96
Apabila
hitung
r
≥ , maka kuesioner sebagai alat pengukuran dikatakan
valid. Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Nilai r hitung diambil dari output SPSS Cronbach Alpha
pada kolom Correlated-Total Correlation. Sedangkan nilai r tabel diambil dengan menggunakan rumus df = n
– 2 Ghozali, 2006.
Dasar pengambilan keputusan untuk menguji validitas kuesioner adalah: a. Jika r hitung positif + dan r hitung r tabel, maka variabel tersebut
valid. b. Jika r hitung negatif - serta r hitung r tabel maka variabel tersebut
tidak valid. 2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Mengukur sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Pengukuran ini menggunakan rumus koefisien alpha
α dari Cronbach alpha, di mana secara umum yang dianggap reliabel apabila nilai alpha cronbach nya 0,6 Nunnaly
dalam Ghozali, 2006. Rumus ini ditulis seperti berikut:
2 2
11
1 1
t b
k k
r
tabel
r
97
Keterangan :
= reliabilitas instrumen k
= banyak butir pertanyaan
2 t
= varian total
2 b
= jumlah varian butir
Setelah koefisien item bernomor genap dan ganjil didapat maka dimasukkan dalam rumus Spearman Brown untuk mencari koefisien
reliabilitas. Dengan menggunakan rumus :
r r
xy
r
1 2
Keterangan :
xy
r
= koefisien nomor genap dan ganjil
r = koefisien korelasi product moment
Reliabilitas suatu item tercapai apabila r
hitung
r
tabel
, maka kuesioner sebagai alat pengukuran dikatakan memenuhi
syarat reliabilitas.
11
r
98
J. Teknik Analisis Data
1. