Penyiapan fase gerak asetonitril : air
persamaan y = bx + a dan nilai koefisien korelasi r yang akan digunakan untuk penentuan parameter validasi linearitas dan rentang.
b. Limit of Detection LOD. Detektor pada alat KCKT di atur pada panjang
gelombang maksimum. Larutan kerja bisfenol A 0,01; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8 µgmL yang telah disaring dengan millipore dan di-
degassing selama 15 menit, diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik
sebanyak 20 µL menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Dihitung LOD dari persamaan kurva regresi linier yang diperoleh.
c. Penentuan persen perolehan kembali recovery dan presisi adisi baku
bisfenol A dalam sampel air dan penentuan LOQ untuk sampel air. Baku 100 ppm sebanyak 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 mL ditambahkan air
sampel hingga volumnya menjadi 100 mL. Sampel diekstraksi pada sistem EFP dan dielusikan menggunakan metanol dengan jumlah sesuai
dengan hasil optimasi dan diadd sampai volum 10 mL. Baku dan sampel yang sudah terekstraksi diinjeksikan dalam sistem KCKT. Dilakukan
replikasi sebanyak tiga kali, kemudian dihitung perolehan kembali, presisi, dan LOQ Pamungkas, in process.
d. Penentuan persen perolehan kembali recovery dan presisi adisi baku
bisfenol A dalam sampel botol dan penentuan LOQ untuk sampel botol. Ditimbang kurang lebih 0,250 g botol plastik, yang telah dipotong kecil-
kecil dan dicuci, sebanyak enam kali, kemudian dimasukkan ke dalam enam gelas beker yang berbeda. Gelas beker pertama hanya diisi
potongan plastik, gelas beker kedua sampai keenam masing-masing
ditambahkan baku bisfenol A 1; 1,5; 2; 3; dan 5 µgmL. Sampel ini kemudian dilarutkan dalam 10 mL diklormetan, diaduk hingga larut, lalu
30 mL aseton ditambahkan perlahan. Larutan didiamkan selama 10 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dengan kertas saring untuk
diambil supernatannya, kemudian diklormetan dan aseton diuapkan dengan menggunakan gas nitrogen, lalu dilarutkan dengan metanol ke
dalam labu ukur 10 mL. Larutan ini kemudian disaring dengan millipore dan di-degassing selama 15 menit, lalu diinjeksikan pada sistem KCKT
fase terbalik sebanyak 20 µL menggunakan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Cara kerja ini dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, kemudian
dihitung perolehan kembali, presisi, dan LOQ Kristiyanto, in process.