dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery, dapat dihitung dengan persamaan berikut.
�� �ℎ � � =
�� � �
�� � � � �
x 100
Tabel IV. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Gonzales and Herrador 2007
e. Presisi dan repeatability. Presisi merupakan derajat keterulangan hasil uji
ketika metode dilakukan secara berulang pada sampel yang homogen dengan beberapa kali sampling. Repeatability adalah ukuran keterulangan
yang dihasilkan dari prosedur analisis laboratorium dalam jangka waktu yang pendek, oleh analis dan peralatan yang sama The United States
Pharmacopeia, 2007. Presisi dinyatakan dengan CV.
Tabel V. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Horwitz and AOAC PVM
cit., Gonzales and Herrador, 2007
f. Limit of Detection LOD dan Limit of Quantitation LOQ. . LOD
merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. LOQ
merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional
metode yang digunakan The United States Pharmacopeia, 2007. LOD dan LOQ dihitung menggunakan persamaan berikut.
b Sa
LOD
3 ,
3 Keterangan:
Sa = Standar deviasi b = slope
LOD dihitung menggunakan persamaan kurva baku pada rentang bawah dan LOQ dihitung dari persamaan kurva adisi air dan botol, masing-masing.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1. Penetapan panjang gelombang maksimum bisfenol A
Penetapan panjang gelombang maksimum bisfenol A ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang di mana bisfenol A memberikan serapan yang
maksimum. Digunakan panjang gelombang maksimum untuk analisis kuantitatif karena pada panjang gelombang maksimum lebih sensitif dan memberikan hasil
dengan presisi yang baik. Hal ini disebabkan pada panjang gelombang maksimum, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang
paling besar sensitif. Pada daerah di sekitar puncak kurva panjang gelombang maksimum pada spektra merupakan daerah dengan fluktuasi absorban yang
minimal sehingga kesalahan pembacaan oleh detektor dapat diminimalisir. Pengukuran panjang gelombang maksimum ini dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer UV. Bisfenol A memiliki gugus kromofor yaitu ikatan rangkap terkonjugasi pada cincin benzennya yang dapat memberikan
serapan pada daerah sinar ultraviolet sehingga dapat menyerap radiasi sinar pada dareah ultraviolet. Pada gugus kromofor terdapat dua macam orbital molekul,
yaitu orbital sigma σ dan orbital phi π yang masing-masing memiliki sepasang elektron. Kemudian molekul bisfenol A tersebut terkena radiasi ultraviolet pada
frekuensi yang sesuai sehingga elektron pada molekul tersebut tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu dari
orbital π ke π sehingga terjadilah
penyerapan absorpsi energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul bisfenol
A yang menyerap radiasi. Selain memiliki gugus kromofor, bisfenol A juga memiliki gugus
auksokrom -OH yang memiliki elektron n. Elektron n ini memiliki energi yang lebih tinggi daripada e
lektron π sehingga untuk dapat tereksitasi memerlukan energi yang lebih rendah sehingga memerlukan panjang gelombang yang lebih
besar daripada yang diperlukan pada transisi π ke π. Hal ini menyebabkan
pergeseran batukromik. Di mana benzen yang menyerap pada panjang gelombang 260 nm, karena adanya auksokrom maka terjadi pergeseran panjang
gelombang sehingga menjadi lebih panjang, oleh karena itu bisfenol A menyerap pada panjang gelombang 278 nm. Walaupun bisfenol A memiliki dua buah cincin
benzen, namun yang memberikan serapan hanya salah satu cincin karena struktrur cincin tersebut sama dan keduanya tidak berikatan secara langsung.
Gambar 14. Kromofor dan auksokrom pada bisfenol A