exten dari gangguan yang mendasari, yang terkait cacat, faktor lingkungan,
faktor psikologis, kemampuan kognitif dan kondisi psikopatologis penyerta.
commit to user 9
9 Menurut American Association on Mental Deficiency AAMD dalam
Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S 1994:21 mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang:
“1 Meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata subaverage, yaitu IQ 68 ke bawah.
2 Muncul sebelum usia 16 tahun. 1 Menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif”
Me nurut Sutjihati Somantri 1996:83 menyatakan bahwa “tunagrahita
adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata- rata”. Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di
bawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial sehingga memerlukan bantuan atau layanan khusus.
b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita
Strauss dalam Moh. Amin 1995:62 ”membagi faktor penyebab
ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen ”. Faktor endogen
apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus yang menyerang otak, benturan kepala yang
keras, radiasi dan lain-lain. Taylor, et al 2009:141 menyatakan bahwa:
Two major categories of causes of intelectual disabilities: genetic and chromosomal causes, and environmental causes. Causes can be prenatal,
perinatal, or postnatal in origin. In addition, psychosocial factors may not always lead to an intellectual disability, but one more of these factors may
place a child at risk for an intellectual disability.
Pendapat di atas jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah: Dua kategori utama penyebab cacat intelektual: penyebab genetik, kromosom, dan
lingkungan. Penyebab bisa terjadi pada saat sebelum melahirkan, saat melahirkan, dan setelah melahirkan berasal. Selain itu, faktor psikososial mungkin tidak selalu
commit to user 10
10 mengakibatkan cacat intelektual, tetapi satu lagi faktor-faktor ini dapat
menempatkan anak berisiko cacat intelektual. Menurut Devenport dalam Mohammad Efendi 2006:91 penyebab
ketunagrahitaan dapat dirinci melalui: 1 Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma.
2 Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur. 3 Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi.
4 Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio. 5 Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran.
6 Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin. 7 Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-
kanak. Menurut Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S 1994:30 tunagrahita
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: 1 Faktor genetik
a Kerusakan kelainan biokimiawi b Abnormalitas kromosomal
2 Sebab-sebab pada masa prenatal a Infeksi Rubella cacar
b Faktor Rhesus Rh 3 Sebab-sebab pada masa perinatal
a Luka saat kelahiran b Sesak napas
c Prematuritas
4 Sebab-sebab pada masa postnatal a Infeksi
b Encephalitis c Meningitis
d Malnutrisi e Kekurangan nutrisi
5 Faktor-faktor sosio-kultural Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor-faktor penyebab anak tunagrahita yaitu faktor keturunan atau hereditas, radang otak, gangguan fisiologis dan pengaruh kebudayaan. Dalam hal
ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat sebelum melahirkan, saat melahirkan atau setelah melahirkan.
commit to user 11
11
c. Karakteristik Anak Tunagrahita
Menurut Sutjihati Somantri 1996:85 karakteristik umum anak tunagrahita adalah sebagai berikut:
“1 Keterbatasan inteligensi 2 Keterbatasan sosial
3 Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya”.
Keterangan dari masing-masing karakteristik akan dijelaskan sebagai berikut:
a Keterbatasan inteligensi Inteligensi anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih mengenai
hal-hal yang abstrak. Mereka cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi dan rentang perhatiannya pendek.
b Keterbatasan sosial Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri,
memelihara, dan memimpin diri sendiri. Mereka harus dibantu dan mendapatkan perlakuan atau pelayanan khusus.
c Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Selain itu juga kurang mampu untuk membedakan yang baik dan buruk.
Karakteristik anak tunagrahita menurut Moch. Amin 1995:37 adalah sebagai berikut:
“1 Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan 2 Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
3 Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat”. Keterangan dari masing-masing karakteristik akan dijelaskan sebagai
berikut: a Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya dan sukar berpikir
abstrak.
commit to user 12
12 b Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak
tunagrahita ringan. c Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu bergantung pada orang lain. Mereka tidak bisa memelihara diri
sendiri. Menurut AAMD yang dikutip oleh Grossman Kirk Gallagher dalam
Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S 1994:36-37 karakteristik anak tunagrahita adalah:
1 Mampu mengetahui situasi, benda-benda dan orang di sekitarnya namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya.
