Kondisi Ekonomi GAMBARAN UMUM

banyak sekali sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. Untuk itu potensi potensi sumber daya alam tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi komoditi unggulan yang memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional. Tabel 11. Zona Potensi Unggulan Daerah Zona Kecamatan Arah Pengembangan 1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan agroforestry yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan 2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan 3 Ciampea, Tenjojaya, Dramaga, Ciomas Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan 4 Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur Industri perdesaan dan pengembangan UMKM, yang tetap berbasiskan pada produk atau komoditas pertanian secara luas serta perikanan berbasis minapolitan 5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin Diversifikasi pertanian dan agroekowisata 6 Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang Ekowisata yang dikerjasamakan dengan berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat 7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojonggede Pertanian perkotaan dan industri. Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk atau komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan ada rencana pengembangan Cibinong Raya 8 Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol Lumbung pangan melalui peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman Kebijakan pengembangan komoditas unggulan baik yang telah berkembang maupun yang masih potensial di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor. Salah satu hasil kajian Bappeda Kabupaten Bogor dalam pengembangan komoditas unggulan adalah penentuan zona potensi unggulan sebagaimana tercantum pada Tabel 11. Indikator perekonomian di Kabupaten Bogor dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Perkembangan PDRB dan PDRB perkapita berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 PDRB juta Rp Tahun 2007 2008 2009 2010 PDRB atas harga berlaku 51.280.219,68 58.389.411,43 66.083.788,55 73.800.700,55 PDRB atas harga konstan 2.8151.318,85 29.721.698,04 30.952.137,83 32.526.449,67 PDRB perkapita atas harga berlaku 11.731.342,36 12.959.070,42 14.232.423,29 15.465.580,93 PDRB perkapita atas harga konstan 6.440.158,82 6.596.497,01 6.666.142,13 6.816.201,42 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Berdasarkan data pada Tabel 12, terlihat bahwa sejak tahun 2007 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan nilai PDRB maupun PDRB perkapita. Namun apabila dilihat dari laju pertumbuhannya, ternyata PDRB kabupaten Bogor atas harga berlaku tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar 0,02 poin. PDRB atas harga konstan turun sebesar 0,01 poin, dan PDRB perkapita atas harga berlaku juga turun sebesar 0,01 poin. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011 Gambar 4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010

4.4 Kondisi Perikanan

Dalam perikanan budidaya khususnya budidaya air tawar, secara historis Kabupaten Bogor dan sekitarnya merupakan daerah sentra produksi perikanan disamping Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Subang dan Purwakarta. Selain dikenal sebagai produsen benih, pembudidaya ikan di Kabupaten Bogor banyak berkontribusi dalam memproduksi ikan ukuran konsumsi. Selama tiga dekade terakhir beberapa catatan penting dalam kegiatan perikanan di Bogor antara lain: 1. Tahun 80-an, sistem budidaya ikan mas di kolam air deras berkembang pesat di daerah Cibening, Pamijahan, Cibuntu, Cihideung dan sekitarnya. Diduga jumlahnya paling banyak dibanding daerah sentra produksi lainnya di Jawa Barat. Seiring harga pakan yang semakin tinggi dan berkembangnya budidaya ikan mas di karamba jaring apung di waduk Saguling, Jatiluhur dan Cirata, sistem budidaya ini secara berangsur berhenti. 2. Tahun 80-an sampai 90-an, daerah Bogor khususnya Parung dikenal sebagai pusat produsen benih dan ikan gurame ukuran konsumsi. Diduga karena persaingan harga, kegiatan budidaya gurame baik pembenihan maupun pembesarannya akhirnya tersishkan oleh daerah lain seperti Purwokerto, Blitar dan Tasikmalaya. 3. Pada kurun waktu dua dekade terakhir, Bogor dikenal sebagai sentra produksi berbagai spesies ikan hias. Tidak kurang dari 30 spesies ikan hias, baik lokal maupun yang berasal dari negara lain banyak dihasilkan oleh pembudidaya ikan di daerah Cibuntu, Ciseeng dan Parung. 0,12 0,05 0,09 0,02 0,13 0,04 0,10 0,01 0,14 0,06 0,10 0,02 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 PDRB atas harga berlaku PDRB atas harga konstan PDRB perkapita atas harga berlaku PDRB perkapita atas harga konstan L aju P er tu mb u h an P DRB PDRB Laju Pertumbuhan PDRB 2007- 2008 Laju Pertumbuhan PDRB 2008- 2009 Laju Pertumbuhan PDRB 2009- 2010 4. Tahun 90-an hingga sekarang kegiatan perikanan budidaya di Kabupaten Bogor yang secara lokal maupun nasional masih danggap memegang peran penting adalah pembenihan patin, bawal dan gurame serta produsen lele ukuran konsumsi dengan produksi sekitar 40 tonhari. Tabel 13. Target dan Realisasi Produksi Ikan Konsumsi Kabupaten Bogor Target Realisasi ton ton 2009 27.596,02 28.742,72 2010 34.919,69 36.062,44 2011 55.386,00 56.577,67 Tahun Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor, 2011 Produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor selama tiga tahun terakhir selalu mengalami peningkatan Tabel 13. Produksi ikan konsumsi pada Tahun 2011 adalah sebesar 56.577,67 ton. Sebesar 88,86 dari produksi tersebut merupakan kontribusi dari cabang usaha kolam air tenang yaitu sebesar 50.277,35 ton. Sebanyak 60,47 dari produksi kolam air tenang dihasilkan oleh areal budidaya yang berada di kawasan minapolitan. Luas areal, jumlah RTP rumah tangga pembudidaya dan produksi di kawasan minapolitan dapat dilihat pada Tabel. 14. Tabel 14. Luas Areal, Jumlah RTP dan Produksi Perikanan di Kawasan Minapolitan Jml RTP Luas Areal Produksi Ikan Konsumsi orang Ha ton Kemang 153 105,13 5.632,25 Parung 565 140,05 11.010,79 Ciseeng 625 399,36 16.565,63 Gunung Sindur 455 149,43 7.568,36 Jumlah 1.798 793,97 40.777,03 Kecamatan Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor, 2011