Siklus produksi tidak bersifat musiman Potensi lahan yang memadai

Tabel 26. Luas Lahan Eksisting Untuk Kegiatan Budidaya di Kawasan Minapolitan Komodita s Luas per Kecamatan ha Ciseen g Parun g Gunungsindu r Keman g Lele 368 157 88 36 Gurame 75 25 10 4 Ikan Hias 1 5 1 3 Jenis Lain 11 8 2 2 Jumlah 455 195 101 45 f. Tersedianya infrastruktur yang memadai Infrastruktur yang dimaksud adalah kondisi sarana dan prasarana yang sesuai untuk menciptakan kemandirian kawasan pedesaan sesuai dengan fungsi keruangan dan keterkaitan fungsional suatu kawasan minapolitan. Infrastruktur yang tersedia di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor meliputi saluran irigasi, fasilitas perikanan, kluster kolam budidaya, jaringan jalan, listrik dan pasar ikan Selain fasilitas yang terkait perikanan, infrastruktur pelayanan publik seperti sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan peribadatan juga tersedia dan tersebar di kecamatan yang tergabung dalam Kawasan Minapolitan. Secara umum kondisi infrastruktur di kawasan Minapolitan cukup baik walaupun diperlukan sedikit perbaikan di beberapa jaringan jalan dan irigasi yang ada dalam kawasan. 2 Kelemahan Faktor internal yang diidentifikasi sebagai kelemahan dalam usaha pengembangan Kawasan Minapolitan antara lain adalah: a kualitas dan keterampilan sdm masih rendah, b akses informasi pasar masih terbatas, c infrastruktur utama perikanan belum berfungsi optimal, d akses permodalan dan pembiayaan terbatas, dan e sebagian besar pembudidaya belum menerapkan CBIB

a. Kualitas dan keterampilan SDM masih rendah

Sumber daya manusia merupakan unsur pembangunan yang perlu mendapat perhatian karena kualitas sumberdaya manusia akan berpengaruh pada upaya pengembangan Kawasan Minapolitan. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi cara masyarakat dalam menjalankan usahanya. Persentase pembudidaya lele di kawasan minapolitan berdasarkan pendidikan terakhir adalah SD 44,57, SMP 27,17, SMA 21,74 dan Perguruan Tinggi 6,52. Kualitas sumberdaya manusia SDM yang harus dikembangkan, meliputi kemampuan teknis, manajemen dan pemahaman akan kelestarian lingkungan. Kualitas SDM pembudidaya yang masih perlu ditingkatkan adalah mengenai penanganan penyakit ikan dan manajemen keuangan usaha. Peningkatan kualitas SDM lebih diarahkan kepada keahlian dalam mengelola usaha, bukan kepada peningkatan pendidikan formal. Menurut Narayanamoorthy 2000, peran tingkat pendidikan formal petani sangat terbatas dalam penanganan usaha on-farm secara langsung karena: 1 selama tidak ada kendala dalam akses informasi mengenai pertanian maka tingkat pendidikan formal bukanlah faktor penting dalam meningkatkan produktivitas, dan 2 petani yang berpendidikan tinggi umumnya tidak terlibat langsung dalam penanganan budidaya di tingkat lapangan.

b. Akses informasi pasar masih terbatas

Informasi pasar merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kegiatan ekonomi modern. Informasi pasar merupakan kunci yang akan menentukan strategi bisnis, menetapkan seberapa besar resiko yang bisa ditanggung, menetapkan harga jual, dan memperbesar pangsa pasar. Para pembudidaya lele di Kawasan Minapolitan tidak memiliki akses yang sama terhadap informasi pasar sehingga terciptalah perdagangan yang tidak adil. Pasar yang terjadi pada komoditas lele adalah praktek pasar monopsoni. Pedagang pengumpul dan pedagang besar biasanya menentukan harga secara sepihak. Dukungan pemerintah daerah dalam bentuk informasi pasar seperti informasi harga belum memadai. Dengan demikian margin keuntungan yang besar lebih banyak dinikmati oleh para pedagang pengumpul dibandingkan para pembudidaya. Keterbatasan aliran informasi harga dan jaringan pemasaran serta belum tersedianya kelembagaan di tingkat pembudidaya yang bergerak di bidang pemasaran menyebabkan para pembudidaya memiliki ketergantungan yang tinggi kepada pedagang pengumpul.

c. Akses permodalan dan pembiayaan terbatas