2 Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, sulit untuk memilih alternatif
pilihan yang berbeda. 3 Mereka sulit untuk menuliskan simbol angka, secara umum mereka
memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis, dan berhitung. 4 Kemampuan belajar terbatas.
5 Mereka merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan kepadanya.
Sedangkan karakteristik anak tunagrahita menurut Mohammad Efendi 2006:98 sebagai berikut:
1 Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. 2 Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
3 Kemampuan sosialisasinya terbatas. 4 Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
5 Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. 6 Pada anak tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa karakteristik anak tunagrahita secara umum adalah sebagai berikut: 1 Mengalami kelambatan dalam segala hal kalau dibandingkan dengan anak-
anak normal sebaya, baik ditinjau dari segi inteligensi, fisik, sosial dan lain-lain
commit to user 13
13 2 Perlu mendapat pendidikan dan pelayanan khusus.
3 Daya abstraknya rendah. 4 Tidak dapat memusatkan perhatian terlalu lama cepat bosan
5 Perbendaharaan kata sangat terbatas.
d. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi anak tunagrahita yang dikemukakan oleh AMMD dan PP No. 72 Tahun 1991 dalam Moh. Amin 1995: 22 adalah sebagai berikut:
1 Tunagrahita ringan IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial
mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. 2 Tunagrahita sedang
IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30-50. Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual
umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.
3 Tunagrahita berat dan sangat berat IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang
tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri dan bekerja.
Menurut Mohammad
Efendi 2006:90
seorang pedagog
mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi: 1 Anak tunagrahita mampu didik debil
Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan
melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
2 Anak tunagrahita mampu latih imbecil Anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya
sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
3 Anak tunagrahita mampu rawat idiot Anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia
tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi.
Menurut Grossman yang dikutip oleh Kirk dan Gallagher dalam Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S 1994:26 klasifikasi retardasi mental menurut skala
inteligensi Wechsler, yaitu: “1 Retardasi mental ringan mild mental retardation, IQ 55-69
2 Retardasi mental sedang moderate mental retardation, IQ 40-54
commit to user 14
14 1 Retardasi mental berat severe mental retardation, IQ 25-39
2 Retardasi mental sangat berat profound mental retardation, IQ 24-ke bawah”
Sedangkan menurut Sutjihati Somantri 1996:86 “pengelompokan klasifikasi anak tunagrahita pada umumnya berdasarkan pada taraf inteligensinya,
yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang, dan berat”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang, anak tunagrahita berat dan sangat
berat.
2. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan alat
ucap manusia. Menurut Ana Retnoningsih dan Suharso 2005:38 dijelaskan bahwa
Bahasa adalah: 1 Sarana komunikasi untuk berbicara agar kita dapat saling mengerti apa
yang kita maksudkan 2 Sistem lambang bunyi berartikulasi yang dihasilkan alat-alat ucap yang
bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran
3 Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa suku bangsa, negara, daerah, dsb
4 Percakapan perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.
commit to user 15
15 Menurut Buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006:49
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah: “Program untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa bahasa adalah sarana alat komunikasi antar anggota masyarakat dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain.
b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang tertera dalam Buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006:49 agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1 Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2 Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan kesatuan. 3 Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan. 4 Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5 Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6 Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
c. Fungsi Bahasa Indonesia
Sesuai dengan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara serta Sastra Indonesia 2001:1 sebagai hasil cipta intelektual
produk budaya yang berkonsekuensi fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:
1 Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa. 2 Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya.
commit to user 16
16 3 Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. 4 Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk
berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah. 5 Sarana pengembangan penalaran.
6 Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesusasteraan Indonesia.
