sosial, karena peubah yang dibentuknya berhubungan dengan kondisi orang-orang yang ada di dalam organisasi. Faktor ini berupaya untuk
memicu orang untuk melakukan apa yang dapat ia lakukan, berfokus pada kemungkinan tingkat keterampilan seseorang dan peran seseorang
yang dapat ia lakukan dalam organisasi. Faktor lingkungan sosial orang yang memiliki nilai loading faktor terbesar adalah penilaian
yaitu sebesar 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian memiliki korelasi yang kuat terhadap faktor sosial dan memiliki pengaruh
terhadap penerapan manajemen pengetahuan. Orang membutuhkan rangsangan dan motivasi untuk melakukan
sesuatu. Penilaian disini fokus kepada penerapan penghargaan yang diberikan institusi kepada pegawainya yang memiliki kelebihan baik dari
segi prestasi dan pengetahuan maupun dari segi keterampilan. Kemudian, perhatian memiliki nilai loading faktor yang tidak
terlalu jauh berbeda dengan penilaian yaitu sebesar 0,831. Hal ini berarti peubah perhatian merupakan atribut yang sangat berpengaruh dalam
faktor lingkungan sosial orang. Perhatian berupa bagaimana pegawai saling mengenal satu sama lain sehingga rasa kekeluargaan tumbuh
dalam diri pegawainya. Otonomi pegawai merupakan bagian dari faktor sosial orang
yang memiliki nilai loading faktor terkecil yaitu dengan nilai sebesar 0,664. Otonomi pegawai merupakan suatu hal yang mendukung
terciptanya proses manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, institusi harus dapat memberikan otonomi kepada pegawai agar pegawai bebas
mengemukakan pendapat, ide, dan saran yang nantinya dapat berguna dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian suatu pekerjaan.
Adanya otonomi pegawai akan membuat pegawai merasa bahwa adanya suatu kontribusi yang dapat diberikan pegawai kepada institusinya.
4.7. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Berikut hasil rekapitulasi penelitian faktor-faktor kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan untuk tenaga kependidikan pada Institut
Pertanian Bogor dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rekapitulasi hasil penelitian
No. Proses Analisis
Hasil 1.
Uji Validitas rhitungrtabel, 30 pertanyaan dinyatakan valid
2. Uji Reliabilitas
Nilai alpha tingkat kepentingan yang diharapkan sebesar 0,971 dan nilai alpha tingkat kinerja aktual sebesar 0,982
yang berarti bahwa kuesioner sangat reliabel.
3. Karakteristik
Responden Mayoritas responden berusia 41-50 tahun, tingkat pendidikan
terakhir SLTA, memiliki masa kerja 21 tahun, serta bergolongan III-B.
4.
Analisis Karakteristik
Responden a. Menggunakan uji crosstab yaitu chi-square
b.Dari hasil perhitungan, disimpulkan bahwa karakteristik responden yang memiliki hubungan dengan golongan
pegawai adalah usia, tingkat pendidikan dan masa kerja.
5.
Identifikasi Penerapan Faktor-
Faktor Manajemen Pengetahuan di
Institut Pertanian Bogor
Kesimpulan : secara umum penerapan manajemen pengetahuan berdasarkan ke-13 faktor telah diterapkan
dengan baik
No. Faktor-Faktor Rataan
Nilai Penerapan
1 .
Perhatian 3,8772 Baik
2. Sistem informasi
3,7811 Baik 3. Pengungkitan
kompetensi 3,7789 Baik
4. Pemberdayaan pegawai
3,7432 Baik 5.
Penilaian 3,6400 Baik
6. Kepercayaan
3,6274 Baik 7. Kepemimpinan
dalam institusi 3,6211 Baik
8. Budaya pengetahuan
3,6126 Baik 9.
Pengukuran kinerja 3,6026 Baik
10. Penghapusan
budaya organisasi 3,5237 Baik
11. Struktur pengetahuan
3,4877 Baik
12. Benchmarking
pembandingan
3,3930 Cukup baik
13. Otonomi pegawai
3,3842 Cukup baik
Total 3,6210 Baik
4.8. Implikasi Manajerial
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa informasi bagi Institut Pertanian Bogor dalam rangka menerapkan faktor-faktor kunci
Lanjutan Tabel 25.
No. Proses Analisis
Hasil 6.
Uji Perbedaan dan Gap
yang
terbentuk.
Terjadi perbedaan antara tingkat kepentingan yang diharapkan dengan tingkat kinerja aktual berdasarkan faktor-
faktor manajemen pengetahuan. Tingkat kepentingan yang diharapkan pegawai kependidikan berdasarkan faktor-faktor
manajemen pengetahuan lebih besar dibandingkan dengan kinerja yang telah terealisasi.
Faktor-Faktor Gap
Pengukuran kinerja 0,5185
Kepemimpinan dalam institusi
0,5178 Pemberdayaan pegawai
0,5073 Benchmarking 0,4947
Struktur pengetahuan 0,4807
Pengungkitan kompetensi 0,4653
Sistem informasi 0,4547
Penghapusan batasan organisasi
0,4395 Budaya pengetahuan
0,4316 Kepercayaan 0,3768
Otonomi pegawai 0,3632
Penilaian 0,2989 Perhatian 0,2702
Kesimpulan : gap terbesar dimiliki oleh faktor pengukuran kinerja dan gap terkecil dimiliki oleh faktor perhatian
7. Analisis Faktor
a. Matriks Korelasi
Nilai KMO 0,5 yaitu 0,931 yang berarti tingkat ketepatan model faktor baik sekali dan antar variabel
berkorelasi. nilai sig α 0,05 analisis faktor dapat
dilakukan. b.
Penentuan jumlah faktor. Terbentuk dua komponen faktor karena 2 dua faktor ini
memiliki nilai eigenvalues di atas satu. c.
Rotasi Faktor Faktor I adalah pengungkitan kompetensi, kepemimpinan
dalam institusi, sistem informasi, pengukuran kinerja, budaya pengetahuan, benchmarking pembandingan,
struktur pengetahuan, kepercayaan dan penghapusan batasan organisasi.
Faktor II adalah perhatian, penilaian, pemberdayaan pegawai, dan otonomi otonomi pegawai.
d. Penamaan Faktor.
Faktor I : Faktor konfigurasi lingkungan organisasi dan teknologi, Faktor II : Faktor sosial orang
kesuksesan manajemen pengetahuan yaitu dari hasil analisis deskriptif, uji t dan analisis faktor.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum, menurut tenaga kependidikan Institut Pertanian Bogor manajemen pengetahuan telah
diterapkan dengan baik. Akan tetapi, ada beberapa faktor-faktor manajemen pengetahuan yang masih berada dalam kategori cukup baik. Adapun
dari ke-13 faktor manajemen pengetahuan yang masih dalam kategori cukup baik
adalah otonomi pegawai dan benchmarking pembandingan. Bagi faktor yang telah diterapkan dengan baik, diharapkan dapat selalu dipertahankan
dan ditingkatkan untuk kinerja selanjutnya. Alasan faktor otonomi pegawai masih dalam kategori cukup baik
dalam penerapannya karena pegawai belum terlalu diberi kekuasan untuk mengambil keputusan secara langsung akan permasalahan yang ada. Akan
tetapi, pegawai hanya diberikan otonomi untuk memberikan ide, saran dan pendapat yang dimiliki untuk masukan dalam menyelesaikan suatu masalah
atau tugas. Sedangkan wewenang untuk pengambilan suatu keputusan akan kondisi yang dihadapi masih dipegang oleh pemimpin. Oleh karena itu, IPB
sebaiknya memberikan kesempatan kepada pegawainya dalam mengambil keputusan akan masalah yang dihadapi dalam konteks permasalahan yang
wajar. Hal ini akan membuat pegawai merasa bahwa adanya suatu kontribusi yang dapat diberikan oleh tenaga kependidikan kepada institusi
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian, untuk faktor benchmarking, hasil dari kegiatan
benchmarking belum sepenuhnya dijadikan sebagai pedoman bagi IPB.
Hanya hal-hal yang dirasa sangat penting yang dijadikan prioritas utama sebagai patokan untuk diterapkan di IPB, seperti saat ini IPB telah berhasil
menerapkan ISO dalam organisasinya. Sedangkan hal-hal lain hasil dari kegiatan benchmarking seperti study banding dari berbagai organisasi di
Indonesia, belum semuanya diterapkan karena masih adanya kendala baik itu dari segi biaya, tenaga dan waktu serta hal-hal yang menjadi prioritas
dalam IPB. Oleh karena itu, IPB diharapkan dapat meminimalisir kendala penerapan faktor benchmarking dengan cara memfokuskan hal-hal yang
dirasa perlu diperbaiki di dalam organisasi dengan melakukan study banding ke organisasi yang dianggap cocok dijadikan sebagai pedoman. Kegiatan
benchmarking akan lebih efektif apabila adanya suatu rancangan rencana
kegiatan beserta anggaran dan manfaat yang akan diperoleh. Hasil uji perbedaan menggunakan uji t menunjukkan bahwa tingkat
kepentingan yang diharapkan pegawai berdasarkan faktor-faktor manajemen pengetahuan berbeda dengan tingkat kinerja aktualnya. Nilai yang
diharapkan pegawai lebih besar daripada kinerja yang terealiasasi di Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil pengujian ini, diharapkan dapat menjadi
gambaran bagi IPB bahwa tindakan yang dilakukan belum mencapai apa yang diharapkan oleh pegawai meskipun penerapan akan faktor-faktor
manajemen pengetahuan telah diterapkan dengan baik. Besarnya tingkat kepentingan yang diharapkan pegawai dapat menjadi masukan bagi IPB
untuk kedepannya dapat lebih meningkatkan komitmennya terhadap penerapan manajemen pengetahuan. Hal ini berarti bahwa tenaga
kependidikan memiliki rasa optimisme yang tinggi untuk memacu organisasinya untuk dapat benar-benar menerapkan manajemen pengetahuan
dengan baik dan konsisten. Jika dilihat per indikator, IPB harus lebih memperhatikan indikator
pengukuran kinerja karena indikator inilah yang memiliki nilai kesenjangan terbesar. Tenaga kependidikan mengharapkan bahwa IPB dapat
menjalankan suatu sistem pengukuran kinerja secara adil dan transparan tanpa memandang gender, golongan, latar belakang dan lainnya. Salah satu
caranya, IPB diharapkan dapat menghindari masalah dalam pengukuran kinerja seperti standar yang tidak jelas, adanya efek halo, kecenderungan
terpusat dan adanya bias yang terjadi. Dalam menghadapi permasalahan tersebut penting dilakukan pelatihan-pelatihan bagi tim yang melakukan
pengukuran kinerja agar dapat bekerja secara objektif. Saat ini, pengukuran kinerja di IPB secara umum dalam bentuk naratif
yaitu salah satunya seperti penilaian indeks kerja yang merupakan hasil pengisian formulir penilaian kinerja tenaga kependidikan, dan kualitas kerja
yang dinilai oleh atasan langsung. Selain bentuk pengukuran kinerja
tersebut, IPB diharapkan juga dapat lebih mengembangkan sistem pengukuran kinerja yang terkomputerisasi dan berbasiskan web. Kemudian,
adanya sistem Balanced Scorcard yang baru mulai diterapkan di IPB diharapkan dapat dilakukan dengan baik dan konsisten sehingga sistem
pengukuran kinerja akan menjadi lebih baik lagi. Kemudian, berdasarkan hasil analisis faktor menunjukkan bahwa
tercipta dua faktor utama kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan yaitu faktor konfigurasi lingkungan organisasi dan teknologi
serta faktor sosial orang. Dengan adanya dua faktor yang direduksi dari 13 tiga belas faktor, maka institusi dapat lebih efisien dalam melakukan suatu
tindakan. Institusi tidak perlu mengamati 13 tiga belas faktor, namun cukup dua faktor saja. Selain itu, institusi juga dapat menghindari
pelaksanaan peubah yang tidak dalam satu faktor. Sebagai contoh, institusi ingin melakukan perbaikan kinerja organisasi,
ingin menambah wawasan dan pengetahuan pegawai serta ingin mengetahui berbagai informasi agar pegawai selalu up-to-date dengan berbagai
informasi yang ada. Pencapaian hal tersebut akan lebih efektif apabila institusi melihat faktor-faktor konfigurasi lingkungan organisasi dan
teknologi karena item-item tersebut termasuk ke dalam faktor yang pertama. Adapun caranya adalah dengan mengadakan kegiatan study tour dan study
banding, mengadakan bentuk-bentuk pelatihan, atau bahkan memanfaatkan informasi dari teknologi jaringan. Apabila institusi mengambil tindakan
dengan cara melakukan peningkatan rasa perhatian pegawai yang merupakan faktor sosial, tentu saja akan kurang efektif karena tindakan yang
diambil tidak berdasarkan faktor yang sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Faktor-faktor kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan yaitu perhatian, penilaian, pemberdayaan pegawai, kepercayaan,
pengungkitan kompetensi pelatihan, kepemimpinan dalam institusi, sistem informasi, pengukuran kinerja, budaya pengetahuan, struktur pengetahuan
dan penghapusan batasan organisasi pada Institut Pertanian Bogor telah diterapkan dengan baik. Sedangkan faktor otonomi pegawai dan
benchmarking penerapannya masih dalam kategori cukup baik.
