PENGGUNAAN METODE READING ALOUD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS X SMALB C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENGGUNAAN METODE READING ALOUD UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS X

SMALB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

RETNO NUR AISYAH

K5107034

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

PENGGUNAAN METODE READING ALOUD UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS X

SMALB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

RETNO NUR AISYAH K5107034

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(3)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Munzayanah Drs. R. Indianto, M.Pd NIP: 19490215 197603 2 001 NIP: 19510115 198003 1 001


(4)

(5)

commit to user

ABSTRAK

Retno Nur Aisyah. PENGGUNAAN METODE READING ALOUD UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS X SMALB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti, guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, wawancara, dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.

Hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode reading aloud adalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa pada kondisi awal 51,00 kemudian pada siklus I meningkat menjadi 60,25 dan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 70,75. Indikator ketercapaian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada siklus terakhir saat pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman untuk siswa tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dilihat dari ketuntasan belajar dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai ≥ 60 yaitu 3 siswa atau 75 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode reading aloud dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Retno Nur Aisyah. USING METHOD READING ALOUD FOR IMPROVING THE ABILITY READING UNDERSTANDING IN LEARNING INDONESIAN IN MENTAL RETARDED CHILDREN IN CLASS X SMALB-C SETYA DARMA SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University in Surakarta, April 2011.

The purpose of this research is to improve reading comprehension ability through methods reading aloud in learning Indonesian in mental retarded children in class X SMALB-C Setya Darma Surakarta in Academic Year 2010/2011.

This study employed a classroom action research approach, the one constituting the collaboration among the researcher, teacher, students and other related parties to create a better school performance. The subject of research was students of class X SMALB-C Setya Darma Surakarta amounting to 4 students. The data collecting technique uses observation, test, interview, and documents. The data analysis technique uses comparative descriptive techniques and critical analysis technique.

The result of obtained by using the method of reading aloud is an increase in the average value of the class. The average value of reading understanding ability student in the early conditions 51,00 and then in the first cycle is an increase to 60,25 and on the second cycle the average value is 70,75. Indicators of achievement used in this research lies in the last cycle when in learning Indonesian in reading comprehension for mental retarded children of class X SMALB-C Setya Darma Surakarta in academic year 2010/2011 viewed from learning completeness is calculated from the number of students who are able to get a value ≥ 60 is 3 students or 75 %.

Based on research result can concluded that the used of methode reading aloud can improve ability of reading comprehension in learning Indonesian in mental retarded children of class X SMALB-C Setya Darma Surakarta in academic year 2010/2011.


(7)

commit to user

MOTTO

 Barang siapa memudahkan jalan bagi orang yang kesulitan, maka Allah SWT akan memudahkan jalan baginya di dunia dan di akhirat.

(Terjemahan Hadis Riwayat Muslim)

 “…..Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta

2. Adik-adikku tersayang

3. Teman-teman yang selalu membantuku: Afti, Pita, Emi, Leony.

4. Teman-teman PPL di SLB-C Setya Darma Surakarta.

5. Rekan-rekan PLB angkatan 2007 6. Almamater


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang

telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Maryadi, M.Ag, Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa.

5. Dra. Munzayanah, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universiatas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti;

7. Sutarno, S. Pd, selaku Kepala SLB C Setya Darma Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Samino, S. Pd, selaku wali kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

9. Siswa kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

10.Bapak dan Ibu, selaku orang tua yang telah memberikan do‟a dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(10)

commit to user

12.Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Maret 2011


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita ... 8

a. Pengertian Anak Tunagrahita ... 8

b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita ... 9

c. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 11

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 13

2. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 14

a. Pengertian Bahasa Indonesia ... 14


(12)

commit to user

c. Fungsi Bahasa Indonesia ... 15

d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 16

3. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Pemahaman ... 17

a. Pengertian Kemampuan ... 17

b. Pengertian Membaca ... 18

c. Pengertian Membaca Pemahaman... 21

d. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman ... 23

4. Tinjauan Tentang Metode Reading Aloud ... 26

a. Pengertian Metode Mengajar ... 26

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar ... 27

c. Macam-macam Metode Mengajar... 28

d. Metode Reading Aloud ... 30

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Pendekatan Penelitian ... 37

D. Data dan Sumber Data... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data... 45

G. Indikator Kerja ... 45

H. Validitas Data ... 45

I. Prosedur Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Kondisi Awal ... 52

B. Deskripsi Tindakan Penelitian ... 54

C. Hasil Penelitian ... 72


(13)

commit to user

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 78

A. Simpulan ... 78

B. Implikasi ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rincian Waktu Penelitian……… 36

2. Karakteristik Siswa………. 37

3. Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta pada Kondisi Awal

Sebelum Tindakan………... 53

4. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Metode Reading Aloudpada Siklus I………. 59 5. Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Metode Reading Aloudpada Siklus I………. 60 6. Nilai Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas X

SMALB-C Setya Darma Surakarta pada Siklus I………... 61 7. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Metode Reading Aloudpada Siklus II……… 69 8. Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Metode Reading Aloudpada Siklus II……….... 70 9. Nilai Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas X

SMALB-C Setya Darma Surakarta pada Siklus II………... 71 10. Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas X

SMALB-C Setya Darma Surakarta pada Kondisi Awal, Siklus I,

dan Siklus II……….. 73 11. Peningkatan Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus... 74


(15)

commit to user

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 1. Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas X SMALB-C Setya

Darma Surakarta pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan……….. 53 2. Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas X SMALB-C Setya

Darma Surakarta pada Siklus I……… 61

3. Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas X SMALB-C Setya

Darma Surakarta pada Siklus II……… 71

4. Peningkatan Nilai Membaca Pemahaman Setiap Siswa Melalui Metode Reading Aloud... 74 5. Peningkatan Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus... 74


(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir………. 35

2. Alur Penelitian Tindakan Kelas……….... 39

3. Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas……… 40

4. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Belum Menggunakan Metode Reading Aloud... 120

5. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Reading Aloud... 120

6. Peneliti Sedang Membimbing Diskusi... 120

7. Peneliti Mengamati Siswa yang Sedang Mengerjakan Tes Evaluasi... 121

8. Siswa Sedang Melakukan Diskusi... 121

9. Siswa Membacakan Isi Cerita yang Ditulis dengan Kalimatnya Sendiri di Depan Kelas... 121


(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Tes (Pre Test-Post Test)……… 83

2. Soal Pre Test……… 84

3. Kunci Jawaban Soal Pre Test……….. 86

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….. 88

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………. 95

6. Soal Test Siklus I……… 102

7. Kunci Jawaban Soal Test Siklus I……….. 104

8. Soal Test Siklus II………... 106

9. Kunci Jawaban Soal Test Siklus II……….. 108

10. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I………. 110

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……… 113

12. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II……… 115

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II……….. 118

14. Foto-foto Kegiatan Penelitian………. 120


(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar demi mengembangkan potensi siswa dalam segala aspek baik dalam hal spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup (long life education) dan berlaku untuk semua tidak terkecuali untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

Semua ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa, “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu hidup serta martabat manusia. Oleh karena itu kita sebagai guru harus meningkatkan potensi siswa sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak terutama Anak Berkebutuhan Khusus. Anak Berkebutuhan Khusus merupakan anak yang mengalami kelainan dalam penglihatan, pendengaran, fisik, mental intelektual, dan sosial emosional yang memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan kelainan yang dialami. Anak yang memiliki kelainan mental intelektual disebut juga anak tunagrahita. Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dan memiliki keterbatasan dalam hal berpikir, daya ingatnya lemah serta mengalami kesulitan dalam hal akademik. Hal ini senada dengan pendapat Moh. Amin (1995:11), mengemukakan bahwa:

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan


(19)

commit to user

untuk sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua bulan, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-segalanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dan itu merupakan salah satu fungsi utama bahasa. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan intelektual.

Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Henry Guntur Tarigan (1994:1) adalah “pembelajaran keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu: (1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), (4) ketrampilan menulis (writing skills)”. Setiap keterampilan berbahasa erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan yang lainnya, misalnya saja keterampilan membaca berhubungan dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, maupun menulis. Dawson dalam Henry Guntur Tarigan (1994:1) mengemukakan “keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal”.

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting sehingga keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa. Dalam keterampilan membaca dibutuhkan penguasaan kemampuan membaca. Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam mengikuti proses pembelajaran sebagian besar pengetahuan disampaikan dalam bentuk bahasa tulis maka siswa harus melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Dengan kemampuan membaca yang memadai, siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber tertulis.


(20)

commit to user

Burns, dkk dalam Farida Rahim (2008:1) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar”. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dengan demikian, pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran.

Kegiatan membaca juga merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari seluruh dunia. Melalui membaca orang juga dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, memperluas wawasannya, serta semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Orang yang banyak membaca mempunyai pengetahuan yang lebih daripada orang yang jarang atau tidak pernah membaca.

Membaca dapat dilakukan tanpa terikat ruang dan waktu. Orang dapat membaca apa saja karena sesuatu yang dibaca pasti mempunyai informasi. Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, kemampuan membaca mempunyai peran yang penting dalam membantu siswa mempelajari berbagai hal. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bacaan yang dibacanya. Semakin banyak membaca, maka pengetahuan siswa pun semakin bertambah. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu, dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki siswa maka akan dapat membantu siswa dalam kehidupannya kelak. Di samping pengetahuan siswa meningkat, maka kemampuan berpikir siswa pun meningkat karena siswa sering menyerap informasi yang diperolehnya dari bacaan yang dibacanya.

Kemampuan membaca siswa tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang diperoleh sejak duduk di bangku SD, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut atau pemahaman. Kemampuan membaca selalu


(21)

commit to user

dibutuhkan dalam setiap tema pembelajaran. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai. Kemampuan membaca menjadi dasar utama, tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Membaca terutama membaca pemahaman merupakan kegiatan yang aktif. Membaca bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan.

Bagi anak tunagrahita membaca merupakan suatu aktivitas yang rumit dan kompleks karena melibatkan ingatan, daya ingat dan proses mental yang tinggi. Di kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta, kemampuan siswa dalam membaca khususnya membaca pemahaman masih rendah. Hal ini terlihat ketika siswa tidak memahami bacaan yang diberikan, bahkan tidak jarang siswa salah dalam hal memahami maksud dan tujuan dari bacaan tersebut, sehingga siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dan harus membaca kembali apa yang sudah dibacanya.

Penyebab rendahnya kemampuan dalam membaca pemahaman pada anak tunagrahita disebabkan karena beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya guru hanya memberikan bacaan atau buku teks kemudian siswa disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan atau siswa diberi catatan yang ditulis dipapan tulis lalu disuruh menjawab pertanyaan yang sesuai dengan bacaan. Sehingga tidak jarang siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa diminta membaca, siswa yang lain bicara sendiri sehingga apa yang dibaca salah satu siswa tadi kurang disimak.

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa untuk menyampaikan materi kepada anak tunagrahita tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi guru ketika berhadapan langsung dengan siswa. Kesulitan yang sering dijumpai karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu hambatan


(22)

commit to user

bagi guru adalah konsentrasi dan perhatian siswa serta keadaan psikologis siswa yang tidak stabil.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah terhadap pembelajaran dalam membaca pemahaman adalah dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan agar anak tunagrahita termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan untuk menjembatani keabstrakan prinsip konsep membaca pemahaman, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunagrahita. Oleh karena itu untuk menunjang proses belajar mengajar dan agar tujuan pengajaran tercapai, guru dituntut untuk kreatif dan tepat dalam memilih berbagai macam metode pembelajaran yang digunakan untuk memberikan pengalaman dan membentuk pemahaman siswa.