Menurut Husain Junus dan Aripin Banasuru 1996:60 Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara mempunyai beberapa fungsi. Fungsi itu yakni:
“1 Sebagai bahasa resmi kenegaraan. 2 Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3 Sebagai alat penghubung pada tingkat nasional. 4 Sebagai alat pengembang kebudayaan,
ilmu pengetahuan, teknologi”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi, sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia, sebagai alat perhubungan antarwarga;
antardaerah; dan antarbudaya.
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
2004:9 adalah sebagai berikut: 1 Mendengarkan
Mendengarkan, memahami, dan memberikan tanggapan terhadap gagasan, pendapat, kritikan, dan perasaan orang lain dalam berbahasa
bentuk wacana lisan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra.
2 Berbicara Berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan,
pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan serta
berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan melisankan hasil sastra.
3 Membaca Membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat
maupun tersirat untuk berbagai tujuan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan membaca hasil sastra.
commit to user 17
17 4 Menulis
Menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan
bentuk melalui kegiatan menulis hasil sastra.
Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk anak tunagrahita 2006:50 adalah
sebagai berikut: 1 Mendengarkan
Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita, dongeng, wawancara, dan pembacaan puisi.
2 Berbicara Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman melalui kegiatan
berbicara, menyampaikan pengumuman, kegiatan menanggapi, cerpen, dan bertelepon.
3 Membaca Memahami ragam teks sastra dan non sastra dengan berbagai cara
membaca, memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif. 4 Menulis
Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi, mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi, pesan
singkat, dan kegiatan menulis kreatif puisi.
Berdasarkan dua sumber di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1 Mendengarkan 2 Berbicara
3 Membaca 4 Menulis
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Pemahaman
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan atau dalam bahasa inggris disebut ability. Ana Retnoningsih dan Suharso 2005:308 menjelaskan bahwa
“mampu berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada dan kaya. Sedangkan kemampuan merupakan
kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kekayaan ”. Kemampuan dapat diartikan
commit to user 18
18 sebagai suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan
mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Hal ini sependapat dengan Chaplin 2000:34 yang mengemukakan
“ability kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga daya kekuatan untuk melakukan sesuatu perbuatan
”. Menurut Robbins 2000:46
“kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek
”. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang untuk melakukan sesuatu.
b. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi
sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan 1994:7
Membaca merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Adapun Soedarso
dalam Mulyono
Abdurrahman 2003:200
mengemukakan bahwa ”membaca merupakan aktivitas kompleks yang
memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat
membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran ”. Relevan dengan
pendapat Soedarso, Nababan dalam Slamet 2003:77, menjelaskan bahwa ”membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks karena sangat bergantung
pada tingkat penalaran membaca dan keterampilan berbahasanya ”.
Bond dalam Mulyono Abdurrahman 2003:200 menjelaskan bahwa ”membaca adalah pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan
stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk
commit to user 19
19 membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki
”. Makna lain dalam membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan memahami.
Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal. Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi
huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam paragraf. Yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di alam
semesta. Anderson dalam Henry Guntur Tarigan 1994:8 menjelaskan bahwa:
Membaca sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan
membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi terletak pada pikiran membaca. Sehingga makna itu akan berubah, karena setiap
pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Pressley 2000:547 mengatakan bahwa ”Reading is often thought of as a
hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to word recognition to text processing competencies
” Apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
membaca sering disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata
dan kemampuan untuk memproses suatu teks. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan suatu aktivitas yang kompleks yaitu melibatkan aspek berpikir, mengingat, memahami, dan mengaplikasikan hal-hal yang terdapat dalam bacaan.
Membaca tidak hanya sekedar memahami makna teks bacaan, tetapi juga mencakup implikasi-implikasi di balik makna tersebut.
