Perencanaan dan Penganggaran Terpadu

Perencanaan dan penganggaran bagaikan dua keping mata uang, dimana yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Pada gambar 36 berikut ini dijelaskan tentang integrasi pendekatan perencanaan politis, teknokratis, partisipatif, top down planning dan bottom up planning, serta hubungannya dengan sistem penganggaran. CSR Penggalian Gagasan Musrenbang Desa RPJMDes RKPDes Musrenbang Kecamatan Musrenbang Kabupaten Profil Desa Podes Pelaksanaan Pertanggungjawaban APBD Kab MDST Pokok Pikiran DPRD RPJMD RKPD Forum SKPD MAD MKP CSR APBD Prov MD Sosialisasi MAD Sosialisasi J A R I N G A S M A R A CSR APBN RPJM RKP Keterangan : Alur Perencanaan Alur Penganggaran Gambar 36 Sistem perencanaan dan penganggaran terpadu pemantapan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani pada Kawasan Andalan Perencanaan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani harus dimulai dari bawah, yaitu dari petani itu sendiri. Adapun tahapan perencanaan dari bawah ke atas dalam rangka pengendalian lahan sawah yang berpihak kepada petani meliputi : 1 Perencanaan Desa Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan, bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari definisi tersebut di atas maka diketahui bahwa desa merupakan domain masyarakat bukan pemerintah. Dengan demikian perencanaan di tingkat desa sama dengan perencanaan di tingkat masyarakat. Perencanaan di Desa dimulai dari penggalian gagasan di tingkat kelompok, termasuk di dalamnya kelompok tani. Di tingkat kelompok inilah masalah-masalah berkenaan dengan konversi lahan sawah dan usahatani padi sawah dibedah. Alat analisa yang dipergunakan bisa bervariasi diantaranya: PRA participatory rural appraisal, RRA Rapid Rural Appraisal, kalender musim, bagan kelembagaan. Dari analisa ini ditemukan masalah dan penyebab masalahnya. Untuk memastikan bahwa seluruh komponen yang ada di dalam masyarakat terlibat di dalam perencanaan di tingkat Desa, maka perlu adanya forum perencanaan khusus perempuan. Pada forum ini petani perempuan yang dalam banyak hal suaranya kurang didengar, dapat menyampaikannya dalam forum ini. Hasil dari musyawarah khusus perempuan perlu dipertimbangkan sebagai usulan prioritas Desa Dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh petani, maka masalah-masalah yang bisa mereka atasi akan mereka atasi sendiri. Namun untuk masalah-masalah yang tidak bisa mereka atasi sendiri, diusulkan ke tingkat Desa. Desa selanjutnya memasukkan usulan kelompok tersebut sebagai daftar usulan desa bersama dengan usulan kelompok-kelompok lainnya. Dengan mempertimbangkan RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan RKP Desa Rencana Kerja Pembangunan Desa, maka disusunlah rencana tersebut dalam suatu skala prioritas. Dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki Desa, maka perencanaan yang dianggap prioritas dan sanggup ditangani sendiri oleh Desa, akan langsung ditangani Desa. Sedangkan yang tidak mampu ditangani di usulkan untuk menjadi usulan Kecamatan. Forum untuk memutuskan status dari perencanaan desa tersebut disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang Desa. 2 Perencanaan Kecamatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan, bahwa Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat daerah kabupatenkota. Jadi berbeda dengan peraturan sebelumnya, kecamatan bukan lagi satu kesatuan wilayah, tetapi wilayah kerja Camat. Dari pengertian ini Kecamatan bukan lagi pemerintahan di atas Desa. Pemerintahan di atas desa adalah KabupatenKota. Perencanaan Desa yang diajukan oleh Desa ke kecamatan, selanjutnya oleh musyawarah antar desa yang dihadiri oleh unsur BKAD Badan Kerjasama Antar Desa dianalisa bersama-sama. Untuk usulan yang dianggap prioritas maka akan ditangani oleh Kecamatan dalam hal ini BKAD dengan memanfaatkan sumber- sumber dana yang dialokasikan di Kecamatan. Sedangkan untuk yang tidak mampu ditangani oleh Kecamatan, selanjutnya diusulkan ke tingkat KabupatenKota. Forum musyawarah di tingkat Kecamatan disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang Kecamatan. 3 Perencanaan KabupatenKota Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan, bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, KabupatenKota memiliki posisi yang strategis. Pada tingkatan ini secara nyata bertemunya pendekatan perencanaan politis, teknokratis dan partisipatif. Para birokrat menyusunan perencanaan teknokratis mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD yang selanjutnya diturunkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah RKP dan Rencana Kerja Renja tahunan. Sementara petani melalui perencanaan partisipatif, yang merupakan cerminan dari kebutuhan riil petani. Ketiga pendekatan perencanaan tersebut bertemu dalam forum Musyawarah Kerja Pembangunan Musrenbang KabupatenKota. Pada Musrenbang KabupatenKota diputuskan perencanaan yang menjadi prioritas dan perencanaan yang ditolak. Bagi perencanaan yang menjadi prioritas akan disyahkan dan akan dibiayai melalui RAPBD KabupatenKota. Sedangkan yang tidak mampu ditampung dalam RAPBD KabupatenKota diusulkan untuk dibiayai melalui RAPBD Provinsi. 4 Perencanaan Provinsi Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan, bahwa Provinsi adalah penyelenggara asas Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Meskipun sebagai wakil pemerintahan di Daerah, dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, Provinsi memiliki posisi yang strategis sebagaimana halnya dengan Kabupaten dan Kota. Pada tingkatan ini secara nyata juga bertemu pendekatan perencanaan politis, teknokratis dan partisipatif. Para birokrat menyusunan perencanaan teknokratis mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD yang selanjutnya diturunkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah RKP dan Rencana Kerja Renja tahunan. Sementara petani melalui perencanaan partisipatif, yang merupakan cerminan dari kebutuhan riil petani. Ketiga pendekatan perencanaan tersebut bertemu dalam forum Musyawarah Kerja Pembangunan Musrenbang Provinsi. Pada Musrenbang Provinsi diputuskan perencanaan yang menjadi prioritas dan perencanaan yang ditolak. Bagi perencanaan yang menjadi prioritas akan disyahkan dan akan dibiayai melalui RAPBD Provinsi. Sedangkan yang tidak mampu ditampung dalam RAPBD Provinsi diusulkan untuk dibiayai melalui RAPBN. 5 Perencanaan NasionalPusat Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, posisi Pemerintah Pusat sangatlah kuat. Kekuatan Pemerintah Pusat pada negara kesatuan jauh melebihi kekuatan Pemerintah Federal pada negara federal. Keputusan perencanaan pembangunan di Indonesia banyak ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Melihat kenyataan itu, maka tidaklah mengherankan, bila pembangunan di Indonesia ditentukan oleh para Birokrat pemerintah pusat yang berfikir secara teknokratis. Dalam cara berfikir teknokratis perencanaan partisipatif dari bawah hanya dipandang sebagai ”saran”. Ruang untuk menerima usulan Daerah dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang Nasional sering hanya menjadi acara seremonial belaka. Untuk memastikan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani menjadi prioritas nasional, perlu adanya lobby-lobby politik tingkat tinggi. Dalam kondisi ini peran DPRRI menjadi sangat penting. Usahatani padi sawah memiliki ciri tersendiri. Usahatani padi sawah sangat tergantung dengan musim. Bila menanam padi sawah tidak tepat pada waktunya, maka bisa dipastikan bahwa usahatani tersebut akan gagal. Hal ini penting untuk dipertimbangkan terutama bila dikaitkan dengan sistem penganggaran di Indonesia. Pada umumnya penganggaran di Indonesia direncanakan setahun sebelum turunnya anggaran. Bila pola semacam itu diterapkan dalam pembiayaan usaha tani maka tidak akan banyak bermanfaat. Pembiaya konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani dapat dibagi menjadi 2 dua, yaitu: 1 pembiayaan yang langsung untuk usahatani padi sawah, dan 2 pembiayan yang tidak langsung untuk membiayai usahatani padi sawah, contohnya adalah untuk pembangunan jalan. Untuk penganggaran yang digunakan untuk kegiatan usahatani padi sawah, selayaknya dibuat semudah mungkin dan sedekat mungkin dengan petani. Model block grant seperti