Alih fungsi lahan Peningkatan Kapasitas Produksi

Tabel 27. Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE Matrix Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor No. Faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x R at in g A. Kekuatan 1. Keunggulan komparatif komoditas lele 0,104 4 0,415 2. Jumlah pembudidaya lele yang besar 0,114 4 0,455 3. Adanya kelembagaan formal 0,104 3 0,311 4. Siklus produksi tidak bersifat musiman 0,097 3 0,291 5. Potensi lahan yang memadai 0,104 3 0,311 6. Tersedianya infrastruktur yang memadai 0,100 3 0,301 Jumlah 0,622 2,084

B. Kelemahan

1. Kualitas dan keterampilan SDM masih rendah 0,094 1 0,094 2. Akses informasi pemasaran masih terbatas 0,094 1 0,094 3. Akses permodalan dan pembiayaan terbatas 0,090 1 0,090 4. Sebagian besar pembudidaya belum menerapkan CBIB 0,100 1 0,100 Jumlah 0,378 0,378 Total 1,000 2,462

6.2.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matrix

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matrix merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor strategis eksternal pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor berupa peluang dan ancaman yang telah diberi bobot dan rating. Hasil evaluasi faktor eksternal berdasarkan jawaban dari responden diperoleh skor dari perkalian bobot dan rating pada masing-masing faktor peluang dan ancaman. Matriks evaluasi Faktor Eksternal secara lengkap disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Matrix Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor No. Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Bobot x R at in g A. Peluang 1. Potensi pasar yang besar 0,138 4 0,553 2. Perkembangan teknologi budidaya dan pasca panen 0,114 3 0,341 3. Investasi dan dukungan dunia usaha 0,122 3 0,366 4. Dukungan kebijakan pemerintah 0,134 4 0,537 Jumlah 0,508 1,797

B. Ancaman

1. Ketidakstabilan ekonomi makro 0,122 1 0,122 2. Degradasi lingkungan dan bencana alam 0,126 2 0,252 3. Persaingan pasar produk sejenis 0,118 2 0,236 4. Alih fungsi lahan 0,126 2 0,252 Jumlah 0,492 0,862 Total 1,000 2,659

6.2.3 Perumusan Strategi

Tahap selanjutnya dalam penyusunan strategi pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor adalah analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan menggabungkan faktor internal dengan faktor eksternal Nouri et al, 2008. Hasil analisis ini adalah untuk menentukan rumusan strategi pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor. Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan dari Matriks SWOT tersebut disajikan pada Gambar 12. A Strategi Strengths-Opportunities S-O Strategi S-O merupakan penggabungan antara faktor internal kekuatan dengan faktor eksternal peluang dengan cara memanfaatkan peluang dengan menggunakan kekuatan. Adapun beberapa strategi yang dihasilkan adalah:

a. Peningkatan Kapasitas Produksi

Peningkatan kapasitas produksi bertujuan untuk meningkatkan hasil panen lele yang dibudidayakan masyarakat. Strategi ini diarahkan pada modernisasi peralatan dan teknologi budidaya sehingga dapat dilakukan pembesaran lele dengan padat tebar yang tinggi hingga 300 ekorm 2 . Selain itu teknologi pakan alternatif untuk lele juga perlu diterapkan untuk menekan biaya pakan hasil industri yang selama ini menjadi masalah bagi para pembudidaya dalam melakukan intensifikasi usaha perikanannya. Mahalnya pakan ini disebabkan oleh sebagian besar bahan baku pakan masih diimpor oleh perusahaan pakan karena keterbatasan produksi dalam negeri untuk bahan baku tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan pabrik pakan mini untuk memproduksi pakan alternatif dengan menggunakan bahan baku lokal setempat seperti menggunakan ampas tahu ataupun limbah peternakan. Al-Sharafat dan Al-Fawwaz 2013 dalam penelitiannya terhadap beberapa tingkatan kapasitas usaha peternakan ayam broiler menyimpulkan bahwa kapasitas usaha yang lebih tinggi akan menghasilkan keuntungan yang lebih. Profit dari peternakan kecil dapat lebih ditingkatkan dengan menerapkan strategi yang tepat untuk menekan biaya produksi agar dapat meningkatkan pendapatan. Faktor Internal Faktor Eksternal KEKUATAN S 1. Keunggulan komparatif komoditas lele 2. Jumlah pembudidaya lele yang besar 3. Tersedianya kelembagaan pendukung 4. Siklus produksi tidak bersifat musiman 5. Potensi lahan yang memadai 6. Tersedianya infrastruktur yang memadai KELEMAHAN W 1. Kualitas dan keterampilan SDM masih rendah 2. Akses informasi pemasaran masih terbatas 3. Akses permodalan dan pembiayaan terbatas 4. Sebagian besar pembudidaya belum menerapkan CBIB PELUANG O 1. Potensi pasar yang besar 2. Perkembangan teknologi budidaya dan pasca panen 3. Investasi dan dukungan dunia usaha 4. Dukungan kebijakan pemerintah STRATEGI S-O 1. Peningkatan Kapasitas Produksi S1, S2,S4,S5,O1,O2 2. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penunjang S3,S4,O3,O4 STRATEGI W-O 1. Pemberdayaan Para Pembudidaya Ikan W3,W4,O1,O2,O4 2. Menciptakan Usaha Budidaya Lele yang Bankable W1,W2,W3,O1,O3,O4 ANCAMAN T 1. Ketidakstabilan ekonomi makro 2. Degradasi lingkungan dan bencana alam 3. Persaingan pasar produk sejenis 4. Alih fungsi lahan STRATEGI S-T 1. Pengembangan Pasar dan Peningkatan Daya Saing Produk S1,S4,T1,T3 2. Peningkatan Pengawasan secara bersama Oleh Pemangku Kepentingan S2,S3,S5,T2,T4 STRATEGI W-T 1. Meningkatkan Konservasi terhadap Sumberdaya Perikanan W1,W3,A2,A4 Gambar 12. Matriks SWOT Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor

b. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penunjang

Strategi penguatan kelembagaan penunjang dimaksudkan untuk 1 meningkatkan akses pelaku usaha perikanan terhadap sumber-sumber pembiayaan yang meliputi koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya. Program yang dapat dikembangkan meliputi bantuan modal kepada koperasi, pembinaan manajemen dan penyederhanaan sistem dan prosedur kredit modal kerja bagi pembudidaya dan kebijakan pemberian jaminan oleh pemerintah. 2 meningkatkan akses pelaku usaha terhadap informasi pasar dan membangun jaringan pemasaran untuk menyederhanakan rantai pemasaran. Hal ini dapat dilakukan melalui revitalisasi fungsi kelembagaan UPP Perikanan Budidaya yang telah ada.

B. Strategi Weakness – Opportunities W-O

Strategi W-O adalah strategi yang disusun untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif yang dihasilkan adalah :

a. Pemberdayaan Para Pembudidaya Ikan

Pendekatan paradigma pembangunan perikanan yang telah bergeser dari pendekatan produksikomoditas untuk kesejahteraan pada pendekatan pemberdayaan pelaku usaha perikanan. Pemberdayaan pelaku usaha perikanan pada dasarnya dititik beratkan pada peningkatan kualitas SDM para pembudidaya dan metode penyuluhan perikanan sebagai suatu proses belajar yang dilakukan secara non formal, fleksibel dan diyakini sebagai media pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas SDM perikanan. Penyuluhan dan pemberdayaan pembudidaya ikan merupakan strategi dasar yang perlu ditempatkan sebagai salah satu agenda utama pengembangan Kawasan Minapolitan. Kegiatan penyuluhan perikanan selain dilakukan oleh lembaga pemerintahan juga memerlukan kepemimpinan dan keteladanan dari para pelaku langsung kegiatan usaha perikanan. Para pembudidaya ikan, terutama pelaku usaha pemula akan merasa lebih aman dan nyaman apabila mereka mengikutimengadopsi inovasiteknologi yang juga turut dilakukan oleh para pemuka tani mereka. Kepemimpinan dan keteladanan dari para pemuka tani ini diharapkan dapat mempercepat proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Para pemuka tani ini dapat dijadikan mitra oleh pemerintah dalam melakukan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan yang berkaitan dengan perikanan.

b. Menciptakan usaha budidaya lele yang bankable

Masalah modal seringkali menjadi sandungan bagi para pelaku usaha budidaya perikanan dalam maningkatkan kapasitas usahanya. Usaha di sektor perikanan sebagaimana umumnya usaha pertanian dianggap sebagai usaha yang high risk beresiko tinggi sehingga perbankan sangat sulit untuk memberikan akses kredit permodalan. Masalah ini perlu diatasi untuk dapat menciptakan usaha perikanan yang calculated risk resiko yang terukur. Para pelaku usaha haruslah dapat menghasilkan keuntungan yang selalu meningkat dan berkelanjutan. Analisa kelayakan usaha perikanan perlu dilakukan sehingga diperoleh skala ekonomis usaha yang akan dijalankan. Dengan demikian diharapkan bisa menarik minat perbankan untuk mengucurkan kredit. Selain itu perlu dilakukan sertifikasi lahan sehingga lahan budidaya perikanan dapat dijadikan sebagai agunan untuk mendapatkan kredit dari pihak perbankan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, dikenal adanya prinsip-prinsip perkreditan 5C yaitu : 1 Character; wataksifat dari debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaannya untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran, integritas serta itikad debitur untuk memenuhi kewajiban sesuai perjanjian yang telah ditetapkan. 2 Capacity; kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaannya untuk mengukur sampai sejauh mana nasabah mampu melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari kegiatan usahanya. 3 Capital; kemampuan untuk menyediakan modal sendiriself financing sampai jumlah tertentu. 4 Collateral; barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Bentuk Jaminan bisa dalam bentuk jaminan kebendaan atau jaminan dari pihak ketiga. 5 Condition of social, economy and environment; situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran usaha nasabah, serta batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan business di suatu tempat.