1 Tujuan Membaca
Kegiatan membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang membaca dengan suatu tujuan akan lebih memahami dibandingkan dengan
orang yang t idak mempunyai tujuan. Syafi‟ie dalam Hairuddin 2007:33
menyatakan bahwa melalui membaca siswa diharapkan, antara lain:
commit to user 20
20 “1 memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, 2
mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan, serta 3 mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik
manfaat dari bacaan ”.
Tujuan membaca menurut Blanton, dkk dan Irwin dalam Burns, dkk yang dikutip Farida Rahim 2008:11 meliputi:
a kesenangan b menyempurnakan membaca nyaring
c memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik d mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
e memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis f mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
g menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks
h menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Menurut
Henry Guntur Tarigan 1994:9 “tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
dan memahami makna bacaan ”. Makna atau arti erat sekali kaitannya dengan
maksud, tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan membaca dapat
disimpulkan kegiatan membaca mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1 kesenangan
2 mencari serta memperoleh informasi tertentu dari suatu bacaan 3 memahami makna bacaan
4 mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki 5 menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
2 Jenis-jenis Membaca
Kegiatan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ketika membicarakan tentang jenis-jenis membaca, kita harus melihat dari segi
tinjauannya. Henry Guntur Tarigan 1994:22 mengemukakan “jenis membaca
ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca sewaktu dia membaca, yaitu 1 membaca nyaring reading aloud, membaca bersuara
oral reading, membaca lisan dan 2 membaca dalam hati silent reading ”.
commit to user 21
21 Pada saat melakukan kegiatan membaca dalam hati, yang digunakan hanya
ingatan visual visual memory sehingga yang aktif adalah mata pandangan dan penglihatan dan ingatan.
Sedangkan saat membaca nyaring, Moulton dalam Henry Guntur Tarigan 1994:22 menyebutkan
“selain penglihatan dan ingatan seperti saat membaca dalam hati masih diperlukan keaktifan ingatan pendengaran
auditory memory dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita motor memory
”. Heru Subrata 2009 menjelaskan
“menurut tatarannya, membaca dibagi menjadi dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut
”. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan kognitif. Proses
keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-
lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II dengan tujuan agar
siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Sedangkan dalam
membaca lanjut dibutuhkan pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sesuai keadaan. Biasanya membaca lanjut diberikan pada siswa kelas tinggi
yaitu kelas III SD hingga pendidikan yang tertinggi. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan jenis-jenis
membaca harus dilihat dari segi tinjauannya. Dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca sewaktu membaca, yaitu: membaca nyaring, membaca
bersuara, membaca lisan, dan membaca dalam hati.
c. Pengertian Membaca Pemahaman
Kegiatan membaca merupakan suatu proses untuk memahami serta mengetahui pikiran yang terkandung dalam bacaan. Menurut Lado dalam Henry
Guntur Tarigan 1994:9 “kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa
dari gambaran tertulisnya ”. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca
pemahaman harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan
commit to user 22
22 tersebut. Sejalan dengan pendapat Lado, Henry Guntur Tarigan 1994:43
menjelaskan “membaca pemahaman sebagai sejenis kegiatan membaca yang
berupaya menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, serta menemukan jawaban pertanyaan-
pertanyaan kognitif dari bahan bacaan tertulis ”.
Pemahaman atau komprehensi dalam membaca merupakan kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian.
Hal itu seperti yang diung kapkan oleh Soedarso 2008:58 “dalam pemahaman
diperlukan: 1 menguasai perbendaharaan katanya, 2 akrab dengan struktur dasar dalam penulisan kalimat, paragraf, dan tata bahasa
”. Henry Guntur Tarigan 1994:56 juga menyatakan membaca pemahaman
reading for understanding adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
“1 standar-standar atau norma-norma kesastraan literary standars 2 resensi kritis critical review
3 drama tulis printed drama 4 pola-pola fiksi patterns of fiction”.
