tinggi, karena adanya impor beras. Kesejahteraan petani harus tetap dijaga dengan tetap mengontrol pendapatan petani pada tingkat tertentu. Artinya di
saat panen raya maupun paceklik petani tetap memiliki pendapatan yang sama. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan jaminan
harga terhadap pemasaran beras petani. Jaminan harga pemasaran beras semacam itu hanya mungkin terjadi bila pemerintah melakukan tata niaga
yang ketat terhadap komuditas beras. Disamping itu perlu adanya asuransi bagi petani, khususnya asuransi hasil usahatani.
3 Membantu Perolehan Saprodi Secara Murah dan Mudah
Tata niaga saprodi yang lemah, menyebabkan pasokan kepada petani sering terganggu. Petani tidak hanya menerima harga saprodi yang sangat tinggi,
tetapi juga sulit untuk mendapatkannya. Perdagangan bibit, pupuk dan insektisida harus dikontrol sedemikian rupa sehingga petani bisa
mendapatkannya dengan harga yang murah dan mudah. Hal ini penting untuk dilakukan, mengingat petanilah yang perlu memastikan ketercukupan
beras kawasan. 4
Meningkatkan Informasi Konversi Lahan Sawah Banyak petani yang tidak tahu mengapa konversi lahan sawah tidak
diperkenankan. Mereka juga tidak mengetahui kebijakan pemerintah tentang kemandirian pangan, ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Bagi
mereka lahan sawah adalah asset mereka dan mereka bebas untuk memilih digunakan untuk apa asset tersebut. Petani tentunya merasa heran mengapa
mereka tidak boleh melakukan konversi lahan sawah, sementara usaha tani lahan sawah kurang menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu perlu
sosialisasi yang jelas menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk keuntungan bagi mereka apabila tetap mengusahakan lahan sawahnya untuk
menanam pad. Informasi konversi lahan sawah harus dilakukan dialogis, petani dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya.
Pada akhirnya petani harus yakin bahwa pengendalian konversi lahan sawah itu bermanfaat untuk mereka.
VIII. DESAIN PEMANTAPAN PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN SAWAH YANG BERPIHAK KEPADA PETANI PADA
KAWASAN ANDALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH. 8.1. Tujuan Desain Pemantapan Pengendalian Konversi Lahan Sawah
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang ada, maka dalam rangka mengendalikan laju konversi lahan sawah pada Kawasan Andalan di Provinsi
Jawa Tengah, ditetapkan tujuannya adalah : ”Memantapkan pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani”
.
8.2. Prinsip-Prinsip
Agar desain pemantapan pengendalian konversi lahan sawah dapat diwujudkan bersamaan dengan meningkatkan keberpihakan kepada petani, maka
prinsip-prinsip yang perlu dianut adalah : 1
Keberpihakan Kepada Petani ; Dalam setiap tahapan kegiatan, termasuk
pemanfaatannya diutamakan kepada para petani. 2
Transparansi ; Petani harus tahu, memahami dan mengerti adanya kegiatan
yang berhubungan dengan konversi lahan sawah serta memiliki kebebasan dalam melakukan pengendalian secara mandiri.
3 Partisipasi
; Petani berperan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pelestariannya.
4 Prioritas
; Petani diberi ruang yang luas untuk menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah berdasarkan
kebutuhan nyata. 5
Desentralisasi ; Petani diberikan kewenangan dan tanggung jawab yang luas
untuk mengelola kegiatan secara mandiri dan partisipatif. 6
Akuntabilitas ; Setiap pengelolaan kegiatan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan pihak yang berkompeten. 7
Keberlanjutan ; Dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan
pembangunan harus selalu mempertimbangkan sistem pelestariannya. 8
Kesetaraan Gender ; Petani perempuan harus dilibatkan secara aktif dalam
setiap pengambilan keputusan.