yang dilakukan oleh Program Nasional Pemberadayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP yang memberikan block grant sebesar 1 – 3 milyar per kecamatan per tahun, bisa digunakan sebagai model pilihan. Apalagi pilihan kegiatan pada PNPM-MP adalah open menu, sangat tergantung dari pilihan masyarakat open menu. Block Grant semacam ini bisa dialokasikan di tingkat Desa, dan dikelola sendiri oleh masyarakat. Bila kita lihat kembali pada gambar tentang sistem perencanaan dan penganggaran terpadu sebelumnya, maka kita akan melihat bahwa sumber pembiayaan untuk pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani sangatlah banyak. Sumber pembiayaan bukan hanya yang berasal dari Instansi Pertanian, tetapi juga dari instansi-instansi terkait lainnya. Sumber- sumber penganggaran meliputi : 1 Tingkat Desa, bersumber dari sawadaya masyarakat, LSM, APBDesa, dan sumber lain yang tidak mengikat. 2 Tingkat Kecamatan, bersumber dari PNPM, LSM, CSR, dan sumber lain yang tidak mengikat. 3 Tingkat Kabupaten bersumber dari APBD KabupatenKota, LSM, CSR, dan sumber lain yang tidak mengikat. 4 Tingkat Provinsi bersumber dari APBD Provinsi, LSM, CSR, dan sumber lain yang tidak mengikat. 5 Tingkat Pusat bersumber dari APBN, LSM, CSR, dan sumber lain yang tidak mengikat. Dari bentuknya penganggaran bisa berbentuk : 1 Dana Sektor, Suatu dana yang diperuntukkan kepada masyarakat, tetapi dikelola oleh sektor sesuai dengan mandat sektor masing-masing. 2 Spesifik Block Grant, adalah suatu block grant yang diberikan oleh sektor atau pihak lainnya kepada masyarakat, tetapi penggunaannya terbatas sesuai dengan mandat yang diberikan oleh sektor masing-masing atau pihak pemberi dana. 3 Block Grant Open Men u, adalah block grant yang diberikan kepada masyarakat, dan masyarakat bebas mengelolanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. 4 Sawadaya Murni, adalah dana milik petani yang dikelola oleh petani sendiri. Untuk memantapkan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani pada Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah perlu memobilisasi berbagai anggaran yang bersumber dari berbagai pemangku kepentingan. Agar tidak terjadi overlaping, maka keterpaduan harus dilaksanakan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pelestarian.

8.6. Pengorganisasian

Mengingat luasnya ruang lingkup pengendalian konversi lahan sawah, maka didalam pengorganisasiannya pun perlu medlibatkan berbagai pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembagian peran yang baik akan mempermudah masing-masing instansi untuk menganggarkan sesuai dengan alokasi anggaran pada masing-masing instansi. Pada tabel berikut digambarkan tentang peran masing-masing isntansi sesuai dengan program dan kegiatannya. Tabel 38 Pembagian program dan kegiatan pemantapan pengendalian konversi lahan sawah berdasarkan sektor utamanya. TINGKAT PROGRAM KEGIATAN SEKTOR UTAMA PUSAT Program Jaminan Pemasaran Beras 1. Penyelenggaraan asuransi petani 2. Peningkatan aksesbilitas petani 3. Revitalisasi peran swasta dalam pemasaran beras 4. Tata niaga beras Asuransi Pekerjaan Umum Perdagangan Bulog Program Pengelolaan Air Bagi Usaha Tani Sawah 1. Pembangunanrehabilitasi irigasi teknis 2. Pembangunanrehabilitasi irigasi setengah teknis 3. Pembangunanrehabilitasi irigasi sederhana 4. Pembangunanrehabilitasi irigasi desa Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum 5. Peningkatan manajemen pengelolaan air 6. Peningkatan teknologi penghematan air bagi usaha tani sawah Dalam Negeri Pertanian Program Pengadaan Saprodi Murah dan Mudah 1. Revitalisasi sistem produksi pupuk 2. Revitalisasi sistem produksi bibit 3. Revitalisasi sistem produksi obat-obatan pertanian 4. Revitalisasi sistem pemasaran saprodi 5. Penyelenggaraan subsidi saprodi bagi usaha tani sawah 6. Identifikasi poksar Industri Industri Industri Perdagangan Pertanian Dalam Negeri Program Pembebasan PBB Bagi Lahan Sawah 1. Pengelolaan sistem pembebasan PBB bagi lahan sawah 2. Identifikasi poksar Keuangan Dalam Negeri Program Konsolidasi Manajemen Lahan Sawah 1. Konsolidasi manajemen lahan sawah 2. Identifikasi poksar