Menurut Goodman dalam Slamet 2003:78 menerangkan “membaca
pemahaman adalah suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca
”. Sedangkan Heilman dalam Noldy Pelenkahu 2006:879 berpendapat: “Reading comprehension is a process of making sense of written
ideas through meaningful interpretation and interaction with language ”, yang
artinya membaca pemahaman merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan
bahasa. Sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya,
sehingga dalam kegiatan membaca pemahaman dituntut perhatian atau konsentrasi, suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud.
Pemahaman sangat dibantu oleh refleksi atau pemikiran terhadap apa yang dibaca. Pemahaman merupakan kegiatan penting dalam membaca karena dengan
pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan.
commit to user 23
23 Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat meningkat. Girgin 2006:68
mengatakan bahwa: Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the
language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and
if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension.
Menurut pendapat Girgin di atas membaca pemahaman adalah suatu proses yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi
sintaksis, semantik, dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka
miliki maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam membaca pemahaman. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman adalah kemampuan yang memerlukan perhatian, konsentrasi, serta pemikiran untuk menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan
informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki, dan menemukan pertanyaan- pertanyaan kognitif dari suatu bacaan.
d. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman
Kata kemampuan dapat diartikan juga sebagai kesanggupan seseorang dalam memahami teks bacaan. Kemampuan membaca adalah kemampuan
memberi respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Menurut Slamet 2003:74 ”kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan
untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui tulisan, sehingga untuk hidup dalam masyarakat yang berteknologi modern
seseorang haruslah tidak buta huru f”.
Menurut Soedarso 2008:58-59 Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda, karena
tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan
intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan.
commit to user 24
24 Ada beberapa usaha efektif yang dapat dilakukan supaya dapat memahami
dan mengingat lebih lama. Hal tersebut antara lain: 1 mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami, 2 mengaitkan fakta yang satu
dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi oleh siswa.
Lado dalam Slamet 2003:78 berpendapat “kemampuan membaca
pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan
”. Selanjutnya Slamet 2003:78 menyebutkan “kemampuan yang harus dimiliki dalam membaca pemahaman yaitu: 1 kemampuan
memahami bahasa dan simbol-simbol grafis, 2 kemampuan memahami ide pokok, dan 3 kemampuan mengenal sikap penulis terhadap pokok masalah
”. In reading, especially in reading, comprehension, readers have been found
to employa wide range of strategies, while they are engaged in comprehending text Paris, Wasik, Turner, 1991, since reading
comprehension “involves conscious and unconscious use of various strategies, including problem solving strategies to build a model of
meaning” Johnston, 1983. Anastasiou Dimitris dan Eleni Griva, 2009:283
Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva menjelaskan dalam membaca, khususnya membaca pemahaman, pembaca telah menemukan dan menggunakan
strategi yang luas, sementara mereka terlibat dalam mengerti teks Paris, Wasik, Turner, 1991, membaca pemahaman menggunakan berbagai macam strategi,
termasuk memecahkan masalah dan strategi membangun makna pada pembaca. Johnston, 1983.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kesanggupan seseorang dalam menyerap
pendapat dan menafsirkan pesan dengan menghubungkan pengetahuan serta informasi baru dengan pengalaman yang sudah diketahui yang disertai dengan
pemahaman isi bacaan.
1 Tujuan Membaca Pemahaman
Henry Guntur Tarigan 1994:36 mengemukakan: Membaca pemahaman mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai
yaitu untuk mendapatkan kesuksesan dalam pemahaman sepenuhnya terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-
commit to user 25
25 pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat
emosional, dan juga sarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan membaca pemahaman diperlukan dalam
mempelajari dan mengetahui suatu informasi dari bacaan sampai pada hal-hal yang khusus.
Adapun tujuan membaca pemahaman menurut Ekwall yang dikutip Hargrove dan Poteet dalam Mulyono Abdurrahman 2003:212
“meliputi: 1 mengenal ide pokok suatu bacaan, 2 mengenal detail yang penting, 3
mengembangkan imajinasi visual, 4 meramalkan hasil, 5 mengikuti petunjuk, 6 mengenal organisasi karangan, dan 7 membaca kritis
”.
