Gambaran Umum Design Of stbilizing pro-farmer controls of rice field conversion at special zones in Central Jawa Province

Kota Surakarta 2.608 42.065 106.426 59.780 35.889 Kota Salatiga 7.014 12.365 20.528 22.398 16.363 Kota Semarang 21.363 127.304 236.244 169.976 148.715 Jumlah 2,075,618 964,575 1,445,441 841,444 1,201,881 Sumber: Data Olahan BPS Jawa Tengah 2009 Untuk distribusi penduduk menurut pekerjaan, dalam Tabel 8 dapat diketahui bahwa untuk kategori kabupaten di Kawasan Andalan, jumlah penduduk di bidang pertanian masin lebih banyak dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor lainl. Namun jika dibandingkan data dari tahun-tahun sebelumnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini makin berkurang dari waktu ke waktu, sedangkan untuk bidang Industri, perdagangan dan jasa, jumlah tenaga kerjanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak diketahui dengan pasti, apakah peningkatan penduduk di sektor lain akibat dari terjadinya transformasi mata pencaharian dari petani ke non petani. Kemungkinan lain lain adalah para pencari kerja tidak lagi melihat pertanian sebagai bidang pekerjaan yang menjanjikan. Sebaliknya, bidang Industri, perdagangan dan jasa lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik. Namun asumsi ini perlu dibuktikan lebih lanjut. Tabel 9 Jenis Pengairan lahan sawah di Kawasan Andalan No KabKota Pengairan Teknis Ha Pengairan setengah Teknis Ha Pengairan Sederhana Ha Pengairan Desa Non PU Ha 1 Kab. Magelang 6.623 5.412 8.667 8.264 2 Kab. Boyolali 5.137 4.653 2.114 - 3 Kab. Klaten 19.193 10.099 2.657 - 4 Kab. Sukoharjo 14.900 1.902 2.021 - 5 Kab. Karanganyar 8.029 6.356 5.041 - 6 Kab. Grobogan 19.092 1.539 1.838 7.468 7 Kab. Demak 18.398 7.864 4.208 2.437 8 Kab. Semarang 5.475 4.027 7.858 1.012 9 Kab. Temanggung 4.641 8.535 2.989 3.524 10 Kab. Kendal 15.856 1.640 5.459 2.302 11 Kota Magelang 212 - - - 12 Kota Surakarta 42 35 - 24 13 Kota Salatiga 383 129 96 19 14 Kota Semarang 226 606 968 114 Jumlah 118,207 52,797 43,916 25,164 Sumber: Data olahan dari BPS Jateng 2009 Ada berbagai jenis pengairan bentuk irigasi yang digunakan oleh penduduk di Kawasan Andalan untuk mengairi sawah mereka. Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa irigasi atau pengairan sawah di Kawasan Andalan menggunakan 1 pengairan teknis, 2 pengairan setengah teknis, 3 pengairan sederhana, 4 pengairan desa, non PU. Data dalam Tabel 9 ini menjelaskan bahwa untuk beberapa daerah seperti kab. Magelang, Grobogan, dan beberapa yang lain masih menggunakan pengairan sederhana, bahkan pengairan desa, non PU. Beberapa daerah yang lain sudah meninggalkan sistem pengairan sederhan bahkan yang tradisional non PU. Rata-rata wilayah Kawasan Andalan melakukan 2 kali panen padi dalam setahun. Data dalam Tabel 10 menunjukkan bahwa kabupaten Grobogan memiliki luas lahan terbesar, dan memproduksi padi terbesar selama 2 musim panen. Dari data yang ada dapat diketahui pula bahwa ada sejumlah lahan yang tidak diusahakan selama tahun 2009. Total luas lahan yang tidak diusahakan tersebut sebesar 6.905 ha. Informasi tentang luas lahan berdasarkan jumlah panen dalam setahun dapat dilihat dalam Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Luas Lahan berdasarkan jumlah panen setiap tahun No Kabupaten Kota Jumlah Panen dalam setahun Tidak Diusahakan Ha Luas Ha 1 kali Ton 2 kali Ton 1 Kab. Magelang 12.194 23.180 1.847 37.221 2 Kab. Boyolali 4.289 18.529 178 22.996 3 Kab. Klaten 2.427 30.925 60 33.412 4 Kab. Sukoharjo 1.330 19.862 65 21.257 5 Kab. Karanganyar 1.885 20.348 108 22.341 6 Kab. Grobogan 19.199 44.698 58 63.955 7 Kab. Demak 653 47.457 2.250 50.360 8 Kab. Semarang 6.909 16.669 817 24.395 9 Kab. Temanggung 6.162 13.265 1.203 20.630 10 Kab. Kendal 8.435 17.682 101 26.218 11 Kota Magelang 212 212 12 Kota Surakarta 9 111 3 123 13 Kota Salatiga 168 604 - 772 14 Kota Semarang 1.457 2.308 215 3.980 Jumlah 65,117 255,850 6,905 327,872 Sumber : BPS Jawa Tengah, 2009 Dari total luas lahan yang tidak diusahakan, sebagian besar ada di wilayah Demak, sebesar 2.250 Ha, kemudian di Kabupaten Magelang seluas 1.847 Ha, dan di kabupaten Temanggung sebesar 1,203 Ha.