Tingkat kepentingan yang diharapkan pegawai berbeda dengan tingkat kinerja aktual jika dilihat berdasarkan faktor-faktor kunci kesuksesan
penerapan manajemen pengetahuan. Hal-hal yang menjadi harapan pegawai kependidikan lebih besar dari yang terealisasi di Institut Pertanian Bogor.
Jika dilihat per indikator, pengukuran kinerja memiliki nilai gap terbesar dan perhatian memiliki nilai gap terkecil.
Ada dua faktor utama yang menjadi kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan. Dua faktor tersebut yaitu faktor pertama yang
dinamakan faktor konfigurasi lingkungan organisasi dan teknologi terdiri atas pengungkitan kompetensi pelatihan, kepemimpinan dalam institusi,
sistem informasi, pengukuran kinerja, budaya pengetahuan, benchmarking pembandingan, kepercayaan, struktur pengetahuan dan penghapusan
batasan organisasi. Sedangkan faktor kedua yang dinamakan dengan faktor sosial orang yang terdiri atas perhatian, penilaian, pemberdayaan pegawai
dan otonomi pegawai.
2. Saran
a. IPB perlu memperhatikan faktor otonomi pegawai dengan cara
memberikan kesempatan kepada pegawainya dalam mengambil keputusan akan masalah yang dihadapi dalam konteks permasalahan
yang wajar. Selama ini, pegawai di IPB hanya diberikan otonomi untuk memberikan ide, saran dan pendapat untuk masukan dalam
menyelesaikan suatu masalah atau tugas. Sedangkan wewenang untuk
pengambilan suatu keputusan akan kondisi yang dihadapi masih dipegang oleh pemimpin. Kemudian, IPB juga harus memperhatikan
faktor benchmarking pembandingan dengan cara memfokuskan hal-hal
yang dirasa perlu diperbaiki di dalam institusi. Kegiatan benchmarking akan lebih efektif apabila adanya suatu rancangan rencana kegiatan,
tempat pelaksanaan benchmarking, beserta anggaran dan manfaat yang akan diperoleh sehingga jelas kegiatan benchmarking yang akan
dijalankan. b.
Sebaiknya IPB lebih memperhatikan indikator pengukuran kinerja karena indikator ini memiliki nilai kesenjangan terbesar. IPB diharapkan
dapat memberikan pelatihan-pelatihan bagi tim yang melakukan pengukuran kinerja secara berkala agar dapat bekerja secara objektif
dalam melakukan penilaian. Selain itu, IPB diharapkan juga dapat lebih mengembangkan sistem pengukuran kinerja yang terkomputerisasi dan
berbasiskan web karena selama ini bentuk pengukuran kinerja di IPB secara umum dalam bentuk naratif. Kemudian, adanya sistem Balanced
Scorecard yang baru mulai diterapkan di IPB diharapkan dapat
dilakukan dengan baik dan konsisten sehingga sistem pengukuran kinerja akan menjadi lebih baik lagi.
c. Dalam mengambil suatu tindakan, institusi dapat menganalisis hanya 2
dua faktor saja dari 13 faktor kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan yaitu faktor konfigurasi lingkungan organisasi dan
teknologi atau faktor sosial orang. Sebaiknya tindakan yang diambil berasal dari faktor yang sama.
d. Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis
mengenai faktor kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan pada Institut Pertanian Bogor secara sensus atau sampling dengan tenaga
kependidikan dan tenaga pendidik di IPB.
DAFTAR PUSTAKA
Albers, J.A. 2009. A Practical Approach To Implementing Knowledge Management. Journal of Knowledge Management Practice
, Vol. 10, No. 1 diunduh dari
www.tlainc.com [26 Februari 2012]
Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta. Choi, Y.S. 2000. An empirical study of factors affecting successful
implementation of knowledge management [dissertation]. University of
Nebraska. http:search.proquest.comdocview3046125991354D9D97DF
278436061?accountid=32819 [1 Maret 2012]
Chong, S.C. and Y.S. Choi. 2005. “Critical Factors In The Successful Implementation of Knowledge Management
.” Journal of Knowledge Management Practices
diunduh dari www.tlainc.com
[26 Februari 2012] Chong, S.C. 2005. KM Critical success factors : A Comparison of Pereceived
Importance versus Implementation in Malaysian ICT Companies .