Metode dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang penting karena melalui metode yang bervariasi dalam suatu pembelajaran akan meningkatkan ketertarikan anak terhadap suatu pembelajaran serta memudahkan siswa menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca saat ini kurang variasi atau monoton, maka dari itu guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam memilih metode sehingga dapat membantu guru memperjelas materi yang akan disampaikan kepada siswa. Dengan metode yang baik diharapkan siswa dapat mengerti materi yang disampaikan oleh guru.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah dengan metode reading aloud. Metode reading aloud merupakan metode membaca yang dilakukan secara keras. Metode ini dapat menumbuhkan kecintaan anak pada buku. Jadi jika awalnya anak cinta pada buku yang akan dibaca, maka ia akan dengan mudah memahami bacaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak.

Berdasarkan pengamatan penulis dalam setiap pembelajaran ternyata masih terdapat beberapa anak yang kurang dalam memahami suatu bacaan, salah satu penyebabnya karena belum digunakannya metode pembelajaran yang tepat


(23)

commit to user

dalam pembelajarannya. Penulis mencoba menerapkan metode reading aloud pada anak tunagrahita untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Penggunaan Metode Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Tunagrahita Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan adalah: Apakah penggunaan metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan kepada dunia pendidikan bahwa metode reading aloud sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan terhadap siswa tunagrahita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


(24)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2) Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengatasi persoalan di kelas termasuk dalam meningkatkan kemampuan membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi Siswa

Penggunaan metode reading aloud dapat digunakan sebagai upaya untuk menumbuhkan kecintaan anak pada buku, meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia sesuai dengan bimbingan yang diberikan oleh guru.


(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Tunagrahita umumnya diartikan sebagai bentuk kelainan intelegensi, yaitu suatu kondisi kecerdasan di bawah rata-rata normal.

Menurut Bratanata dalam Mohammad Efendi (2006:88)

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.

PP No. 72 tahun 1991 dalam Moh. Amin (1995:10) menyebutkan bahwa “anak tunagrahita adalah anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasan”.

Kumar I, et al (2009:56) menyatakan bahwa:

Mental retardation (MR) is one of the most distressing handicaps in any society. Development of an individual with mental retardation depends on the type and extent of the underlying disorder, the associated disabilities, environmental factors, psychological factors, cognitive abilities and comorbid psychopathological conditions.

Menurut pendapat Kumar I, dkk di atas keterbelakangan mental adalah salah satu cacat yang paling menyedihkan di masyarakat manapun. Pengembangan individu dengan keterbelakangan mental tergantung pada jenis dan exten dari gangguan yang mendasari, yang terkait cacat, faktor lingkungan, faktor psikologis, kemampuan kognitif dan kondisi psikopatologis penyerta.


(26)

commit to user

Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) dalam Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S (1994:21) mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang:

“1) Meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (subaverage), yaitu IQ 68 ke bawah.

2) Muncul sebelum usia 16 tahun.

1) Menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif”

Menurut Sutjihati Somantri (1996:83) menyatakan bahwa “tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata”. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial sehingga memerlukan bantuan atau layanan khusus.

b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita

Strauss dalam Moh. Amin (1995:62) ”membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen”. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus yang menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi dan lain-lain.

Taylor, et al (2009:141) menyatakan bahwa:

Two major categories of causes of intelectual disabilities: genetic and chromosomal causes, and environmental causes. Causes can be prenatal, perinatal, or postnatal in origin. In addition, psychosocial factors may not always lead to an intellectual disability, but one more of these factors may place a child at risk for an intellectual disability.

Pendapat di atas jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah: Dua kategori utama penyebab cacat intelektual: penyebab genetik, kromosom, dan lingkungan. Penyebab bisa terjadi pada saat sebelum melahirkan, saat melahirkan, dan setelah melahirkan berasal. Selain itu, faktor psikososial mungkin tidak selalu


(27)

commit to user

mengakibatkan cacat intelektual, tetapi satu lagi faktor-faktor ini dapat menempatkan anak berisiko cacat intelektual.

Menurut Devenport dalam Mohammad Efendi (2006:91) penyebab ketunagrahitaan dapat dirinci melalui:

1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma.

2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur. 3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi. 4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio.

5) Kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran. 6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin.

7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Menurut Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S (1994:30) tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

1) Faktor genetik

(a) Kerusakan/ kelainan biokimiawi (b) Abnormalitas kromosomal 2) Sebab-sebab pada masa prenatal

(a) Infeksi Rubella (cacar) (b) Faktor Rhesus (Rh)

3) Sebab-sebab pada masa perinatal (a) Luka saat kelahiran

(b) Sesak napas (c) Prematuritas

4) Sebab-sebab pada masa postnatal (a) Infeksi

(b) Encephalitis (c) Meningitis (d) Malnutrisi

(e) Kekurangan nutrisi 5) Faktor-faktor sosio-kultural

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab anak tunagrahita yaitu faktor keturunan atau hereditas, radang otak, gangguan fisiologis dan pengaruh kebudayaan. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat sebelum melahirkan, saat melahirkan atau setelah melahirkan.


(28)

commit to user

c. Karakteristik Anak Tunagrahita

Menurut Sutjihati Somantri (1996:85) karakteristik umum anak tunagrahita adalah sebagai berikut:

“1) Keterbatasan inteligensi 2) Keterbatasan sosial

3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya”.

Keterangan dari masing-masing karakteristik akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Keterbatasan inteligensi

Inteligensi anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi dan rentang perhatiannya pendek.

b) Keterbatasan sosial

Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara, dan memimpin diri sendiri. Mereka harus dibantu dan mendapatkan perlakuan atau pelayanan khusus.

c) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Selain itu juga kurang mampu untuk membedakan yang baik dan buruk.

Karakteristik anak tunagrahita menurut Moch. Amin (1995:37) adalah sebagai berikut:

“1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan 2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat”.

Keterangan dari masing-masing karakteristik akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya dan sukar berpikir abstrak.


(29)

commit to user

b) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan.

c) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu bergantung pada orang lain. Mereka tidak bisa memelihara diri sendiri.