V. ANALISA PENGARUH KONVERSI LAHAN

5.1. Analisa Tingkat Konversi Lahan Sawah

Dari hasil Analisis Spasial Penggunaan Lahan Sawah menggunakan Data Penginderaan Jauh atau Citra Landsat tahun 1991, 1997, 2003 dan 2006 menunjukkan adanya penurunan luas lahan sawah di lokasi penelitian, adanya perubahan fungsi dari lahan sawah ke penggunaan lahan non sawah. Dari Tabel 11 berikut ini dapat dilihat luas penurunan atau konversi lahan sawah pada Pengembangan Kawasan Andalan tahun 1991, 1997, 2003 dan 2006 Tabel 11 Luas dan Laju Konversi Lahan Sawah Tahun Luas Lahan Sawah ha Luas Konversi Lahan Sawah ha Rata-Rata Konversi Lahan Sawah Per Tahun ha 1991 519.585,08 - 1997 518.272,03 1.313,04 2,06 218,84 0,04 2003 455.902,33 62.369,70 97,62 10.394,95 2,00 2006 455.692,48 209,85 0,33 69,95 0,02 TOTAL 63.892,60 100.00 4.259,51 0,82 Sumber: Citra Landsat tahun 1991, 1997, 2003, 2006 Dari Tabel 11, dapat dilihat bahwa total penurunan lahan sawah dari tahun 1991 hingga tahun 2006 adalah 63.892,60 ha. Total luas penurunan lahan sawah pada tahun 1991 adalah 519.585,08 ha. Antara tahun 1991 hingga tahun 1997 terjadi penurunan luas lahan sawah sebesar 1.313,04 ha sehingga total luas lahan sawah di Pengembangan Kawasan Andalan tahun 1997 adalah 518.272,03 ha. Dengan berkurangnya lahan sebesar 62.369,70 ha dari tahun 1997-2003, maka jumlah lahan sawah tahun 2003 adalah 455.902,33 ha. Tahun 2003-2006 total penurunan lahan sawah sebesar 209,85 ha, sehingga luas lahan pada tahun 2006 sebesar 455.692 ha. Dari hasil citra landsat juga dapat diketahui bahwa jumlah penurunan lahan sawah terbesar terjadi antara tahun 1997 hingga tahun 2003. Dari total penurunan lahan sebesar 63,892.60 ha, sekitar 97 penurunan lahan terjadi pada tahun 1997- 2003. Tidak diketahui pasti mengapa antara tahun 1997-2003 terjadi penurunan luas lahan sawah yang cukup besar. Berbagai faktor bisa menjadi penyebab dari turunnya jumlah lahan sawah di Kawasan Andalan. Faktor ekonomi, sosial budaya, dapat saja menjadi penyebab dari turunnya luas lahan sawah ini. Laju konversi lahan sawah per tahun dari tahun 1991 sampai dengan 2006 adalah 4.259,51 hatahun 0,82. Laju konversi lahan sawah tertinggi terjadi pada tahun 1997 sampai dengan 2003 yaitu sebesar 10.394,95 hatahun 2. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 laju konversi lahan sawah relatif kecil, yaitu 69,95 hatahun 0,02. Konversi lahan yang sangat besar pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2003 disebabkan pada periode tersebut Indonesia dilanda krisis moneter yang selanjutnya memicu terjadinya krisis ekonomi dan politik, bahkan berubah menjadi krisis multidimensional. Krisis pada tahun 2007 tersebut berujung pada lengsernya Presiden Soeharto dari tampuk kepemimpinan Indonesia selama 32 tahun, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998. Krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia, menjadikan kekuatan hukum porak-poranda, termasuk kepemilikan dan pengusahaan atas tanah. Rencana Tata Ruang sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tantang Penyusunan RTRW dan aturan pelaksanaan lainnya banyak yang dilanggar. Tidaklah heran kalau pada era tersebut terjadi “sock”, khususnya melonjaknya laju konversi lahan sawah pada Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah. Turunnya luas lahan sawah akibat konversi, tentunya berdampak pada banyak hal, salah satunya adalah pada jumlah tenaga kerja petani. Lahan sawah merupakan tempat aktivitas utama bagi mereka yang bermata pencaharian sebagai petani. Artinya, hampir seluruh aktivitas, kegiatan usahatani dilakukan di lahan sawah. Dengan penurunan jumlah lahan yang cukup besar, tentunya akan berdampak pada jumlah tenaga kerja petani. Logisnya, dengan menurunnya jumlah lahan sawah maka akan menurun juga jumlah tenaga kerja petani, karena lahan sawah sebagai tempat kerja mereka telah dikonversi. Untuk melihat dampak konversi terhadap ratio petani dan non petani, maka pertama akan ditunjukkan tentang data luas konversi lahan sawah pada Pengembangan Kawasan Andalan tahun 1991, 1997, 2003, dan 2006. Gambar- Gambar berikut ini menunjukkan tentang informasi penggunaan lahan pada Kawasan Andalan. Gambar 13 Penggunaan lahan pada Kawasan Andalan tahun 1991 Salatiga Semarang Grobogan Kota Semarang Kendal Demak • • • • • • Karanganyar Surakarta Magelang Kota Magelang Temanggung • • • • • Klaten Sukoharjo Boyolali • • • Gambar 14 Penggunaan lahan pada Kawasan Andalan tahun 1997 • • Sukoharjo Karanganyar Grobogan Demak • • • • • Kendal Semarang Boyolali Klaten • • • • • Kota Semarang Kota Magelang Temanggung • • • • Surakarta Magelang Salatiga