Hirarki Sub Kriteria Design Of stbilizing pro-farmer controls of rice field conversion at special zones in Central Jawa Province

Gambar 31 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat perguruan tinggi Agregat seluruh stakeholder terhadap sub kriteria menjadi prioritas pertama adalah meningkatkan land rent keuntungan usaha tani dengan bobot nilai sebesar 0,341, prioritas kedua menurunkan perilaku masyarakat dalam konversi lahan sawah dengan bobot nilai sebesar 0,266, prioritas ketiga menjaga ketersediaan padi dengan bobot nilai sebesar 0,246 dan prioritas terakhir meningkatkan daya tarik mata pencarian di bidang pertanian dengan bobot nilai sebesar 0,147 dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Sub kriteria dalam konversi lahan sawah menurut pendapat seluruh stakeholder

7.3. Hirarki Strategi

Untuk level strategi dalam mengendalikan konversi lahan sawah yang menjadi prioritasa utama adalah pembangunan infrastruktur pertanian dengan bobot nilai 0,258. Prioritas kedua adalah membantu perolehan Saprodi secara murah dan mudah dengan bobot nilai 0,204. Prioritas tiga adalah membantu pemasaran hasil panen dengan bobot nilai 0,185, prioritas selanjutnya adalah meningkatkan informasi konversi lahan sawah dengan bobot nilai 0,164, meningkatkan orientasi nilai budaya dengan bobot nilai sebesar 0,129, meningkatkan sikap dengan bobot nilai sebesar 0,124, meningkatkan produksi padi dengan bobot nilai 0,119, mengendalikan perpindahan pekerjaan dari bidang pertanian 0,118, menekan laju pertumbuhan penduduk dengan bobot nilai 0,113, meningkatkan persepsi dengan bobot nilai 0,112, memberikan asuransi kepada petani dengan bobot nilai 0,095, diversivikasi makanan non beras dengan 0,094, meningkatkan kemampuan dengan bobot nilai 0,087, dan prioritas terakhir adalah member insentif fiscal kepada petani dan meningkatkan motivasi dengan bobot nilai 0,085 lebih jelanya dapat dilihat Gambar berikut ini. Keterangan : PIP : pembangunan infrastruktur pertanian MP : meningkatkan persepsi MO : Meningkatkan orientasi nilai budaya DM : Diversivikasi makanan non beras MIK : Meningkatkan informasi konversi lahan sawah MS : Meningkatkan sikap MPB : Mengendalikan perpindahan pekerjaan dari bidang pertanian MPS : Membantu perolehan Saprodi secara murah dan mudah MPH : Membantu pemasaran hasil panen MPP : meningkatkan produksi padi MLP : menekan laju pertumbuhan penduduk MM : meningkatkan motivasi MK : meningkatkan kemampuan MAP : Memberikan asuransi kepada petani MIF : Memberikan insentif fiskal pada petani Gambar 33 Strategi dalam pengendalian konversi lahan sawah menurut pendapat seluruh stakeholder Gambar 32 menunjukkan bahwa terdapat 4 empat strategi utama yang perlu dilakukan dalam rangka pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani, yaitu: 1 pembangunan infrastruktur pertanian, 2 membantu pemasaran hasil pertanian, 3 membantu perolehan saprodi secara murah dan mudah, dan 4 meningkatkan informasi konversi lahan sawah. Keempat strategi utama tersebut juga harus didukung strategi-strategi lainnya secara sistematis. 1 Pembangunan Infrastruktur Pertanian Para pakar sepakat bahwa keengganan petani menanam padi pada lahan sawah yang dimilikinya disebabkan kurangnya pasokan air pada setiap tahapan kegiatan. Kebutuhan air terbanyak adalah pada saat penggenangan. Penggenangan air dilakukan pada atahap awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada tahap sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan tahap pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji. Bila pada tahap pengolahan lahan dan penggenangan terjadi kekuarangan air, maka padi tidak akan berkembang secara optimal. Berbagai kerusakan sistem irigasi baik yang bersifat teknis, semi teknis maupun tradisional menyebabkan pasokan air saat dibutuhkan menjadi tergganngu. Upaya untuk memperbaiki sistem irigasi harus dilaksanakan secara terpadu, baik oleh petani maupun oleh pemerintah. Disamping perbaikan sistem irigasi, hal lain yang perlu dilakukan untuk menjamin pasokan air adalah : memastikan debit air untuk petani dan mengembangkan teknologi hemat penggunaan air. 2 Membantu Pemasaran Hasil Panen Sudah menjadi rahasia umum bila pada musim panen raya petani akan mendapati harga beras yang sangat murah. Sebaliknya bila terjadi paceklik, ketika jumlah beras berkurang petani juga tidak menikmati harga yang tinggi, karena adanya impor beras. Kesejahteraan petani harus tetap dijaga dengan tetap mengontrol pendapatan petani pada tingkat tertentu. Artinya di saat panen raya maupun paceklik petani tetap memiliki pendapatan yang sama. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan jaminan harga terhadap pemasaran beras petani. Jaminan harga pemasaran beras semacam itu hanya mungkin terjadi bila pemerintah melakukan tata niaga yang ketat terhadap komuditas beras. Disamping itu perlu adanya asuransi bagi petani, khususnya asuransi hasil usahatani. 3 Membantu Perolehan Saprodi Secara Murah dan Mudah Tata niaga saprodi yang lemah, menyebabkan pasokan kepada petani sering terganggu. Petani tidak hanya menerima harga saprodi yang sangat tinggi, tetapi juga sulit untuk mendapatkannya. Perdagangan bibit, pupuk dan insektisida harus dikontrol sedemikian rupa sehingga petani bisa mendapatkannya dengan harga yang murah dan mudah. Hal ini penting untuk dilakukan, mengingat petanilah yang perlu memastikan ketercukupan beras kawasan. 4 Meningkatkan Informasi Konversi Lahan Sawah Banyak petani yang tidak tahu mengapa konversi lahan sawah tidak diperkenankan. Mereka juga tidak mengetahui kebijakan pemerintah tentang kemandirian pangan, ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Bagi mereka lahan sawah adalah asset mereka dan mereka bebas untuk memilih digunakan untuk apa asset tersebut. Petani tentunya merasa heran mengapa mereka tidak boleh melakukan konversi lahan sawah, sementara usaha tani lahan sawah kurang menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu perlu sosialisasi yang jelas menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk keuntungan bagi mereka apabila tetap mengusahakan lahan sawahnya untuk menanam pad. Informasi konversi lahan sawah harus dilakukan dialogis, petani dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya. Pada akhirnya petani harus yakin bahwa pengendalian konversi lahan sawah itu bermanfaat untuk mereka.