Multimedia University. Melaka. http:search.proquest.comdocview2156544051354D9CF7952FE496D7
1?accountid=32819 [1 Maret 2012]
Handzic, M., A. Zhou. 2005. Knowledge Management An Integrative Approach. Chandos Publishing Oxford. UK
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Learning Center for World Class University . 2012. Webometrics Rank of
Universities of Indonesia . Edisi Januari. Lcwcu.um.ac.id?p=6979 [4 Juli
2012] Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Media Kom. Yogyakarta.
Priyatno, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. ANDI OFFSET. Yogyakarta
Munir, N. 2008. Knowledge Management Audit. PPM. Jakarta. Sangkala. 2007. Knowledge Management. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Setiarso, B., N.H. Triyono, dan H.Subagyo. 2009. Penerapan Knowledge Management
pada Organisasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia.
Bogor. Tjakraatmadja, J.H. dan D.C. Lantu. 2006. Knowledge Management dalam
Konteks Organisasi Pembelajar. PT Mizan Grafika Sarana. Bandung.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Windarti. 2010. Analisis Faktor-Faktor Kunci Kesuksesan Implementasi Manajemen Pengetahuan pada PT Unilever Indonesia Tbk. Skripsi pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. STRUKTUR ORGANISASI
Lampiran 2. Daftar nominasi Indonesian MAKE Study 2011 96 Organisasi Masuk dalam Nominasi 2011
Indonesian MAKE Study
1 Adaro Energy
2 Adira Dinamika Multi Finance
3 Agung Podomoro Group
4 Alleira Batik
5 Antam
6 Anugerah Argon Medica
7 Aplikanusa Lintasarta
8 Artajasa Pembayaran Elektronis
9 Arya Medic Group
10 Asia Pulp Paper
11 Askes
12 Astra Daihatsu Motor
13 Astra International
14 Asuransi Syariah Mubarakah
15 Badak NGL
16 Bakrie Brothers
17 Bank Danamon Indonesia
18 Bank Indonesia
19 Bank Kesawan
20 Bank Mandiri
21 Bank Muamalat Indonesia
22 Bank Sinar Harapan Bali
23 Bank Sumsel Babel
24 Bank Syariah Mandiri
25 BCA
26 Binus University
27 Blue Bird Group
28 BNI
29 BRI
30 Chevron‐Pacific Indonesia
31 CIMB Niaga
32 Commserv Network Indonesia
33 Dexa Medica
34 Ericsson Indonesia
35 Federal Internal
36 Garuda Indonesia
37 Garudafood
38 General Electrics Indonesia
43 Hyundai Motor
44 Indonesia Power
45 Indosat
46 IPB
47 ISS Indonesia
48 ITB
49 Jamsostek
50 Jamu Air Mancur
51 Kaskus.com
52 Kompas Gramedia
53 Krakatau Daya Listrik
54 Krakatau Steel
55 LG Electronics Indonesia
56 Martha Tilaar
57 Medco Energi Internasional
58 Metro TV
59 Microsoft Indonesia
60 Multimedia Nusantara Metra
61 Mustika Ratu
62 Octovate Group
63 Pama Persada Nusantara
64 Pertamina
65 Pertamina EP
66 Pertamina Hulu Energi
67 Perusahaan Gas Negara
68 PLN
69 PP London Sumatera Indonesia
70 PPM Management
71 Radio Prambors
72 Rekayasa Industri
73 Sarimelati Kencana Pizza Hut
Indonesia 74
Semen Padang 75
SIGMA 76
SMART 77
Sriwijaya Air 78
Sucofindo 79
Sumber Alfaria Trijaya 80
Surabaya Plaza Hotel 81
Surveyor Indonesia 82
Telekomunikasi Indonesia 83
Telekomunikasi Seluler Telkomsel
84 Tempo Inti Media
85 Tiga Pilar Food
86 Tigaraksa Satria
87 Tiki JNE
88 Toyota Astra Motor
89 Triputra Group
90 Unilever Indonesia
91 United Tractors
92 United Tractors Pandu
Engineering 93
Universitas Brawijaya Malang 94
Universitas Indonesia 95
Wijaya Karya 96
XL Axiata
Lampiran 3. Pertanyaan wawancara pra penelitian
1. Apa yang dilakukan IPB untuk menciptakan saling perhatian dalam
perusahaan? Melakukan gathering, makan bersama, mengedapankan teamwork dan
menjunjung tinggi rasa kekeluargaan 2.