Menurut AAMD yang dikutip oleh Grossman Kirk & Gallagher dalam Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S (1994:36-37) karakteristik anak tunagrahita adalah:

1) Mampu mengetahui situasi, benda-benda dan orang di sekitarnya namun mereka tidak mampu memahami keberadaan dirinya.

2) Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.

3) Mereka sulit untuk menuliskan simbol angka, secara umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis, dan berhitung. 4) Kemampuan belajar terbatas.

5) Mereka merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan kepadanya.

Sedangkan karakteristik anak tunagrahita menurut Mohammad Efendi (2006:98) sebagai berikut:

1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. 2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.

3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.

4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.

5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. 6) Pada anak tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis,

hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik anak tunagrahita secara umum adalah sebagai berikut:

1) Mengalami kelambatan dalam segala hal kalau dibandingkan dengan anak-anak normal sebaya, baik ditinjau dari segi inteligensi, fisik, sosial dan lain-lain


(30)

commit to user

2) Perlu mendapat pendidikan dan pelayanan khusus. 3) Daya abstraknya rendah.

4) Tidak dapat memusatkan perhatian terlalu lama (cepat bosan) 5) Perbendaharaan kata sangat terbatas.

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi anak tunagrahita yang dikemukakan oleh AMMD dan PP No. 72 Tahun 1991 dalam Moh. Amin (1995: 22) adalah sebagai berikut:

1) Tunagrahita ringan

IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. 2) Tunagrahita sedang

IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30-50. Mereka yang termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.

3) Tunagrahita berat dan sangat berat

IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri dan bekerja.

Menurut Mohammad Efendi (2006:90) seorang pedagog mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi:

1) Anak tunagrahita mampu didik (debil)

Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.

2) Anak tunagrahita mampu latih (imbecil)

Anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.

3) Anak tunagrahita mampu rawat (idiot)

Anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi.

Menurut Grossman yang dikutip oleh Kirk dan Gallagher dalam Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi S (1994:26) klasifikasi retardasi mental menurut skala inteligensi Wechsler, yaitu:

“1) Retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ 55-69 2) Retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54


(31)

commit to user

1) Retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ 25-39

2) Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation), IQ 24-ke bawah”

Sedangkan menurut Sutjihati Somantri (1996:86) “pengelompokan/ klasifikasi anak tunagrahita pada umumnya berdasarkan pada taraf inteligensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang, dan berat”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang, anak tunagrahita berat dan sangat berat.

2. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan alat ucap manusia.

Menurut Ana Retnoningsih dan Suharso (2005:38) dijelaskan bahwa Bahasa adalah:

1) Sarana komunikasi untuk berbicara agar kita dapat saling mengerti apa yang kita maksudkan

2) Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran

3) Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah, dsb)


(32)

commit to user

Menurut Buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:49) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah: “Program untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa adalah sarana/ alat komunikasi antar anggota masyarakat dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain.

b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang tertera dalam Buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:49) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan.

3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

c. Fungsi Bahasa Indonesia

Sesuai dengan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara serta Sastra Indonesia (2001:1) sebagai hasil cipta intelektual produk budaya yang berkonsekuensi fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:

1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.

2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.


(33)

commit to user

3) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

4) Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.

5) Sarana pengembangan penalaran.

6) Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesusasteraan Indonesia.

Menurut Husain Junus dan Aripin Banasuru (1996:60) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara mempunyai beberapa fungsi. Fungsi itu yakni:

“1) Sebagai bahasa resmi kenegaraan.

2) Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. 3) Sebagai alat penghubung pada tingkat nasional.

4) Sebagai alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi, sebagai alat pemersatu berbagai suku di Indonesia, sebagai alat perhubungan antarwarga; antardaerah; dan antarbudaya.

d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (2004:9) adalah sebagai berikut:

1) Mendengarkan

Mendengarkan, memahami, dan memberikan tanggapan terhadap gagasan, pendapat, kritikan, dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk wacana lisan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra.

2) Berbicara

Berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan melisankan hasil sastra.

3) Membaca

Membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan membaca hasil sastra.


(34)

commit to user

4) Menulis

Menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan menulis hasil sastra.

Ruang lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk anak tunagrahita (2006:50) adalah sebagai berikut:

1) Mendengarkan

Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita, dongeng, wawancara, dan pembacaan puisi.

2) Berbicara

Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman melalui kegiatan berbicara, menyampaikan pengumuman, kegiatan menanggapi, cerpen, dan bertelepon.

3) Membaca

Memahami ragam teks sastra dan non sastra dengan berbagai cara membaca, memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif. 4) Menulis

Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi, mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi, pesan singkat, dan kegiatan menulis kreatif puisi.

Berdasarkan dua sumber di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis

2. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan atau dalam bahasa inggris disebut ability. Ana Retnoningsih dan Suharso (2005:308) menjelaskan bahwa “mampu berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada dan kaya. Sedangkan kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kekayaan”. Kemampuan dapat diartikan


(35)

commit to user

sebagai suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Hal ini sependapat dengan Chaplin (2000:34) yang mengemukakan “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan”. Menurut Robbins (2000:46) “kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang untuk melakukan sesuatu.

b. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang.

Menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan (1994:7)

Membaca merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Adapun Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman (2003:200) mengemukakan bahwa ”membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran”. Relevan dengan pendapat Soedarso, Nababan dalam Slamet (2003:77), menjelaskan bahwa ”membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks karena sangat bergantung pada tingkat penalaran membaca dan keterampilan berbahasanya”.

Bond dalam Mulyono Abdurrahman (2003:200) menjelaskan bahwa ”membaca adalah pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk


(36)

commit to user

membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”. Makna lain dalam membaca adalah menduga, memperhitungkan, dan memahami.

Berdasarkan arti membaca tersebut, pengertian membaca mencakup dua hal. Pengertian yang pertama yaitu membaca teks-teks yang terurai dari huruf demi huruf kemudian membentuk kata lalu terangkai dalam kalimat dan padu dalam paragraf. Yang kedua yaitu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta.