2 Aspek-aspek Membaca Pemahaman
Menurut Henry Guntur Tarigan 1994:11- 12 ”membaca merupakan
suatu keterampilan yang kompleks dan melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya
”. Dalam membaca terdapat dua aspek penting, yaitu: 1 keterampilan yang bersifat mekanis mechanical skills yang
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah lower order, dan 2 keterampilan yang bersifat pemahaman comprehension skills yang dapat
dianggap berada pada urutan lebih tinggi higher order. Dalam kesempatan ini, kita akan membahas mengenai aspek-aspek yang tercakup dalam
membaca pemahaman yaitu: 1 memahami pengertian sederhana leksikal, gramatikal, dan retorikal, 2 memahami signifikansi atau makna antara
lain maksud dan tujuan pengarang relevansikeadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca, 3 evaluasi atau penilaian isi dan bentuk, dan 4 kecepatan
membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Sependapat dengan Henry Guntur Tarigan, Vacca dan Vacca dalam
Noldy Pelenkahu 2006:879 menyebutkan empat tingkatan pemahaman membaca, yaitu:
a pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks
b pemahaman inferensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung tersirat dalam teks
c pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks
commit to user 26
26 d pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon
emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan profesional.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam membaca pemahaman adalah sebagai berikut:
a Kemampuan menafsirkan makna kata, frase, kalimat. b Kemampuan memahami informasi yang diberikan secara eksplisit.
c Kemampuan menangkap ide pokok.
3. Tinjauan Tentang Metode Reading Aloud
a. Pengertian Metode Mengajar
Agar belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif dan efisien, maka guru harus mempunyai strategi dalam penyajian materi pelajaran. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah penguasaan teknik-teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar.
Metode berasal dari bahasa Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
“Metode adalah a way in achieving something” Wina Senjaya dalam Subagyo 2010:2. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Rustiyah N.K. 1991:1 mengemukakan bahwa “Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan
oleh guru. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada anak di dalam kelas agar pelajaran tersebut
dapat ditangkap, dipahami, dan dipergunakan oleh anak dengan baik”.
commit to user 27
27
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar
Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Winarno Surakhmad dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain 2002:88 mengemukakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
1 Anak Didik 2 Tujuan
3 Situasi 4 Fasilitas
5 Guru Keterangan dari masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut:
a Anak Didik Perbedaan individual anak didik mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode
mengajar, sebaiknya
guru menciptakan
lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
b Tujuan Tujuan yang guru pilih harus sejalan dengan kemampuan anak didik.
Maka dari itu kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki tujuan, maka metode harus mendukungnya.
c Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan harus kondusif.
Guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan.
d Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar. Lengkap
tidaknya fasilitas akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. e Guru
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Tetapi ada juga
yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya menemui
commit to user 28
28 kendala disebabkan dangkalnya penguasaan atas metode yang
digunakan.
c. Macam-macam Metode Mengajar
Hingga sekarang, banyak dikenal macam metode mengajar. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001:116, metode mengajar ada beberapa
macam, antara lain: 1 Metode Ceramah
2 Metode Tanya Jawab 3 Metode Diskusi
4 Metode Kerja Kelompok 5 Metode Pemberian Tugas
6 Metode Demonstrasi 7 Metode Eksperimen
8 Metode Simulasi 9 Metode Inkuiri
10 Metode Pengajaran Unit
Masing-masing metode akan dijelaskan sebagai berikut: a Metode Ceramah
Penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan- penjelasan secara lisan kepada peserta didik.
b Metode Tanya Jawab Cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui
interaksi dua arah dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui
jawaban lisan guru atau peserta didik. c Metode Diskusi
Si asat “penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta
didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
d Metode Kerja Kelompok Metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu
group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.
commit to user 29
29 e Metode Pemberian Tugas
Metode resitasi atau penugasan adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, atau dimana saja, asal tugas itu dapat dikerjakan.
f Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. g Metode Eksperimen
Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. h Metode Simulasi
Metode simulasi diartikan sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan
situasi tiruan
untuk menggambarkan
situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep,
prinsip atau keterampilan tertentu. i Metode Inkuiri
Metode inkuiri bisa disebut juga metode penemuan yaitu cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. j Metode Pengajaran Unit
Metode pengajaran unit didefinisikan sebagai cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas
dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
commit to user 30
30
d. Metode Reading Aloud
Menurut Hisyam Zaini, dkk 2007:45 menyatakan bahwa “metode reading aloud
adalah metode membaca buku dengan keras atau lantang”. Strategi ini dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan dan
menggugah diskusi. Langkah-langkah dalam melakukan reading aloud menurut Hisyam Zaini,
dkk 2007:45 yaitu: 1 Pilih salah satu teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras.
Usahakan teks tersebut tidak terlalu panjang. 2 Berikan kopian teks kepada siswa mahasiswa. Beri tanda poin-poin atau
isu-isu yang menarik untuk didiskusikan. 3 Bagi teks dengan paragraf atau yang lain.
4 Undang beberapa siswa mahasiswa untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda-beda.
5 Ketika bacaan sedang berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya, atau
memberi contoh. Beri siswa mahasiswa waktu untuk berdiskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut.
6 Akhiri proses dengan bertanya kepada siswa mahasiswa apa yang ada dalam teks.
Menurut Triatmoko http:popsy.wordpress.com “Read aloud adalah
aktivitas membacakan buku dengan lantang maka kehadiran buku sangat diperlukan karena kehadiran buku menjadi ciri khas dari aktivitas ini
”. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai bercerita
dengan teknik read aloud, yaitu: 1 Cari buku yang baik untuk anak. Dalam memilih buku ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: a Sesuaikan panjang cerita dengan usia dan rentang perhatian anak.
Dapat dimulai dengan cerita yang pendek, secara bertahap ke yang lebih panjang. Cobalah dengan dua atau tiga buku cerita yang pendek
terlebih dahulu. b Pilih buku cerita yang bisa membuat senang, baik cerita atau
ilustrasinya.
commit to user 31
31 c Pilih cerita yang menarik, banyak dialog, menggambarkan beberapa
keadaan, adventure, dan memiliki muatan emosional yang sesuai dengan usia anak dan latar belakang anak.
d Bacakan sebanyak mungkin buku cerita anak. Jika menemukan pengarang atau illustrator yang baik, cari beberapa judul dari mereka.
Anak akan mempunyai pengarang favorit. Biarkan dia membaca berulang-ulang. Sementara tetap perkenalkan dengan yang buku dan
pengarang lainnya. e Cari buku yang menggambarkan keadaan sehari-hari.
f Perlu diperhatikan bahwa buku disebut baru, jika anak belum pernah mendengar.
2 Baca terlebih dahulu buku yang akan dibacakan ke anak. 3 Pilih buku cerita sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak.
4 Bila usia anak sudah memungkinkan, sertakan anak dalam pemilihan buku.
5 Pilih buku diatas kemampuan baca anak tetapi dengan panjang cerita yang sesuai dengan ketahanannya mendengarkan cerita.
Bila tahap persiapan sudah dilalui dengan baik, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan read aloud. Dalam tahapan ini ada beberapa teknik yang perlu
diperhatikan, yaitu: 1 Bacakan cerita dengan penuh kasih sayang.
2 Baca perlahan, ekspresif dan semenarik mungkin. 3 Usahakan menggunakan suara intonasi yang berbeda sesuai karakter.
4 Gunakan efek drama, ada tertawa, merengek, menjerit, berbisik, cepat, lambat, sedih, meraung, meringkik, dan lain-lain sesuai karakter dalam
cerita. 5 Tambahkan „body language‟.