Bagaimana IPB memberikan reward kepada karyawan yang mampu menerapkan pengetahuannya dengan baik?
Dengan melihat indeks prestasi kerja. Pegawai dengan nilai tertinggi diberikan penghargaan baik materi maupun non materi.
3. Apa saja reward yang diberikan kepada pegawai?
Beasiswa, kenaikan pangkat, bonus dan insentif serta penghargaan prestasi. Seperti pemberian uang sebesar Rp. 200.000bulan.
4. Bagaimana IPB mendorongmembangun kepercayaan di antara SDM
organisasi sehingga berbagi pengetahuan dapat terwujud? Adanya kesediaan pegawai untuk dibimbing dan adanya kesediaan pimpinan
menjadi seorang pembimbing yang membimbing pegawainya dalam bekerja.
5. Bagaimana bentuk otonomi pegawai yang diberikan oleh IPB?
Adanya kebebasan pegawai dalam memberikan ide, saran dan masukan jika muncul suatu masalah.
6. Bagaimana cara IPB dalam meningkatkan kompetensipengetahuan para
individu? Mengadakan pelatihan internal yang diadakan oleh IPB sendiri dan adanya
pelatihan eksternal.
7. Bagaimana bentuk keterlibatan pegawai dalam menyelesaikan masalah, dan
membuat keputusan? Adanya kesempatan untuk memberikan ide dan saran dalam penyelesaian
masalah. Untuk pengambilan keputusan masih dipegang oleh pimpinan.
8. Apakah IPB telah optimal dalam memberdayakan pegawai sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya? Hampir dirasa optimal
9. Bagaimana bentuk komitmen pimpinan dalam menerapkan manajemen
pengetahuan? Selalu memotivasi pegawai agar selalu berbagi pengetahuan, memberikan
kesempatan kepada pegawai dalam memberikan ide, saran dan masukan serta membimbing pegawai yang kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
10. Apa saja sistem informasi yang digunakan IPB untuk berbagi pengetahuan?
Apakah sudah efektif? Knowledge management system KMS, internet, chatting, e-mail dan alat
komunikasi lainnya. Sudah efektif, hanya perlu pengembangan- pengembangan yang lebih baik lagi.
11. Bagaimana cara IPB membangun budaya pengetahuan seperti sharing,
menumbuhkan kepercayaan dan motivasi pegawai? -
Adanya pertemuan tiap minggu, mengadakan rapat, team work, berbincang-bincang baik secara formal maupun informal.
- Pengetahuan yang dibagikan digunakan semestinya dan tidak
disalahgunakan.
Lanjutan Lampiran 3 .
- Adanya reward yang diberikan jika pegawai mampu mengekplisitkan
pengetahuan-pengetahuannya. 12.
Apa saja alat pengukuran kinerja yang dipakai IPB dalam menilai kinerja pegawai?
Indeks prestasi kerja, penilaian atasan langsung, balanced scorecard. 13.
Bagaimana bentuk struktur pengetahuan yang digunakan di IPB? Hasil pertemuan, pengalaman dan pengetahuan dituangkan dalam bentuk
dokumen dan laporan. 14.
Apakah hasil rapat dinotulensikan dengan baik? ya
15. Bagaimana cara perusahaan mengurangi batasan-batasan yang dimiliki
organisasi agar penerapan manajemen pengetahuan yang efektif tercapai? Tidak adanya birokrasi dalam penyampaian pengetahuan, adanya kebebasan
pegawai dalam mengutarakan pendapat, adanya anggaran yang jelas dalam penerapan manajemen pengetahuan.
16. Bagaimana bentuk sistem benchmarking pembandingan yang diterapkan
perusahaan? Studi eksternal seperti studi banding dan studi tour
17. Kemana saja study banding yang pernah dilakukan IPB?
UI, Binus, ITB, Bank Indonesia, PT Point Development International, dll. 18.
