kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja perusahaan. Manajemen pengetahuan juga merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga
perusahaan dapat mengenali dimana aset intelektual kunci berada, menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan.
Knowledge Transfer International KTI mendefinisikan manajemen
pengetahuan sebagai suatu strategi yang mengubah asset intelektual organisasi, baik informasi yang sudah terekam maupun bakat dari para
anggotanya ke dalam produktivitas yang lebih tinggi, nilai-nilai baru, dan peningkatan daya saing. Manajemen pengetahuan mampu mengajarkan
kepada organisasi, dari mulai pimpinan sampai kepada karyawan mengenai bagaiman menghasilkan dan mengoptimalkan keterampilan sebagai entitas
kolektif. The American Productivity and Quality Centre
mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai strategi dan proses pengidentifikasian,
menangkap, dan mengungkit pengetahuan untuk meningkatkan daya saing. Manajemen pengetahuan lebih terkait dengan hal-hal berbagi pengetahuan,
bukan demi pengetahuan itu sendiri, tetapi lebih kepada suatu sarana untuk menemukan cara yang memungkinkan anggota perusahaan menjalankan
proses bisnisnya lebih cepat, lebih baik, dan biaya yang lebih efisien.
2.2.1 Penerapan Manajemen Pengetahuan
Penerapan knowledge management pada suatu organisasi merupakan proses panjang dan lama, yang mencakup perubahan perilaku semua
karyawan. Upaya perubahan ini perlu sinkronisasi dengan keseluruhan strategi pelaksanaan organisasi. Menurut Birkinsaw dalam Setiarso et al
2009 menggarisbawahi tiga kenyataan yang sangat mempengaruhi berhasil tidaknya knowledge management, yaitu :
a. Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge baru, tetapi juga
mendaur-ulang knowledge yang sudah ada. b.
Teknologi informasi belum sepenuhnya dapat menggantikan funsi- fungsi jaringan sosial antar anggota organisasi.
c. Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya
mereka ketahui. Banyak knowledge penting yang harus ditemukan lewat
upaya-upaya khusus. Padahal, knowledge itu sudah dimiliki sebuah organsasi sejak lama.
Sebelum menerapkan manajemen pengetahuan, beberapa dimensi perubahan perlu dipahami. Beberapa dimensi perubahan tersebut adalah : 1
dimensi konseptual, yaitu terkait dengan kemampuan organisasi mengembangkan konstruksi yang terintegrasi untuk mendiskusikan
pengetahuan yang akan digunakan oleh organisasi, 2 dimensi perubahan itu sendiri, terkait dengan tingkat resistensi dan stabilitas ketika menerapkan
manajemen pengetahuan. 3 aspek pengukuran, yaitu terkait dengan aspek apakah penerapan manajemen pengetahuan sudah sesuai dengan jalur yang
telah ditentukan atau tidak, 4 aspek struktur organisasi, yaitu terkait dengan penyusunan peran dan tanggung jawab yang diperlukan supaya penerapan
manajemen pengetahuan efektif, 5 isi pengetahuan, yaitu pandangan mengenai pengetahuan sebagai produk, 6 dimensi alat, yaitu terkait dengan
ketersediaan sarana mendapatkan pengetahuan. Tiwana dalam Sangkala 2007 menyatakan sepuluh langkah strategi
untuk menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasi, antara lain : 1.
Analisis infrastruktur yang ada. 2.
Mengaitkan manajemen pengetahuan dengan strategi bisnis. 3.
Mendesain infrstruktur manajemen pengetahuan. 4.
Mengaudit asset dan sistem pengetahuan yang ada. 5.
Mendesain tim manajemen pengetahuan. 6.
Menciptakan blueprint manajemen pengetahuan. 7.
Pengembangan sistem manajemen pengetahuan. 8.
Prototype dan uji coba. 9.
Pengelola perubahan, kultur dan struktur penghargaan. 10.
Evaluasi kinerja, mengukur ROI dan perbaikan sistem manajemen pengetahuan.
2.2.2 Aktivitas dan Pentingnya Manajemen Pengetahuan pada Organisasi