6 Ketika hendak membacakan cerita: a Tunjukkan halaman depan.
b Sebutkan judulnya, nama pengarang dan ilustratornya.
commit to user 32
32 c Sebutkan tema utama buku yang akan dibaca seperti “buku cerita ini
mengenai…” d Mulai dengan membicarakan gambar yang ada di buku atau dengan
membolak-balikkan gambar. Bayi perlu dibantu membolak-balikkan buku sedangkan anak usia 3 tahun keatas sudah bisa melakukannya
sendiri 7 Tunjukkan kata-kata dengan jari kita.
8 Mulai dengan beberapa menit membaca, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan anak maka waktu membaca akan bertambah.
9 Bila perkembangan anak sudah memungkinkan maka ajukan pertanyaan seputar cerita.
10 Pancing dengan beberapa pertanyaan, apa yang akan terjadi menurut kamu? Apa ini? Apa itu?
11 Biarkan anak bertanya mengenai cerita. 12 Buat cerita sebagai cara untuk bercakap-cakap.
13 Biarkan anak menceritakan ceritanya, diusia tiga tahun seorang anak sudah bisa menghafal cerita dan biasanya senang diberi keempatan untuk
bercerita.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian saya adalah: 1. Penelitian dalam Skripsi yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran
Reading Aloud Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi PAI di SD Asysyihabiyah Mundurejo Umbulsari Jember” yang dilakukan oleh
Ahmad Ali Zainal Abidin Taufiq. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh ternyata implementasi strategi
reading aloud pada materi PAI adalah strategi yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan adanya tes sebelum
dan sesudah menggunakan strategi reading aloud dan hasilnya meningkat. Adapun nilai prosentase siswa sebelum diterapkan strategi reading aloud
commit to user 33
33 diperoleh hasil 61,68 yang dikategorikan cukup. Namun setelah diterapkan
strategi reading aloud diperoleh hasil 80,56 dikategorikan sangat baik. 2. Penelitian dalam Skripsi yang berjudul “Pengaruh Belajar dengan Reading
Aloud Bersuara Keras Terhadap Pemerolehan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Santriwati di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Putri 1 Sambirejo
Mantin gan Ngawi” yang dilakukan oleh Himmatul Mahmudiyah.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh ternyata belajar dengan reading aloud sangat berpengaruh sekali terhadap pemerolehan kemampuan berbicara
Bahasa Arab santriwati di pondok pesantren Darussalam Gontor Putri 1. Hal ini terbukti dari perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa hasil akhir
sebesar 1,06 yang menunjukkan adanya pengaruh belajar dengan reading aloud terhadap kemampuan berbicara Bahasa Arab santriwati di pondok
pesantren Darussalam Gontor Putri 1 di terima Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dengan hasil tersebut jika dilihat pada tingkatan nilai statistik berada
antara 0,90- 1,00 yaitu “sangat kuat”.
Dari kedua sumber tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya kedua sumber tersebut sama-sama menggunakan strategi
pembelajaran reading aloud. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya. Sumber pertama subyek penelitiannya siswa SD Asysyihabiyah,
sedangkan sumber kedua subjek penelitiannya santriwati di pondok pesantren Darussalam Gontor Putri 1.
Penelitian yang saya lakukan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh kedua sumber tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada
subjek penelitian, materi pembelajaran dan tempat penelitiannya. Subjek penelitian saya yaitu siswa tunagrahita, sedangkan subjek dari kedua sumber yaitu
siswa SD umum dan santriwati di pondok pesantren. Materi pembelajaran saya Bahasa Indonesia, sedangkan materi dari kedua sumber yaitu PAI dan
pembelajaran Bahasa Arab. Tempat penelitian saya di SLB-C Setya Darma Surakarta, sedangkan tempat penelitian dari kedua sumber yaitu di SD
Asysyihabiyah Mundurejo Umbulsari Jember dan di pondok pesantren Darussalam Gontor Putri 1 Sambirejo Mantingan Ngawi.
commit to user 34
34
C. Kerangka Berpikir