Dalam Negeri Dalam Negeri Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian konversi lahan sawah 2. Identifikasi poksar 3. Pemberian cash transfer bagi kelompok tani open menu 4. Pendampingan Dalam Negeri Dalam Negeri Keuangan Dalam Negeri Program Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Usaha Non Sawah bagi Petani 1. Identifikasi kebutuhan pelatihan 2. Penyusunan dan pengembangan modul pelatihan 3. Pelaksanaan pelatihan 4. Monitoring dan evalusi pasca trainning 5. Pelatihan penyegaran Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja 6. Program Diversifikasi Pangan Non Beras 1. Penyuluhan diversifikasi pangan non beras 2. Kegiatan inovatif diversifikasi pangan non beras Pertanian Pertanian Program Peningkatan Kapasitas Pemda Dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Sosialisasi 2. Pembentukan tim koordinasi 3. Monitoring dan evaluasi 4. Pemantapan perencanaan Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri partisipatif 5. Pemantapan perencnaan teknokratis 6. Pemantapan perencanaan politis 7. Pemantapan pengawasan Bappenas DPRRI BPKP Program Peningkatan Peran Perguruan Tinggi dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Peningkatan bantuan teknis 2. Peningkatan penelitian Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional Program Peningkatan Peran LSM dalam Advokasi Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Peningkatan Kemitraan Pemerintah dan LSM 2. Advokasi Pengendalian Konversi Lahan sawah Dalam Negeri Dalam Negeri DAERAH Program Jaminan Pemasaran Beras 1. Penyelenggaraan asuransi petani 2. Peningkatan aksesbilitas petani 3. Revitalisasi peran swasta dalam pemasaran beras 4. Tata niaga Beras Asuransi Dinas PU Dinas Perdagangan Bulog Program Pengelolaan Air Bagi Usaha Tani Sawah 1. Pembangunanrehabilitasi irigasi teknis 2. Pembangunanrehabilitasi irigasi setengah teknis 3. Pembangunanrehabilitasi irigasi sederhana 4. Pembangunanrehabilitasi irigasi desa 5. Peningkatan manajemen pengelolaan air 6. Peningkatan teknologi penghematan air bagi usaha tani sawah Dinas PU Dinas PU Dinas PU BPMD BPMD Dinas Pertanian Program Pengadaan Saprodi Murah dan Mudah 1. Revitalisasi sistem produksi pupuk 2. Revitalisasi sistem produksi bibit 3. Revitalisasi sistem produksi obat-obatan pertanian 4. Revitalisasi sistem pemasaran saprodi 5. Penyelenggaraan subsidi saprodi bagi usaha tani sawah 6. Identifikasi poksar Dinas Industri Dinas Industri Dinas Industri Dinas Perdagangan Dinas Pertanian BPMD Program Pembebasan PBB Bagi Lahan 1. Pengelolaan sistem pembebasan PBB bagi Pajak Sawah lahan sawah 2. Identifikasi poksar BPMD Program Konsolidasi Manajemen Lahan Sawah 1. Konsolidasi manajemen lahan sawah 2. Identifikasi poksar BPMD BPMD Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian konversi lahan sawah 2. Identifikasi Poksar 3. Pemberian cash transfer bagi kelompok tani open menu 4. Pendampingan BPMD BPMD BPMD BPMD Program Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Usaha Non Sawah bagi Petani 1. Identifikasi kebutuhan pelatihan 2. Penyusunan dan pengembangan modul pelatihan 3. Pelaksanaan pelatihan 4. Monitoring dan evalusi pasca trainning 5. Pelatihan penyegaran Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja Program Diversifikasi Pangan Non Beras 1. Penyuluhan diversifikasi pangan non beras 2. Kegiatan inovatif diversifikasi pangan non beras Dinas Pertanian Dinas Pertanian Program Peningkatan Kapasitas Pemda Dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Sosialisasi 2. Pembentukan Tim Koordinasi 3. Monitoring dan evaluasi 4. Pemantapan Perencanaan Partisipatif 5. Pemantapan Perencnaan Teknokratis 6. Pemantapan Perencanaan politis 7. Pemantapan Pengawasan BPMD BPMD BPMD BPMD Bappeda DPRD Inspektorat Program Peningkatan Peran Perguruan Tinggi dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Peningkatan bantuan teknis 2. Peningkatan penelitian Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Program Peningkatan Peran LSM dalam Advokasi Pengendalian Konversi Lahan Sawah 1. Peningkatan Kemitraan Pemerintah dan LSM 2. Advokasi Pengendalian Konversi Lahan sawah BPMD BPMD