Keterkaitan Antar Kawasan dan Keterkaitan dengan Daerah di Luar Kawasan Minapolitan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Eksisting Usaha Perikanan di Kawasan Minapolitan 5.1.1 Kondisi Usaha Perikanan Produksi Usaha Perikanan Lele Usaha perikanan lele di Kawasan Minapolitan dilakukan pada Kolam Air Tenang dengan jenis usaha yang dilakukan meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha perikanan ini dilakukan oleh 1.113 pembudidaya lele dengan jenis usaha pembenihan sebanyak 42,73 persen, usaha pembesaran sebanyak 39,09 persen dan sisanya adalah pelaku usaha pendederan sebanyak 18,18 persen. Produksi ikan lele konsumsi dan benih lele untuk masing-masing wilayah adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 16. Tabel 16. Produksi Lele Konsumsi dan Benih Lele di Kawasan Minapolitan Jml RTP Produksi Lele Konsumsi Produksi Benih Lele orang ton RE Kemang 103 12.364,18 4.575,73 Parung 354 12.598,89 552.685,38 Ciseeng 382 18.704,46 1.063.849,31 Gunung Sindur 274 8.692,22 212.840,55 Jumlah 1.113 52.359,75 1.833.950,97 Kecamatan Sumber: Pengolahan Data Primer, 2012 Produksi benih lele sebesar 1.833.950,97 RE sebagian besar diproduksi dalam ukuran 1-2 cm 51,15 persen yang selanjutnya dibeli oleh petani pendeder untuk dipelihara hingga ukuran siap untuk dibesarkan. Pada umumnya pelaku usaha pembenihan memproduksi benih lele hingga ukuran benih yang sesuai dengan permintaan konsumen. Jumlah produksi tahunan benih lele berdasarkan ukuran disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17. Produksi Benih Lele Tahun 2012 di Kawasan Minapolitan Berdasarkan Ukuran Produksi Benih Lele Persentase RE 1-2 cm 937.999,15 51,15 3-4 cm 157.888,45 8,61 5-6 cm 133.657,41 7,29 7-8 cm 179.556,72 9,79 9-10 cm 214.908,73 11,72 11-12 cm 209.940,51 11,44 Jumlah 1.833.950,97 100,00 Ukuran Benih Lele Luasan Lahan Produksi Luas lahan kolam yang dimiliki dapat dijadikan indikator tingkat skala usaha yang diusahakan oleh peternak. Rata-rata luas lahan kolam pembesaran lele yang digunakan oleh pembudidaya di Kawasan Minapolitan adalah sebesar 6.046 m 2 yang terdiri dari lahan milik sendiri sebesar 87,80 persen dan sisanya merupakan lahan sewa. Tingkat efektifitas pemanfaatan lahan adalah sebesar 74,58 persen sehingga masih terdapat 25,42 persen lahan kolam yang dimiliki pembudidaya yang tidak dimanfaatkandibiarkan kosong. Adanya lahan kolam yang tidak dimanfaatkan ini disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki pembudidaya untuk menggarap keseluruhan lahan yang dimilikinya. Sekitar 60,47 persen pelaku usaha pembesaran lele memiliki lahan kolam dibawah 4.000 m 2 , bahkan 42,30 persen diantaranya 25,58 persen dari total pembudidaya hanya memiliki lahan dibawah 1.000 m 2 . Para pembudidaya yang memiliki lahan yang terbatas umumnya memanfaatkan lahan pekarangan untuk melakukan usaha pembesaran lele. Kepemilikan lahan oleh pelaku usaha pembesaran lele ditampilkan dalam Tabel 18.