Sawah lahan sawah
2. Identifikasi poksar
BPMD Program Konsolidasi
Manajemen Lahan Sawah
1. Konsolidasi manajemen
lahan sawah 2.
Identifikasi poksar BPMD
BPMD Program
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengendalian Konversi Lahan
Sawah 1.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian
konversi lahan sawah 2.
Identifikasi Poksar 3.
Pemberian cash transfer bagi kelompok tani open
menu 4.
Pendampingan BPMD
BPMD BPMD
BPMD
Program Peningkatan Pengetahuan dan
Ketrampilan Usaha Non Sawah bagi
Petani 1.
Identifikasi kebutuhan pelatihan
2. Penyusunan dan
pengembangan modul pelatihan
3. Pelaksanaan pelatihan
4. Monitoring dan evalusi
pasca trainning 5.
Pelatihan penyegaran Din.Tenaga Kerja
Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja
Din.Tenaga Kerja Din.Tenaga Kerja
Program Diversifikasi Pangan Non Beras
1. Penyuluhan diversifikasi
pangan non beras 2.
Kegiatan inovatif diversifikasi pangan non
beras Dinas Pertanian
Dinas Pertanian
Program Peningkatan Kapasitas Pemda
Dalam Pengendalian Konversi Lahan
Sawah 1.
Sosialisasi 2.
Pembentukan Tim Koordinasi
3. Monitoring dan evaluasi
4. Pemantapan Perencanaan
Partisipatif 5.
Pemantapan Perencnaan Teknokratis
6. Pemantapan Perencanaan
politis 7.
Pemantapan Pengawasan BPMD
BPMD BPMD
BPMD Bappeda
DPRD Inspektorat
Program Peningkatan Peran Perguruan
Tinggi dalam Pengendalian
Konversi Lahan Sawah
1. Peningkatan bantuan teknis
2. Peningkatan penelitian
Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi
Program Peningkatan Peran LSM dalam
Advokasi Pengendalian
Konversi Lahan Sawah
1. Peningkatan Kemitraan
Pemerintah dan LSM 2.
Advokasi Pengendalian Konversi Lahan sawah
BPMD BPMD
Karena melibatkan banyak instansi maka sebaiknya di setiap tingkatan pemerintahan dibentuk Tim Koordinasi. Tim Koordinasi dipimpin oleh
Kementerian Dalam Negeri di tingkat Pusat. Mengapa Kementerian Dalam Negeri, karena berdasarkan pasal 222 ayat 1 Undang-Undang 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dikatakan : ”Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 dan Pasal 218 secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri”.
Sementara itu koordinator pengendalian konversi lahan sawah di Daerah sebaiknya dilakukan oleh BPMD Badan Pemberdayan Masyarakat dan Desa,
karena fungsi dan kedudukannya diatur dalam PP 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, sebagai lembaga teknis daerah yang mendukung
tugas Kepala Daerah. Memang bila dilihat substansinya konversi lahan sawah berkaitan dengan urusan wajib daerah sebagaimana diatur dalam PP 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota tata ruang serta
pertanian dan ketahanan pangan. Namun karena di dalam pelaksanaannya melibatkan PU, Nakertrans, Bulog, dan lainnya, maka sebaiknya koordinasi
dilakukan oleh suatu Badan yang memiliki tanggung jawab sebagai koordinator teknis pemberdayaan masyarakat dan desa.
8.7. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian terhadap pengendalian konversi lahan sawah dilakukan secara struktural dan fungsional. Secara struktural dilakukan oleh
berbagai instansi pengawas, yaitu: Badan Pemeriksa Keuangan BPK, Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian,
Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten. Sedangkan pengawasan fungsional dilakukan oleh pers, LSM, dan masyarakat.
Pengawasan dan pengendalian oleh publik relatif efektif dibandingkan pengawaan secara struktural. Di bawah ini gambar tentang mekanisme
pengawasan dan pengendalian terpadu antara publik dan pemerintah dalam bentuk penanganan pengaduan oleh masyarakat.
Masyarakat Media
SMS Laporan
Supervisi Monitoring
Fasilitator Penyuluh
Email
A N
A L
I S
A
Penyelesaian secara
berjenjang dari pelaku desa
hingga pusat
Kategorisasi
Peyimpangan Prinsip Penyimpangan Dana
Intervensi Negatif Force
Majeure
Gambar 37 Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat Dari gambar tersebut di atas di ketahui, bila masyarakat dilibatkan secara
luas, melalui berbagai media yang ada, maka pengendalian konversi lahan sawah yang berpihak kepada petani akan menjadi lebih efektif dan efisien.
IX. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
1 Dari data citra landsat tahun 1991, 1997, 2003 dan 2006, diketahui bahwa
pada Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah telah terjadi konversi lahan sawah sebesar 63.892,60 Ha. Adapun laju konversi lahan sawah adalah
4.259,51 Ha per tahun 0,82 per tahun. 2
Ketercukupan beras kawasan dipengaruhi secara negatif oleh konversi lahan sawah, yang berarti bahwa semakin tinggi konversi lahan sawah
berpengaruh pada berkurangnya ketercukupan beras kawasan, atau sebaliknya. Pada saat yang bersamaan ketercukupan beras kawasan juga
dipengaruhi secara positif oleh PDRB sektor pertanian dan pertumbuhan ekonomi, yang berarti semakin tinggi PDRB sektor pertanian dan
pertumbuhan ekonomi daerah maka berpengaruh pada semakin tinggi ketercukupan beras kawasan, atau sebaliknya.
3 Konversi lahan sawah dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
terhadap ratio petani dan non petani, yang berarti bahwa semakin tinggi konversi lahan dan pertumbuhan ekonomi maka berpengaruh terhadap
semakin rendahnya ratio petani dan non petani. Pada saat yang sama PDRB sektor pertanian berpengaruh positif pada ratio petani non non petani, yang
berarti semakin tinggi PDRB Pertanian maka semakin tinggi ratio petani dan non petani. Dengan kata lain konversi lahan sawah dan pertumbuhan
ekonomi mendorong terjadinya transformasi mata pencaharian dari petani kepada non petani. Namun pada saat yang sama meningkatnya PDRB sektor
pertanian akan mengurangi transformasi mata pencaharian dari petani kepada non petani.
4 Konversi lahan sawah dipengaruhi secara negatif oleh land rent, usia petani,
pendidikan petani dan ketergantungan keluarga terhadap petani. Land rent yang rendah semakin rendah, usia petani kepala keluarga yang semakin
menua, pendidikan petani petani kepala keluarga yang rendah serta
ketergantungan keluarga pada petani yang semakin tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya konversi lahan sawah.
5 Perilaku petani dalam melakukan konversi lahan sawah yang dimilikinya
secara langsung dipengaruhi oleh faktor motivasi dan sikap. Motivasi dan sikap mempengaruhi perilaku secara positif, artinya semakin tinggi motivasi
dan sikap seorang petani untuk melakukan konversi lahan sawah, maka semakin tinggi pula perilaku petani tersebut melakukan konversi lahan
sawah. Sebaliknya semakin rendah motivasi dan sikap petani untuk melakukan konversi lahan sawah semakin rendah pula perilaku petani
melakukan konversi lahan sawah. Faktor-faktor kemampuan, tingkat informasi konversi lahan, orientasi nilai budaya, persepsi berpengaruh
secara tidak langsung terhadap perilaku petani dalam melakukan konversi lahan sawah.
6 Pemantapan pengendalian konversi lahan yang berpihak kepada petani pada
Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah akan berhasil bila adanya jaminan petani terhadap : 1 adanya air untuk usahatani, 2 pemasaran beras,
3 saprodi murah dan mudah, 4 pembebasan PBB untuk lahan sawah, 5 konsolidasi manajemen lahan sawah, 6 perubahan perilaku petani, 7
peningkatan usaha non sawah, dan 8 diversifikasi makanan non beras.
6.2. Saran-Saran
1. Dalam rangka mengendalikan konversi lahan sawah pada Kawasan
Andalan di Provinsi Jawa Tengah, maka kebtuhan langsung petani perlu
dijamin keberadaannya.
2. Dalam implementasinya penyusunan desain pemantapan pengendalian
konversi lahan sawah perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti: pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa, kelompok tani,
LSM, swasta dan perguruan tinggi, serta petani itu sendiri. Petani sebagai bagian dari masyarakat perlu dilibatkan sejak dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian.
3. Mengingat Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Tengah merupakan bagian
integral dari Pengembangan Kawasan Nasional dan Kabupaten, maka