Larvasida Kimia Untuk Nyamuk
Gambar 5. Profil tanaman kamandrah
Sumber : Koleksi kotak pamer Balittro Bogor
Minyak kamandrah dapat dihasilkan dari biji kamandrah melalui proses ekstraksi dengan menggunakan mesin pengepres minyak. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan diketahui kadar lemak yang terdapat pada biji kamandrah adalah lemak 40,01, protein 26,69, serat 8,45, abu 3,14 dan
karbohidrat 15,51 Saputera et al 2006. Dzulkarnain 1989 melaporkan bahwa biji C. tiglium dari famili
Euphorbiaceae mengandung minyak yang sangat berbahaya, setetes minyak 0,05
gram dapat menyebabkan diare, sedangkan dosis lebih besar sedikit lagi fatal bagi manusia. Bijinya juga mengandung crotin yang merupakan suatu fitotoksin
protein, fraksi resinnya mengakibatkan radang kulit. Di sekitar Maluku dan Sulawesi Selatan, bahan ini pernah diberitakan digunakan sebagai obat KB, tetapi
sebenarnya yang terjadi adalah abortus atau bila digunakan pada masa implantasi maka kerjanya sebagai anti implantasi, karena adanya kontraksi yang kuat pada
usus dan juga uterus. Lectin dari C. tiglium dapat menginhibisi haemaglutination dan haemolysis
sel darah merah pada kelinci Kalyan and Sen 1983. Yuningsih dan Laba 2007 melaporkan telah melakukan uji efek toksik dari beberapa tanaman beracun di
antaranya daun lelatang Acalypha indica, biji karet Ficus elastica, biji kapok Ceiba petandra, biji jarak Ricinus communis, daun tembakau Nicotiana
tabacum , daun Strychnuos nux vomica, akarbatang tuba Derris eliptica, daun
tikusan Clauseva exavata, umbi gadung, kulit batang ceremai, batang kipahit Pierasma javanica , biji kamandrah C. tiglium dan biji picung Pangium
edule . Dari berbagai ekstrak tanaman yang diuji, ekstrak yang paling toksik
adalah ekstrak biji kamandrah dan ekstrak biji picung. Secara patologi anatomis ekstrak tanaman beracun tersebut menyebabkan pembendungan dan perdarahan
umum pada paru-paru, jantung dan hati dan sebagian besar dari area mukosa lambung hanya berupa selaput tipis yang berwarna transparan karena mengalami
atrofi Yuningsih 2007. Salatino et al. 2007 melaporkan bahwa tanaman dari genus croton
memiliki bioaktifitas anti-hypertensive, anti-inflammatory, antimalarial, antimicrobial,
antispas-modic, antiulcer, antiviral dan myorelaxant. Adapun penggunaan secara tradisional dan efek farmakologi dari bagian tanaman
dari beberapa spesies Croton dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan tradisional dan efek farmakologi beberapa spesies Croton
Spesies Penggunaan Tradisional
Bagian Tanaman Yang Berpegaruh dan Komponen Terisolasi
Rujukan
Croton arboreous
Anti-inflamasi Four sesquiterpenes → Anti-inflamasi
Aguilar-Guadarrama et al. 2004
Croton cajucara Diabetes, hiperkolesterole
mia, pencernaan gangguan, gangguan hati,
penurunan berat badan Minyak volatil kulit → penyembuhan
usus lambung
a, b
; anti-leishmanial
c
; ekstrak kulit dengan air → penurunan
berat badan dan sensitivitas yang lebih tinggi dari adiposit untuk isoprenalin
dan adrenalin
d
; trans-crotonin, trans – asam dehydrocrotonin, aleuritolic
asetil → dan efek hipoglikemik hipolipidemik
e, f
; trans- dehydrocrotonin → anti-estrogen,
antikanker
g
; linalool → anti-bakteri dan anti jamur
h a
Hiruma-Lima et al 1999
b
Hiruma-Lima et al. 2002
c
Rosa et al. 2003
d
Grassi-Kassisse et al. 2003
e
Maciel et al. 2000
f
Barbosa et al. 2004
g
Grynberg et al. 1999
h
Alviano et al. 2005
Croton celtidifolius
Peradangan, leukemia, bisul, rematik
Kulit → anti-inflamasi dan anti-oksidan Nardi et al. 2003