Anderson dalam Henry Guntur Tarigan (1994:8) menjelaskan bahwa: Membaca sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi terletak pada pikiran membaca. Sehingga makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Pressley (2000:547) mengatakan bahwa ”Reading is often thought of as a hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to word recognition to text processing competencies

Apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: membaca sering disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata dan kemampuan untuk memproses suatu teks.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks yaitu melibatkan aspek berpikir, mengingat, memahami, dan mengaplikasikan hal-hal yang terdapat dalam bacaan. Membaca tidak hanya sekedar memahami makna teks bacaan, tetapi juga mencakup implikasi-implikasi di balik makna tersebut.

1) Tujuan Membaca

Kegiatan membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang membaca dengan suatu tujuan akan lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Syafi‟ie dalam Hairuddin (2007:33) menyatakan bahwa melalui membaca siswa diharapkan, antara lain:


(37)

commit to user

“(1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan, serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan”.

Tujuan membaca menurut Blanton, dkk dan Irwin dalam Burns, dkk yang dikutip Farida Rahim (2008:11) meliputi:

(a) kesenangan

(b) menyempurnakan membaca nyaring

(c) memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik

(d) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya (e) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

(f) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

(g) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks

(h) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Menurut Henry Guntur Tarigan (1994:9) “tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan”. Makna atau arti erat sekali kaitannya dengan maksud, tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan membaca dapat disimpulkan kegiatan membaca mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1) kesenangan

2) mencari serta memperoleh informasi tertentu dari suatu bacaan 3) memahami makna bacaan

4) mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki 5) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

2) Jenis-jenis Membaca

Kegiatan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ketika membicarakan tentang jenis-jenis membaca, kita harus melihat dari segi tinjauannya. Henry Guntur Tarigan (1994:22) mengemukakan “jenis membaca ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca sewaktu dia membaca, yaitu (1) membaca nyaring (reading aloud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan dan (2) membaca dalam hati (silent reading)”.


(38)

commit to user

Pada saat melakukan kegiatan membaca dalam hati, yang digunakan hanya ingatan visual (visual memory) sehingga yang aktif adalah mata (pandangan dan penglihatan) dan ingatan.

Sedangkan saat membaca nyaring, Moulton dalam Henry Guntur Tarigan (1994:22) menyebutkan “selain penglihatan dan ingatan seperti saat membaca dalam hati masih diperlukan keaktifan ingatan pendengaran (auditory memory) dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita (motor memory)”.

Heru Subrata (2009) menjelaskan “menurut tatarannya, membaca dibagi menjadi dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut”. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Sedangkan dalam membaca lanjut dibutuhkan pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sesuai keadaan. Biasanya membaca lanjut diberikan pada siswa kelas tinggi yaitu kelas III SD hingga pendidikan yang tertinggi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan jenis-jenis membaca harus dilihat dari segi tinjauannya. Dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca sewaktu membaca, yaitu: membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan, dan membaca dalam hati.

c. Pengertian Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca merupakan suatu proses untuk memahami serta mengetahui pikiran yang terkandung dalam bacaan. Menurut Lado dalam Henry Guntur Tarigan (1994:9) “kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya”. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan


(39)

commit to user

tersebut. Sejalan dengan pendapat Lado, Henry Guntur Tarigan (1994:43) menjelaskan “membaca pemahaman sebagai sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui, serta menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan (bacaan) tertulis”.

Pemahaman atau komprehensi dalam membaca merupakan kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Soedarso (2008:58) “dalam pemahaman diperlukan: (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, dan tata bahasa)”.

Henry Guntur Tarigan (1994:56) juga menyatakan membaca pemahaman (reading for understanding) adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami:

“1) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standars) 2) resensi kritis (critical review)

3) drama tulis (printed drama)

4) pola-pola fiksi (patterns of fiction)”.

Menurut Goodman dalam Slamet (2003:78) menerangkan “membaca pemahaman adalah suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca”. Sedangkan Heilman dalam Noldy Pelenkahu (2006:879) berpendapat: “Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through meaningful interpretation and interaction with language”, yang artinya membaca pemahaman merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan bahasa.

Sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya, sehingga dalam kegiatan membaca pemahaman dituntut perhatian atau konsentrasi, suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud. Pemahaman sangat dibantu oleh refleksi atau pemikiran terhadap apa yang dibaca. Pemahaman merupakan kegiatan penting dalam membaca karena dengan pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan.


(40)

commit to user

Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat meningkat. Girgin (2006:68) mengatakan bahwa:

Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension.

Menurut pendapat Girgin di atas membaca pemahaman adalah suatu proses yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi sintaksis, semantik, dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka miliki maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam membaca pemahaman.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kemampuan yang memerlukan perhatian, konsentrasi, serta pemikiran untuk menafsirkan pengetahuan dan pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki, dan menemukan pertanyaan-pertanyaan kognitif dari suatu bacaan.

d. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman

Kata kemampuan dapat diartikan juga sebagai kesanggupan seseorang dalam memahami teks bacaan. Kemampuan membaca adalah kemampuan memberi respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Menurut Slamet (2003:74) ”kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui tulisan, sehingga untuk hidup dalam masyarakat yang berteknologi modern seseorang haruslah tidak buta huruf”.

Menurut Soedarso (2008:58-59)

Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda, karena tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan.


(41)

commit to user

Ada beberapa usaha efektif yang dapat dilakukan supaya dapat memahami dan mengingat lebih lama. Hal tersebut antara lain: (1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami, (2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi oleh siswa.

Lado dalam Slamet (2003:78) berpendapat “kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan”. Selanjutnya Slamet (2003:78) menyebutkan “kemampuan yang harus dimiliki dalam membaca pemahaman yaitu: (1) kemampuan memahami bahasa dan simbol-simbol grafis, (2) kemampuan memahami ide pokok, dan (3) kemampuan mengenal sikap penulis terhadap pokok masalah”.

