Tabel 3. Penggabungan dan peringkasan ini dilakukan karena aliran penelitian tentang knowledge management masih merupakan suatu teori
yang baru. Belum ada penelitian yang jelas mendefinisikan batas-batas dan kerangka tentang knowledge management karena knowledge management
melibatkan hampir setiap bidang bisnis. Sehingga, faktor-faktor keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan yang diusulkan terfragmentasi dan
beragam. Ada sebelas indikator kunci kesuksesan penerapan manajemen
pengetahuan yang digunakan oleh Chong dan Choi dalam penelitiannya. Adapun indikator tersebut adalah pelatihan, keterlibatan karyawan, kerja tim
dan kepercayaan, pemberdayaan karyawan, kepemimpinan manajemen puncak, sistem informasi, pengukuran kinerja, budaya pengetahuan,
benchmarking pembandingan, struktur pengetahuan dan penghapusan
batasan organisasi.
2.4. Penelitian Terdahulu
Choi 2000 melakukan penelitian mengenai studi empiris faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
manajemen pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan manajemen pengetahuan. Adapun faktor-faktor penting yang diteliti oleh
Choi antara lain pelatihan karyawan, keterlibatan karyawan, kerja sama, pemberdayaan karyawan, kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen,
batasan organisasi, infrastruktur sistem informasi, pengukuran kinerja, iklim kepercayaan, benchmarking, dan struktur pengetahuan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang tercatat dalam database klien Organisasi Gallup. Metode
penelitian yang digunakan adalah survei cross sectional, analisis dekriptif, analisis regresi multiply dan uji t.
Hasil penelitian Choi 2000 menyatakan bahwa organisasi menanggapi dan menyadari akan pentingnya KM dalam hal kinerja
organisasi mereka saat ini dan masa depan. Sebagian besar organisasi melihat bisnis mereka sebagai pengetahuan intensif. Teknologi informasi
adalah salah satu faktor yang paling sering diimplementasikan dalam manajemen pengetahuan. Namun, kebanyakan organisasi tidak percaya
bahwa seorang spesialis KM seperti Chief Knowledge Officer CKO atau konsultan eksternal diperlukan untuk manajemen pengetahuan yang efektif.
Selain itu, studi ini menemukan bahwa kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen serta sedikitnya batasan organisasi merupakan faktor
yang penting untuk keberhasilan KM dalam hal tingkat kepentingan yang diharapkan. Mengenai tingkat implementasi, sistem informasi infrastruktur
dianggap sebagai hal yang penting bagi keberhasilan KM. Kemudian, Choi juga meneliti dampak dari karakteristik demografi jenis organisasi,
pendapatan tahunan, jumlah karyawan dan waktu investasi manajemen pengetahuan pada faktor-faktor keberhasilan KM . Faktor KM berdasarkan
tingkat kepentingan tidak dipengaruhi oleh jenis organisasi, pendapatan tahunan, jumlah karyawan, dan waktu investasi pada KM. Di sisi lain, faktor
KM berdasarkan tingkat implementasi secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai jenis organisasi dan waktu investasi. Namun, pendapatan tahunan
dan jumlah karyawan tidak mempengaruhi faktor KM secara signifikan. Chong 2005 melakukan penelitian mengenai faktor kritis dalam
kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan pada perusahaan-perusahaan ICT di Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat persepsi dan
implementasi manajemen pengetahuan dari sebelas identifikasi faktor keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan dan menguji perbedaan
faktor tersebut antara bidang teknologi informasi dan komunikasi pada perusahaan yang beroperasi di Malaysia. Adapun sebelas faktor tersebut
berupa pelatihan, keterlibatan karyawan, kerja tim dan kepercayaan, pemberdayaan karyawan, kepemimpinan manajemen puncak, sistem
informasi, pengukuran kinerja, budaya pengetahuan, benchmarking pembandingan, struktur pengetahuan dan penghapusan batasan organisasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis faktor dan uji t. Semua faktor yang diujikan dianggap sangat penting untuk program
kesuksesan penerapan manajemen, kecuali faktor penghapusan batasan organisasi. Manajer menengah pada perusahaan yang diteliti menjelaskan
bahwa perusahaan mereka belum berusaha untuk menghapus semua batasan ketika dilaksanakannya penerapan faktor-faktor penting manajemen
pengetahuan. Oleh karena itu, Chong pada penelitian ini tidak
mempertimbangkan faktor penghapusan batasan organisasi untuk melaksanakan program manajemen pengetahuan.