8.3. Model
Setelah mengidentifikasi dan menganalisa berbagai dampak dan penyebab terjadinya konversi lahan sawah, serta setelah mendapatkan masukan kebijakan
dari berbagai pakar maka diusulkan adanya suatu desain pengendalian konversi lahan sawah. Desain disusun dengan memperhatikan segala potensi yang ada
pada pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah desa, perguruan tinggi, swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Adapun desain
pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani pada Kawasan Joglosemar di Provinsi Jawa Tengah adalah berbentuk model.
Model adalah pola contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya,
dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya
memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model desain pemantapan pengendalian konvertsi lahan sawah yang
berpihak kepada petani pada Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah dibangun atas dasar model deskriptif normatif, artinya suatu model yang menggambarkan
situasi sebuah system sebagai suatu jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model ini diharapkan memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu
diambil. Untuk mengetahui lebih jelas tentang desain model pemantapan pengendalian konversi lahan yang berpihak kepada petani pada Kawasan Andalan
di Provinsi Jawa Tengah, dapat dilihat pada gambar 33 berikut ini :
Gambar 34 Desain pemantapan pengendalian konversi lahan sawah yang
berpihak kepada petani pada Kawasan Andalan Provinsi Jawa Tengah
Konversi Lahan Sawah
PDRB Sektor Pertanian
Pertumbuhan Ekonomi
Insentif Pajak
Subsidi Petani
Saprodi Murah+Mudah
Pemb Irigasi
Pelatihan
Jaminan Pemasaran
Asuransi
Insentif Fiskal
Pemerintah
Pempro
v
Pemda
Pemdes
Swasta PT
LSM
Poktan
Petani
Bantek Penelitian
Bebas PBB
Jaminan Ada Air
Advokasi
Tata Niaga Beras
Aksesbi -litas
Perilaku Konsolidasi
Manj.Lahan PengetKetrp
NonSawah Divers
Non Beras
Pertumbuhan Penduduk
Hemat Air
Manaj . Air
8.4. Strategi 8.4.1. Strategi Umum
Dalam rangka menjaga kemandirian dan ketahanan pangan kawasan, maka upaya pengendalian konversi lahan sawah harus dilaksanakan dengan penetapan
batas minimal luas lahan sawah. Seiring dengan itu perlu adanya upaya-upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kontribusi PDRB Sektor
Pertanian yang semakin tinggi dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak boleh hanya dinikmati oleh kelompok
tertentu saja, seperti: investor, industri manufaktur dan pedagangjasa. Petani kecil di perdesaan, yang jumlahnya terbesar di Indonesia perlu mendapatkan
distribusi atas pendapatan negara atau daerah yang tinggi tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus ditindaklanjuti dengan kebijakan
redistribusi asset, khususnya kepada petani di perdesaan, yang dilihat dari tingkat kesejahteraannya masih rendah. Redistribusi asset dapat dilakukan dengan
memberikan isentif fiskal. Insentif fiskal yang dimaksudkan adalah pemberian subsidi dan pembebasan atau keringanan pajak. Pemberian subsidi kepada petani
perlu dilakukan untuk menjamin tersedianya sarana produksi pertanian yang murah dan mudah, seperti bibit, pupuk, dan insektisida. Pemberian subsidi input
kepada petani diberikan kepada petani-petani yang miskin dengan kepemilikan lahan yang sangat rendah di bawah 0,5 Ha per keluarga. Untuk menjamin agar
subsidi input tersebut berdaya guna dan berhasil guna, maka tata niaga saprodi harus melibatkan petani atau kelompok tani yang ada.
Upaya pemberdayaan petani tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya mengendalikan
konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani adalah suatu keniscayaan. Pemangku kepentingan yang perlu terlibat secara aktif adalah: pemerintah,
pemerintah daerah, pemerintah desa, kelompok tani, perguruan tinggi, swasta, LSM dan petani itu sendiri.
8.4.2. Strategi khusus
Strategi khusus adalah dimaksudkan untuk memastikan 8 delapan kebutuhan langsung petani dapat terpenuhi. Kedelapan kebutuhan langsung