In reading, especially in reading, comprehension, readers have been found to employa wide range of strategies, while they are engaged in comprehending text (Paris, Wasik, & Turner, 1991), since reading comprehension “involves conscious and unconscious use of various strategies, including problem solving strategies to build a model of meaning” (Johnston, 1983).

(Anastasiou Dimitris dan Eleni Griva, 2009:283) Dimitris Anastasiou dan Eleni Griva menjelaskan dalam membaca, khususnya membaca pemahaman, pembaca telah menemukan dan menggunakan strategi yang luas, sementara mereka terlibat dalam mengerti teks (Paris, Wasik, Turner, 1991), membaca pemahaman menggunakan berbagai macam strategi, termasuk memecahkan masalah dan strategi membangun makna pada pembaca. (Johnston, 1983).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kesanggupan seseorang dalam menyerap pendapat dan menafsirkan pesan dengan menghubungkan pengetahuan serta informasi baru dengan pengalaman yang sudah diketahui yang disertai dengan pemahaman isi bacaan.

1) Tujuan Membaca Pemahaman

Henry Guntur Tarigan (1994:36) mengemukakan:

Membaca pemahaman mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai yaitu untuk mendapatkan kesuksesan dalam pemahaman sepenuhnya terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau


(42)

pola-commit to user

pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional, dan juga sarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan membaca pemahaman diperlukan dalam mempelajari dan mengetahui suatu informasi dari bacaan sampai pada hal-hal yang khusus.

Adapun tujuan membaca pemahaman menurut Ekwall yang dikutip Hargrove dan Poteet dalam Mulyono Abdurrahman (2003:212) “meliputi: (1) mengenal ide pokok suatu bacaan, (2) mengenal detail yang penting, (3) mengembangkan imajinasi visual, (4) meramalkan hasil, (5) mengikuti petunjuk, (6) mengenal organisasi karangan, dan (7) membaca kritis”.

2) Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Menurut Henry Guntur Tarigan (1994:11-12) ”membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya”. Dalam membaca terdapat dua aspek penting, yaitu: (1) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order), dan (2) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan lebih tinggi (higher order). Dalam kesempatan ini, kita akan membahas mengenai aspek-aspek yang tercakup dalam membaca pemahaman yaitu: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca), (3) evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk), dan (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan).

Sependapat dengan Henry Guntur Tarigan, Vacca dan Vacca dalam Noldy Pelenkahu (2006:879) menyebutkan empat tingkatan pemahaman membaca, yaitu:

(a) pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks

(b) pemahaman inferensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks


(43)

commit to user

(d) pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan profesional.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam membaca pemahaman adalah sebagai berikut:

(a) Kemampuan menafsirkan makna kata, frase, kalimat.

(b) Kemampuan memahami informasi yang diberikan secara eksplisit. (c) Kemampuan menangkap ide pokok.

3. Tinjauan Tentang Metode Reading Aloud

a. Pengertian Metode Mengajar

Agar belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif dan efisien, maka guru harus mempunyai strategi dalam penyajian materi pelajaran. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah penguasaan teknik-teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar.

Metode berasal dari bahasa Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

“Metode adalah a way in achieving something” Wina Senjaya dalam Subagyo (2010:2). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Rustiyah N.K. (1991:1) mengemukakan bahwa “Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada anak di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan dipergunakan oleh anak dengan baik”.


(44)

commit to user

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar

Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Winarno Surakhmad dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:88) mengemukakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1) Anak Didik 2) Tujuan 3) Situasi 4) Fasilitas 5) Guru

Keterangan dari masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut: a) Anak Didik

Perbedaan individual anak didik mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar, sebaiknya guru menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

b) Tujuan

Tujuan yang guru pilih harus sejalan dengan kemampuan anak didik. Maka dari itu kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki tujuan, maka metode harus mendukungnya.

c) Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan harus kondusif. Guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan.

d) Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar. Lengkap tidaknya fasilitas akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. e) Guru

Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya menemui


(45)

commit to user

kendala disebabkan dangkalnya penguasaan atas metode yang digunakan.

c. Macam-macam Metode Mengajar

Hingga sekarang, banyak dikenal macam metode mengajar. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:116), metode mengajar ada beberapa macam, antara lain:

1) Metode Ceramah 2) Metode Tanya Jawab 3) Metode Diskusi

4) Metode Kerja Kelompok 5) Metode Pemberian Tugas 6) Metode Demonstrasi 7) Metode Eksperimen 8) Metode Simulasi 9) Metode Inkuiri

10)Metode Pengajaran Unit

Masing-masing metode akan dijelaskan sebagai berikut: a) Metode Ceramah

Penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik.

b) Metode Tanya Jawab

Cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

c) Metode Diskusi

Siasat “penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.

d) Metode Kerja Kelompok

Metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut.


(46)

commit to user

e) Metode Pemberian Tugas

Metode resitasi atau penugasan adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, atau dimana saja, asal tugas itu dapat dikerjakan.

f) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

g) Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

h) Metode Simulasi

Metode simulasi diartikan sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.

i) Metode Inkuiri

Metode inkuiri bisa disebut juga metode penemuan yaitu cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.

j) Metode Pengajaran Unit

Metode pengajaran unit didefinisikan sebagai cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.


(47)

commit to user

d. Metode Reading Aloud

Menurut Hisyam Zaini, dkk (2007:45) menyatakan bahwa “metode reading aloud adalah metode membaca buku dengan keras atau lantang”. Strategi ini dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan dan menggugah diskusi.

Langkah-langkah dalam melakukan reading aloud menurut Hisyam Zaini, dkk (2007:45) yaitu:

1) Pilih salah satu teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Usahakan teks tersebut tidak terlalu panjang.

2) Berikan kopian teks kepada siswa/ mahasiswa. Beri tanda poin-poin atau isu-isu yang menarik untuk didiskusikan.

3) Bagi teks dengan paragraf atau yang lain.

