Penyiapan Sampel Optimasi KCKT fase terbalik

c. Analisis pemisahan puncak bisfenol A. Data kromatogram yang diperoleh baik pada baku maupun sampel diamati sehingga dapat diketahui sistem KCKT fase terbalik yang memberikan pemisahan bisfenol A paling baik yaitu dengan mengamati nilai N lempeng teoritis, tailing factor, HETP, nilai resolusi, bentuk peak yang dihasilkan, ∝, dan k’. 1 Daya pisah Resolusi Nilai daya pisah atau bisfenol A merupakan nilai yang diperoleh dengan melakukan perhitungan puncak bisfenol A terhadap puncak terdekat. Dengan rumus : � = 2∆ � � + � Nilai Resolusi yang baik adalah ≥ 1,5 Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012. 2 Jumlah lempeng N dan HETP Nilai N lempeng berbanding terbalik terhadap efisiensi kolom HETP. Nilai HETP dihitung dengan rumus HETP: � = � � , dimana nilai lempeng teoritis untuk kolom C-18 dengan panjang 25 cm adalah 3000 plate. Semakin besar nilai N maka semakin kecil nilai HETP yang berarti bahwa kolom memberikan efisiensi semakin baik pula. Menurut WHO, nilai N hendaknya 2000 cit., Yin, 2011. 3 Bentuk puncak peak Dilakukan perhitungan terhadap nilai dengan rumus : A B A Tf 2   untuk nilai Tf tailing factor. Pada perhitungan Tf tailing factor dilakukan 5 dari tinggi puncak. Nilai Tf ≤ 1,2 dikatakan baik, karena tidak mengganggu atau berpengaruh terhadap pemisahan, sedangkan nilai Tf 1,0 maka puncak dikatakan fronting. Namun apabila Tf 2 dapat berpotensi mengganggu dan memberikan efek terhadap pemisahan secara rutin. Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012. Menurut WHO, nilai tailing factor yang masih memenuhi kriteria penerimaan adalah 2 cit., Yin, 2011. 4 Faktor kapasitas k’ dan selektifitas ∝ Faktor kapasitas mengukur berapa kali analit tertahan relatif terhadap komponen yang tidak tertahan. Menurut Snyder, Kirkland, and Glajch 2012 nilai k’ harus memenuhi 0,5 k’ 20. Perhitungan faktor kapasitas. ′ = � − Selektifitas ∝ atau faktor pemisahan adalah ukuran retensi diferensial dua analit. Selektivitas harus 1,0 untuk pemisahan puncak Ahuja and Dong, 2005. Perhitungan selektifitas. ∝= � − � −

2. Analisis Hasil Validasi

a. Selektifitas. Selektifitas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur analit yang diinginkan dalam matriks tanpa mengalami gangguan dari analit lain. Dalam penelitian dengan HPLC, selektifitas dilihat dari nilai resolusi yang dihasilkan Gandjar dan Rohman, 2010. Untuk memenuhi kriteria selektifitas , suatu metode dipersyaratkan memiliki resolusi ≥ 1,5 Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012. b. Linearitas. Linearitas merupakan kemampuan suatu metode pada rentang tertentu untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi jumlah analit di dalam sampel. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linearitas dan akurasi yang bisa diterima The United States Pharmacopeia, 2007. Berdasarkan Ahuja and Dong 2005, metode untuk analisis impurity dikatakan memiliki linearitas yang baik jika memiliki nila i koefisien korelasi r ≥ 0,98 c. Rentang. Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linearitas dan akurasi yang bisa diterima The United States Pharmacopeia, 2007 d. Akurasi. Akurasi adalah kedekatan hasil uji yang diperoleh dengan nilai yang sebenarnya The United States Pharmacopeia, 2007. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery, dapat dihitung dengan persamaan berikut. �� �ℎ � � = �� � � �� � � � � x 100 Tabel IV. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Gonzales and Herrador 2007 e. Presisi dan repeatability. Presisi merupakan derajat keterulangan hasil uji ketika metode dilakukan secara berulang pada sampel yang homogen dengan beberapa kali sampling. Repeatability adalah ukuran keterulangan yang dihasilkan dari prosedur analisis laboratorium dalam jangka waktu yang pendek, oleh analis dan peralatan yang sama The United States Pharmacopeia, 2007. Presisi dinyatakan dengan CV.

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kotrimoksazol Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

7 92 56

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok ``Merek X``.

0 3 131

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan.

0 0 141

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok Merek X

0 3 129

Skripsi Berjudul OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASPARTAM DALAM MINUMAN SERBUK BERAROMA SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

0 1 130

Persetujuan Pembimbing VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEMBAKAU

0 1 116

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KUERSETIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DALAM TEH HIJAU

0 2 146

Penetapan kadar teobromin dan kafein dalam ekstrak serbuk cokelat merk ``X`` menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 119

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan - USD Repository

0 0 139

Optimasi dan validasi metode penetapan kadar bisfenol A. dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 196