Windarti 2010 melakukan penelitian mengenai faktor lingkungan sumber daya manusia yang mendukung manajemen pengetahuan pada PT
Unilever Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan manajemen pengetahuan, menganalisis kesenjangan antara
tingkat harapan dengan tingkat aktual penerapan manajemen pengetahuan serta menganalisis faktor-faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi
kesuksesan impelementasi manajemen pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji t, dan regresi linear berganda
dengan signifikansi alfa yang digunakan yaitu 0.05. Faktor lingkungan sumber daya manusia yang diujikan dalam
penelitian ini meliputi perhatian, penilaian, pemberdayaan, kepercayaan, otonomi, pengungkitan kompetensi pelatihan, aktivitas pengetahuan
kepemimpinan manajemen puncak. Hasil penelitian yang dilakukan Windarti menunjukkan bahwa penerapan yang manajemen pengetahuan
yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan harapan karyawan. kesenjangan atribut yang terbesar adalah faktor pemberdayaan karyawan
yaitu “Dukungan Perusahaan terhadap pencarian keahliankeunggulan yang dimiliki karyawan”. Kesenjangan terendah adalah faktor perhatian dengan
yaitu “Setiap karyawan mengenal nama, jabatan, jobdesk, dan personality rekan di luar tim”.
Faktor-faktor kunci kesuksesan implementasi manajemen pengetahuan yaitu kepercayaan, otonomi, pengungkitan kompetensi, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan. Semakin rendah tingkat kepercayaan dan semakin tinggi tingkat otonomi, pengungkitan kompetensi, keterlibatan serta
pemberdayaan karyawan maka semakin tinggi tingkat kesuksesan implementasi manajemen pengetahuan pada PT Unilever Indonesia.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pada era pengetahuan, banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan. Hal ini, menuntut setiap organisasi termasuk
perguruan tinggi seperti Institut Pertanian Bogor mempersiapkan cara-cara baru yang tepat dalam menyikapi semua yang terjadi agar tetap dapat
berhasil dan bertahan dalam menghadapi persaingan. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin pentingnya pengetahuan dalam mencapai suatu
kesuksesan dalam bersaing. Oleh karena itu, IPB selaku lembaga pendidikan harus dapat mencapai apa yang menjadi visi dan misinya dengan
membangun strategi yang berbasiskan pengetahuan dengan cara menerapkan manajemen pengetahuan dalam melaksanakan kegiatannya yang berupa
Tridarma perguruan tinggi. Penerapan manajemen pengetahuan merupakan suatu upaya dalam
mengubah orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi menjadi SDM yang berpengetahuan dan berkualitas serta mengurangi kesenjangan
pengetahuan yang ada dalam organisasi. Orang-orang yang ada dalam suatu organisasi merupakan jantung kesuksesan yang paling efektif sehingga
konteks sumber daya manusia sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu, faktor organisasi dan teknologi juga berperan penting dalam menciptakan
sumber daya yang berpengetahuan dan berguna sebagai indikasi penting dalam mencapai kesuksesan pada suatu organisasi.
Apabila manajemen pengetahuan diterapkan berdasarkan faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan manajemen pengetahuan, maka hal
inilah yang nantinya akan menjadi kunci kesuksesan dalam penerapan manajemen pengetahuan. Faktor-faktor kunci kesuksesan penerapan
manajemen pengetahuan yang akan di uji dalam penelitian ini diambil berdasarkan penggabungan dan peringkasan dari teori Sangkala 2007 serta
teori Chong dan Choi 2005. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu perhatian, penilaian, pemberdayaan, kepercayaan, otonomi, pengungkitan kompetensi
pelatihan, aktivis pengetahuan kepemimpinan dalam organisasi, sistem