4) Undang beberapa siswa/ mahasiswa untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda-beda.

5) Ketika bacaan sedang berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya, atau memberi contoh. Beri siswa/ mahasiswa waktu untuk berdiskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut.

6) Akhiri proses dengan bertanya kepada siswa/ mahasiswa apa yang ada dalam teks.

Menurut Triatmoko (http://popsy.wordpress.com) “Read aloud adalah aktivitas membacakan buku dengan lantang maka kehadiran buku sangat diperlukan karena kehadiran buku menjadi ciri khas dari aktivitas ini”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai bercerita dengan teknik read aloud, yaitu:

1) Cari buku yang baik untuk anak. Dalam memilih buku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Sesuaikan panjang cerita dengan usia dan rentang perhatian anak. Dapat dimulai dengan cerita yang pendek, secara bertahap ke yang lebih panjang. Cobalah dengan dua atau tiga buku cerita yang pendek terlebih dahulu.

b) Pilih buku cerita yang bisa membuat senang, baik cerita atau ilustrasinya.


(48)

commit to user

c) Pilih cerita yang menarik, banyak dialog, menggambarkan beberapa keadaan, adventure, dan memiliki muatan emosional yang sesuai dengan usia anak dan latar belakang anak.

d) Bacakan sebanyak mungkin buku cerita anak. Jika menemukan pengarang atau illustrator yang baik, cari beberapa judul dari mereka. Anak akan mempunyai pengarang favorit. Biarkan dia membaca berulang-ulang. Sementara tetap perkenalkan dengan yang buku dan pengarang lainnya.

e) Cari buku yang menggambarkan keadaan sehari-hari.

f) Perlu diperhatikan bahwa buku disebut baru, jika anak belum pernah mendengar.

2) Baca terlebih dahulu buku yang akan dibacakan ke anak.

3) Pilih buku cerita sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak.

4) Bila usia anak sudah memungkinkan, sertakan anak dalam pemilihan buku.

5) Pilih buku diatas kemampuan baca anak tetapi dengan panjang cerita yang sesuai dengan ketahanannya mendengarkan cerita.

Bila tahap persiapan sudah dilalui dengan baik, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan read aloud. Dalam tahapan ini ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Bacakan cerita dengan penuh kasih sayang. 2) Baca perlahan, ekspresif dan semenarik mungkin.

3) Usahakan menggunakan suara/ intonasi yang berbeda sesuai karakter. 4) Gunakan efek drama, ada tertawa, merengek, menjerit, berbisik, cepat,

lambat, sedih, meraung, meringkik, dan lain-lain sesuai karakter (dalam cerita).

5) Tambahkan „body language‟. 6) Ketika hendak membacakan cerita:

a) Tunjukkan halaman depan.


(49)

commit to user

c) Sebutkan tema utama buku yang akan dibaca seperti “buku cerita ini mengenai…”

d) Mulai dengan membicarakan gambar yang ada di buku atau dengan membolak-balikkan gambar. Bayi perlu dibantu membolak-balikkan buku sedangkan anak usia 3 tahun keatas sudah bisa melakukannya sendiri

7) Tunjukkan kata-kata dengan jari kita.

8) Mulai dengan beberapa menit membaca, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan anak maka waktu membaca akan bertambah. 9) Bila perkembangan anak sudah memungkinkan maka ajukan pertanyaan

seputar cerita.

10)Pancing dengan beberapa pertanyaan, apa yang akan terjadi menurut kamu? Apa ini? Apa itu?

11)Biarkan anak bertanya mengenai cerita.

12)Buat cerita sebagai cara untuk bercakap-cakap.

13)Biarkan anak menceritakan ceritanya, diusia tiga tahun seorang anak sudah bisa menghafal cerita dan biasanya senang diberi keempatan untuk bercerita.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian saya adalah:

1. Penelitian dalam Skripsi yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Reading Aloud Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi PAI di SD Asysyihabiyah Mundurejo Umbulsari Jember” yang dilakukan oleh Ahmad Ali Zainal Abidin Taufiq.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh ternyata implementasi strategi reading aloud pada materi PAI adalah strategi yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan adanya tes sebelum dan sesudah menggunakan strategi reading aloud dan hasilnya meningkat. Adapun nilai prosentase siswa sebelum diterapkan strategi reading aloud


(1)

commit to user 0 10 20 30 40 50 60 70 80 N i l a i

CDT EDP GAT YIK

Siswa

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Grafik 4. Peningkatan Nilai Membaca Pemahaman Setiap Siswa Melalui

Metode Reading Aloud

Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:

Tabel 11. Peningkatan Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus

Siklus Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 51,00 -

Siklus I 60,25 9,25

Siklus II 70,75 10,50

Dari peningkatan nilai membaca pemahaman siswa kelas X SMALB-C

Setya Darma Surakarta melalui metode reading aloud secara klasikal dapat

disajikan dalam grafik 5 yaitu grafik peningkatan nilai rata-rata membaca pemahaman. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Nilai Rata-rata Kondisi Awal Siklus I Grafik 5. Peningkatan Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Setiap Siklus


(2)

commit to user

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai membaca pemahaman telah mencapai 70,75 sebanyak 3 siswa mendapat nilai lebih dari 60 dan 1 siswa mendapat nilai kurang dari 60, ketuntasan secara klasikal 75 %. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran Bahasa

Indonesia melalui metode reading aloud telah berjalan maksimal dan sudah

mencapai indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II maka diperoleh jawaban dari apa yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Sebagaimana diketahui masalah anak tunagrahita salah satunya adalah kemampuan membaca pemahamannya masih rendah. Untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dilakukan dengan metode

reading aloud yang menekankan pada kegiatan mendengarkan bacaan yang dibacakan guru dan menceritakan kembali bacaan dengan kalimatnya sendiri.

