3. Komposisi fase gerak asetonitril : air 70 : 30
a. Kecepatan alir 0,5 mLmenit
Gambar 25. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air 70 : 30 dan kecepatan alir 0,5 mLmenit. A = Kromatogram baku bisfenol A 10 µgmL, B = Kromatogram
bisfenol A dalam sampel air, C = Kromatogram bisfenol A dalam sampel botol
b. Kecepatan alir 0,8 mLmenit
Gambar 26. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air 70 : 30 dan kecepatan alir 0,8 mLmenit. A = Kromatogram baku bisfenol A 10 µgmL, B = Kromatogram
bisfenol A dalam sampel air, C = Kromatogram bisfenol A dalam sampel botol
c. Kecepatan alir 1 mLmenit
Gambar 27. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air 70 : 30 dan kecepatan alir 1 mLmenit. A = Kromatogram baku bisfenol A 10 µgmL, B = Kromatogram bisfenol
A dalam sampel air, C = Kromatogram bisfenol A dalam sampel botol
Dilihat dari kromatogram yang dihasilkan dan nilai yang diperoleh pada parameter-parameter optimasi, fase gerak asetonitril : air 70 : 30 mampu
memisahkan bisfenol A dari senyawa-senyawa lainnya dengan baik. Puncak yang dihasilkan juga relatif tidak melebar, lebih simetris, dan tidak ada yang memiliki
dua puncak seperti halnya pada kedua perbandingan fase gerak sebelumnya. Rata- rata puncak yang dihasilkan telah memenuhi kriteria penerimaan untuk parameter
optimasi, yaitu resolusi 1,5; tailing factor 2; jumlah lempeng N 3000, dengan nilai HETP yang paling kecil. Ada beberapa puncak yang tidak memenuhi
kriteria penerimaan, yaitu pada sampel botol dengan kecepatan alir 0,8 mLmenit memiliki resolusi 1; dan nilai HETP yang kurang dari 3000 adalah pada ekstrak
air pada kecepatan alir 0,5 mLmenit; ekstrak air dan ekstrak botol pada kecepatan 0,8 mLmenit; dan baku pada kecepatan alir 1 mLmenit.
Baku, sampel air, dan sampel botol pada kecepatan alir 1 mL menit menghasilkan resolusi dan jumlah lempeng N yang lebih besar daripada dua
kecepatan alir yang lain. Selain itu, nilai HETP yang dihasilkan juga lebih kecil daripada kecepatan alir lainnya. Semakin besar nilai resolusi dan jumlah lempeng,
serta semakin kecil tailing factor dan nilai HETP maka pemisahan akan semakin bagus. Nilai
∝ dan k’ yang diperoleh juga memenuhi kriteria penerimaan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fase gerak asetonitril : air 70 : 30 pada
kecepatan alir 1 mLmenit merupakan perbandingan fase gerak dan kecepatan alir yang optimal untuk pemisahan bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol.
Gambar 28. Perbandingan peak bisfenol A dari sampel air dengan komposisi fase gerak
70 : 30 pada berbagai kecepatan alir Gambar 29. Perbandingan peak bisfenol A
dari sampel botol dengan komposisi fase gerak 70 : 30 pada berbagai kecepatan alir
Pada kedua gambar di atas warna hitam, merah, dan biru merupakan peak dari bisfenol A menggunakan komposisi fase gerak 70:30 pada kecepatan alir
masing-masing 1; 0,8; dan 0,5 mLmenit. Dari kedua gambar tesebut terlihat bahwa puncak yang paling ramping dan simetris adalah yang dihasilkan oleh fase
gerak 70:30 dengan kecepatan alir 1 mLmenit. Pada kecepatan alir 0,8 dan 0,5 mLmenit, puncak yang dihasilkan cenderung melebar.
Kesimpulan dari data yang diperoleh adalah fase gerak yang dipilih sebagai fase gerak yang optimum adalah fase gerak asetonitril : air dengan
perbandingan 70 : 30 pada kecepatan alir 1,0 mLmenit. Hal ini berdasarkan pertimbangan berikut.
Resolusi yang dihasilkan adalah yang paling besar dan lebih besar dari 1,5
Nilai N paling besar dan lebih besar dari 3000 HETP terkecil
Tailing factor 2