Kualitas dan keterampilan SDM masih rendah

mempengaruhi cara masyarakat dalam menjalankan usahanya. Persentase pembudidaya lele di kawasan minapolitan berdasarkan pendidikan terakhir adalah SD 44,57, SMP 27,17, SMA 21,74 dan Perguruan Tinggi 6,52. Kualitas sumberdaya manusia SDM yang harus dikembangkan, meliputi kemampuan teknis, manajemen dan pemahaman akan kelestarian lingkungan. Kualitas SDM pembudidaya yang masih perlu ditingkatkan adalah mengenai penanganan penyakit ikan dan manajemen keuangan usaha. Peningkatan kualitas SDM lebih diarahkan kepada keahlian dalam mengelola usaha, bukan kepada peningkatan pendidikan formal. Menurut Narayanamoorthy 2000, peran tingkat pendidikan formal petani sangat terbatas dalam penanganan usaha on-farm secara langsung karena: 1 selama tidak ada kendala dalam akses informasi mengenai pertanian maka tingkat pendidikan formal bukanlah faktor penting dalam meningkatkan produktivitas, dan 2 petani yang berpendidikan tinggi umumnya tidak terlibat langsung dalam penanganan budidaya di tingkat lapangan.

b. Akses informasi pasar masih terbatas

Informasi pasar merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kegiatan ekonomi modern. Informasi pasar merupakan kunci yang akan menentukan strategi bisnis, menetapkan seberapa besar resiko yang bisa ditanggung, menetapkan harga jual, dan memperbesar pangsa pasar. Para pembudidaya lele di Kawasan Minapolitan tidak memiliki akses yang sama terhadap informasi pasar sehingga terciptalah perdagangan yang tidak adil. Pasar yang terjadi pada komoditas lele adalah praktek pasar monopsoni. Pedagang pengumpul dan pedagang besar biasanya menentukan harga secara sepihak. Dukungan pemerintah daerah dalam bentuk informasi pasar seperti informasi harga belum memadai. Dengan demikian margin keuntungan yang besar lebih banyak dinikmati oleh para pedagang pengumpul dibandingkan para pembudidaya. Keterbatasan aliran informasi harga dan jaringan pemasaran serta belum tersedianya kelembagaan di tingkat pembudidaya yang bergerak di bidang pemasaran menyebabkan para pembudidaya memiliki ketergantungan yang tinggi kepada pedagang pengumpul.

c. Akses permodalan dan pembiayaan terbatas

Masalah permodalan bukan merupakan hal yang baru dalam berbagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk pengembangan perikanan di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor. Para pembudidaya relatif lemah dalam mengakses modal. Permasalahan yang dihadapi secara umum adalah: a usaha perikanan oleh para investor dianggap memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi; b sistem dan penyaluran kredit yang rumit dan berbelit, pelaku usaha sering dihadapkan pada kesulitan menyediakan agunan sebagai jaminan kredit; c terbatasnya jumlah lembaga permodalan atau sumber pembiayaan. Dengan adanya berbagai kesulitan dalam akses terhadap permodalan disatu sisi sementara di sisi lain kebutuhan keuangan sangat mendesak, banyak pelaku usaha perikanan yang terjebak dalam rente keuangan yang memberlakukan suku bunga pinjaman jauh diatas suku bunga bank.

d. Sebagian besar pembudidaya belum menerapkan CBIB

Cara Budidaya Ikan yang Baik CBIB adalah cara memelihara danatau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan dan bahan kimia serta biologis. Tujuan dari CBIB adalah menjamin mutu dan keamanan pangan hasil pembudidayaan ikan. Dalam perkembangannya, nanti jika suatu pokdakan atau pembudidaya ikan telah mampu menerapkan CBIB, maka akan memperoleh sertifikasi CBIB dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sertifikasi CBIB merupakan serangkaian kegiatan penerbitan dan pengendalian sertifikat melalui penilaian kesesuaian yang dipersyaratkan dalam CBIB. Saat ini belum banyak pembudidaya di Kawasan Minapolitan yang menerapkan CBIB secara benar. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai aturan tersebut serta para pembudidaya umumnya hanya peduli terhadap kuantitas lele yang dihasilkan tanpa begitu memperhatikan kualitas yang terkait mutu dan keamanan pangan.

6.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal 1 Peluang

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor dan diidentifikasi sebagai peluang antara lain adalah: a potensi penyerapan pasar yang besar, b perkembangan teknologi