Apa manfaat yang diambil dari study banding yang dilakukan? Mengetahui sistem keuangannya, sistem lay out, bentuk furniturnnya, sistem
manajemen mutunya dll. 19.
Hambatan apa saja yang biasa terjadi dalam penerapan manajemen pengetahuan dan bagaimana institusi mengatasinya?
Pandangan orang yang berbeda-beda mengenai manajemen pengetahuan. cara mengatasinya melakukan pendekatan dan bimbingan serta membangun
motivasi pegawai untuk saling berbagi pengetahuan. Hambatan dana, tenaga dan biaya dalam penerapan manajemen pengetahuan. Cara mengatasinya perlu
membuat rencana penganggaran yang efektif dan efisien.
Lampiran 4. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KUNCI KESUKSESAN
PENERAPAN MANAJEMEN PENGETAHUAN UNTUK TENAGA KEPENDIDIKAN PADA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Yth. BapakIbu Responden
Di Tempat
Dengan Hormat, Perkenalkan, Saya Dwi Sari Apridella. Saya adalah mahasiswa tingkat
akhir pada Program Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, yang pada saat ini sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan tugas akhir skripsi saya. Berikut ini adalah kuesioner dari penelitian saya yang ingin mengetahui
tingkat kepentingan yang diharapkan dan seberapa jauh kinerja yang telah terealisasi berdasarkan atribut-atribut kunci kesuksesan penerapan manajemen
pengetahuan di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, kuesioner penelitian ini juga ingin menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci kesuksesan
penerapan manajemen pengetahuan pada Institut Pertanian Bogor. BapakIbu dapat mengisi kuesioner dengan bantuan petunjuk pengisian kuesioner yang sudah
tertera di kuesioner ini. Saya berharap BapakIbu berkenan mengisi kuesioner ini dengan
memberikan jawaban yang benar dan informasi yang saya peroleh dapat membantu saya dalam menyelesaikan penelitian yang saya lakukan.
Atas segala bantuan dan perhatian BapakIbu saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,
Dwi Sari Apridella H24080011
Lanjutan Lampiran 4.
Petunjuk pengisian : 1.
Untuk jawaban isian, mohon diisi dengan tulisan cetak yang jelas dan lengkap. 2.
Untuk jawaban pilihan, mohon diberi tanda silang X pada jawaban yang sesuai.
I. Identitas Responden
Nama : ..........................................................................
Usia : a. 20 – 30 tahun
c. 41 – 50 tahun b. 31 – 40 tahun
d. 50 tahun Jenis kelamin
: a. Laki-laki b. Perempuan
Golongan : ..........................................................................
Pendidikan Terakhir : a. SLTA
c. Sarjana b.
Diploma d.
Pasca Sarjana
Masa Kerja : a. 5tahun
d. 16 – 20 tahun b. 6 – 10 tahun
f. 21 – 25 tahun c. 11 – 15 tahun
g. 25 tahun
II. Tingkat Kepentingan yang diharapkan dan Tingkat Kinerja Aktual
Petunjuk pengisian : Anda dimohon untuk memberikan penilaian terhadap besarnya tingkat
kepentingan yang diharapkan dan memberikan penilaian terhadap seberapa jauh kinerja yang telah terealisasi berdasarkan atribut-atribut kunci kesuksesan penerapan manajemen pengetahuan di
Institut Pertanian Bogor. Penilaian diberikan dengan cara memberikan tanda silang X pada kolom nilai yang sesuai dengan jawaban Anda.
Keterangan nilai tingkat kepentingan
Keterangan nilai tingkat kinerja aktual 5 = Sangat penting
2 = Tidak penting 5 = Sangat baik 2 = Tidak baik
4 = penting 1 = Sangat tidak penting 4 = baik
1 = Sangat Tidak baik 3 = cukup penting
3 = cukup baik
No. Atribut Tingkat
kepentingan diharapkan
Tingkat Kinerja
aktual A.
Perhatian 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Setiap pegawai saling mengenal rekannya dalam
satu tim kerja. 2.
Setiap pegawai saling mengenal rekan di luar tim kerja
3. Pimpinan mengenal setiap anggota timnya.
B. Penilaian 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1. Pegawai diberikan penghargaan atas pengetahuan
dan keahlian baru yang dimilikinya. 2. Pegawai diberikan penghargaan karena
membagikan secara langsung pengetahuan mereka kepada rekan kerja.