Kebaikan atau manfaat yang bisa diambil setelah melakukan tindakan penelitian melatih anak untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

dengan metode reading aloud pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya

Darma Surakarta antara lain: dapat menumbuhkan kecintaan anak pada buku, menumbuhkan semangat siswa untuk rajin membaca, meningkatkan kreativitas siswa, dan meningkatkan konsentrasi.

Kesulitan yang dialami peneliti dalam melaksanakan tindakan ini antara lain: tidak semua siswa konsentrasi untuk memperhatikan atau mendengarkan ketika guru membacakan bacaan sehingga pada saat mengerjakan tes evaluasi siswa tidak bisa mengerjakan, siswa mengeluh teks bacaan yang diberikan guru dianggap terlalu panjang dan rumit sehingga siswa kurang memahami isi bacaan.

Untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam penelitian ini, diambil tindakan atau cara yang lebih menarik perhatian siswa salah satu caranya adalah dengan memberikan bacaan yang tidak terlalu panjang dan lebih mudah, untuk membuat anak berkonsentrasi dengan memberikan bacaan yang menarik dan


(3)

commit to user

disukai anak, dan memberikan hadiah kecil pada saat siswa berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan yang mendapatkan nilai tertinggi.

Secara teknis, penelitian diadakan dengan tahapan-tahapan per siklus. Pada siklus pertama peneliti menerapkan pembelajaran dengan strategi terkendali dimana guru masih ikut membantu dalam menyelesaikan pekerjaan siswa, guru yang memilihkan tempat duduk dan pasangan diskusi siswa, dan guru juga yang menentukan bacaan mana yang akan diajarkan nanti. Strategi tersebut tidak sepenuhnya berhasil memotivasi siswa dalam meningkatkan membaca pemahaman karena masih ada siswa yang tidak menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan masih keluar masuk kelas semaunya karena beranggapan guru akan membantu menyelesaikan pekerjaannya. Peneliti menganggap strategi ini tidak efektif walaupun ada peningkatan dalam perolehan nilai. Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan tindakan ulang untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami bacaan dengan memberikan bacaan yang tidak terlalu panjang dan kata-katanya mudah dipahami serta memberikan hadiah jika siswa berhasil menyelesaikan pekerjaannya sendiri dengan baik pada siklus II.

Setelah menganalisa data yang diperoleh dalam kegiatan latihan dan merefleksikannya maka peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II dengan mencari sumber masalah dan mencari pemecahan serta solusi untuk menangani masalah tersebut.

Pada siklus II ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran secara demokratis yang membebaskan siswa untuk memilih sendiri bacaan apa yang disukai untuk proses pembelajaran nanti, membebaskan siswa untuk memilih sendiri pasangan diskusinya dan tempat duduk yang disenangi serta memberi hadiah agar siswa mau menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan guru atau peneliti. Kegiatan pada siklus II ternyata membuahkan hasil, siswa telah menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan guru atau peneliti dan tes evaluasi berhasil diselesaikan dengan baik. Ini berarti ada motivasi siswa dalam pembelajaran yang menjadikan siswa bisa mengerjakan tesnya dan memperoleh nilai yang meningkat dibanding tindakan sebelumnya.


(4)

commit to user

Secara keseluruhan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang dilaksanakan sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II berdasarkan perbandingan perolehannya maka penelitian telah berhasil meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman yang dilakukan dengan metode reading aloud

pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta.


(5)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus tersebut, maka dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan metode reading

aloud dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan menerapkan metode reading aloud dalam pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa penggunaan metode

reading aloud dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunagrahita kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Berkaitan dengan hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian yaitu memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan serta

memanfaatkan metode reading aloud dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

materi membaca pemahaman untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan menunjukkan pentingnya menerapkan metode

pembelajaran yang bervariasi, salah satunya adalah metode reading aloud yang

terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Metode ini juga dapat digunakan sebagai suatu cara alternatif untuk memotivasi siswa agar memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses pembelajaran Untuk itu


(6)

commit to user

metode reading aloud perlu diterapkan terutama pada materi membaca

pemahaman.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Dalam upaya mengefektifkan metode reading aloud dalam pembelajaran bagi

anak tunagrahita, kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan metode

reading aloud kepada guru-guru supaya mereka mengenal dan memahami

metode reading aloud serta dapat menerapkannya dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia materi membaca pemahaman.

2. Bagi Guru

a. Sebaiknya bacaan yang akan dibacakan guru dengan menggunakan

metode reading aloud tidak terlalu panjang dan rumit sehingga siswa

mudah memahami isi bacaan.

b. Bagi guru yang mengajar siswa tunagrahita ringan di tingkat menengah

atas metode reading aloud dapat digunakan sebagai salah satu metode

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunagrahita ringan.

3. Bagi Siswa

Pada saat guru membacakan bacaan dengan menggunakan metode reading

aloud sebaiknya siswa memperhatikan agar siswa dapat memahami isi bacaan sehingga memperoleh nilai yang bagus.

4. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan dan menerapkan metode

reading aloud dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman untuk siswa tunagrahita ringan di tingkat menengah atas lainnya atau di tingkat lanjutan.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB NEGERI SURAKARTA 2008 2009

0 10 55

KOMUNIKASI LISAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII SMPLB C1 YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

1 21 59

PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009

8 202 61

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SAMPANGAN 26 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 97

PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 2 92

PENDAHULUAN UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS II YPSLB-C DESA GENENG DUWUR, KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 6

PENERAPAN MODEL READING ALOUD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS V SDN Penerapan Model Reading Aloud Untuk Menigkatkan Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas V SDN Cakraningratan No.32 Kec.Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENGGUNAAN METODE SQ3R PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENGGUNAAN METODE SQ3R PADA MATA PELAJARAN IPS (Survey pada siswa kelas IX.PK SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011)

0 1 15

Upaya meningkatkan kemampuan sensomotorik melalui pembelajaran olahraga kesehatan pada anak tuna grahita kelas III SLB/C YPCM BANYUDONO.

0 0 18

PENGARUH METODE BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSENTRASI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS VIII SLB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/ 2014.

0 0 19