Definisi dan Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

b. Pompa. Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mLmenit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mLmenit Rohman, 2009. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT, yaitu pompa dengan tekanan konstan dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan Rohman, 2009. c. Tempat Penyuntikan Sampel. Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel sample loop internal atau eksternal Rohman, 2009. d. Kolom. Ada dua jenis kolom pada KCKT, yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian KCKT yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solutanalit Rohman, 2009. Kolom mikrobor mempunyai tiga keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional, yaitu:  Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80 atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat 10-100 µLmenit  Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrofotometer massa  Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis Rohman, 2009. Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin Rohman, 2009. Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol Si-OH Rohman, 2009. Silika dapat dimodifikasi secara kimia dengan menggunakan reagen- reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain Rohman, 2009. Oktadesil silika ODS atau C 18 merupakan fase diam yang paling banyak diguunkan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil nitril lebih cocok sebagai pengganti silika yang dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan Rohman, 2009. e. Detektor. Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif seperti detektor indeks bias dan detektor spektrofotometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluorosensi, dan elektrokimia Rohman, 2009. Gambar 3 . Diagram sistem KCKT. a Wadah fase gerak; b pompa; c autosampler atau injektor; d kolom; e detektor; f sistem data Synder, Kirkland and Dolan, 2010 Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1 mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel; 2 mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil; 3 stabil dalam pengoperasiannya; 4 mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita; 5 signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas kisaran dinamis linier; dan 6 tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak Rohman, 2009.

2. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi

Tujuan utama pada kromatografi adalah pemisahan suatu campuran. Ada dua parameter yang digunakan untuk menilai kualitas pemisahan pada kromatografi, yaitu banyaknya pelebaran puncak efisiensi dan tingkat pemisahan puncak yang berdekatan Gandjar dan Rohman, 2010. Kualitas pemisahan dengan kromatografi kolom dapat dikontrol dengan melakukan serangkaian uji kesesuaian sistem yang meliputi efisiensi kolom, resolusi atau daya pisah, simetrisitas puncak, dan faktor retensi atau kapasitas kolom Rohman, 2009. Ada tiga faktor mendasar dalam KCKT, yaitu: retensi, selektifitas, dan efisiensi. Ketiga faktor ini mengendalikan pemisahan resolusi dari analit. Kemudian akan dibahas persamaan van Deemter dan menunjukkan bagaimana diameter partikel bahan pengepakan dan laju alir mempengaruhi efisiensi kolom Ahuja and Dong, 2005. Gambar 4 menunjukkan kromatogram yang khas, yang mencakup sumbu waktu, titik injeksi, dan puncak analit. Waktu antara titik injeksi sampel dan analit mencapai detektor disebut waktu retensi t R . Waktu retensi komponen yang tidak tertahan sering ditandai oleh baseline pertama yang disebabkan oleh elusi sampel pelarut disebut waktu void t . Waktu kosong berhubungan dengan volume kosong kolom V , yang merupakan parameter penting yang akan diuraikan kemudian. Puncak juga memiliki lebar W b dan tinggi h. Ketinggian atau daerah di bawah puncak sebanding dengan konsentrasi atau jumlah komponen tertentu dalam sampel. Waktu retensi digunakan untuk identifikasi puncak yang tergantung pada laju aliran, dimensi kolom, dan parameter lainnya. Ahuja and Dong, 2005. Sebuah istilah yang lebih mendasar yang mengukur tingkat retensi analit adalah faktor ka pasitas atau faktor retensi k’, dihitung dengan waktu retensi bersih t’ R , waktu retensi dikurang waktu kosong. Faktor kapasitas mengukur berapa kali analit tertahan relatif terhadap komponen yang tidak tertahan Ahuja and Dong, 2005. Gambar 4 . Kromatogram yang menunjukkan waktu retensi t R , waktu kosong t , lebar dasar puncak W b , dan tinggi puncak h Ahuja and Dong, 2005 N ilai k’ nol berarti bahwa komponen tersebut tidak tertahan dan terelusi dengan pelarut. Nilai k’ 1 berarti bahwa komponen sedikit ditahan oleh kolom sementara k ’ nilai 20 berarti bahwa komponen sangat dipertahankan dan menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan fase diam. Dalam kebanyakan tes, analit terelusi dengan k’ antara 1 dan 20 sehingga memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi dengan fase diam yang mengakibatkan migrasi yang berbeda. Puncak yang terelusi pada di k’ yang besar 20 bermasalah karena jangka waktu panjang dan sensitifitas kecil yang dapat mengakibatkan puncak yang lebar Ahuja and Dong, 2005. Pada KCKT fase terbalik digunakan fase diam hidrofobik seperti C-18 dan fase gerak yang hidrofilik seperti campuran metanol dan air, partisi yang terjadi dianalogikan seperti ekstraksi cair-cair dua fase dalam corong pisah antara larutan non-polar misalnya heksan dan larutan polar misalnya air. Pada KCKT fase terbalik, waktu retensi dipengaruhi oleh kekuatan atau polaritas fase gerak Ahuja and Dong, 2005. Selektifitas ∝ atau faktor pemisahan adalah ukuran retensi diferensial dua analit. Selektifitas didefinisikan sebagai rasio dari faktor kapasitas k’ dari dua puncak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Selektivitas harus 1,0 untuk pemisahan puncak. Selektivitas tergantung pada sifat dari fase diam dan komposisi fase gerak Ahuja and Dong, 2005. Menurut Snyder, Kirkland, and Glajch 2012 nilai k’ harus memenuhi 0,5 k’ 20. Perhitungan selektifitas. ∝= � − � − Jika nilai k’ menjadi lebih kecil terelusi lebih awal maka resolusi menjadi lebih buruk. Ketika k’ dibuat lebih besar, resolusi meningkat. Jika ∝ meningkat, Rs akan meningkat juga. Nilai N dipengaruhi oleh kecepatan alir, panjang kolom, dan ukuran partikel Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012. Perhitungan k’ dengan rumus. �′ = � − Gambar 5 . Pengaruh k’, ∝, dan N pada pemisahan Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012 Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling penting adalah efisiensi atau jumlah lempeng teoritis atau N Rohman, 2009. Sebagian kromatogram memiliki puncak yang cenderung berbentuk Gaussian dan melebar, di mana W b menjadi lebih besar dengan bertambahnya t R . Hal ini disebabkan oleh efek pelebaran pita dalam kolom, dan merupakan dasar untuk semua proses kromatografi. Jumlah lempeng N adalah ukuran kuantitatif dari efisiensi kolom Ahuja and Dong, 2005. Persamaan untuk menghitung N. � = , � � � Konsep lempeng secara tradisional berasal dari proses penyulingan di industri menggunakan kolom yang distilasi terdiri dari beberapa lempeng di mana cairan kondensasi berada dalam kesetimbangan dengan uap yang naik. Dengan demikian, semakin panjang kolom distilasi akan memiliki lebih banyak lempeng atau terjadinya equilibrium. Demikian pula dalam kromatografi, tinggi setara lempeng teoritis atau HETP height equivalent theoretical plate sama dengan panjang kolom L dibagi dengan jumlah lempeng teoritis N Ahuja and Dong, 2005. HETP merupakan panjang kolom kromatografi dalam mm yang diperlukan sampai terjadinya satu kali kesetimbangan molekul analit dalam fase gerak dan fase diam Gandjar dan Rohman, 2010. HETP dihitung dengan rumus. ���� = � � Nilai N yang tinggi disarankan untuk pemisahan yang baik yang nilainya sebanding dengan semakin panjangnya kolom L dan semakin kecilnya nilai H. Istilah H merupakan tinggi setara lempeng teoritis atau HETP height equivalent theoretical plate Rohman, 2009. Kolom yang baik akan mempunyai bilangan lempeng yang tinggi dan nilai HETP yang rendah. Ukuran partikel berpengaruh terhadap nilai H. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin tinggi bilangan lempeng teoritis Rohman, 2009.

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kotrimoksazol Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

7 92 56

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok ``Merek X``.

0 3 131

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan.

0 0 141

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok Merek X

0 3 129

Skripsi Berjudul OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASPARTAM DALAM MINUMAN SERBUK BERAROMA SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

0 1 130

Persetujuan Pembimbing VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEMBAKAU

0 1 116

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KUERSETIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DALAM TEH HIJAU

0 2 146

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk ``X`` menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 119

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan - USD Repository

0 0 139

Optimasi dan validasi metode penetapan kadar bisfenol A. dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 196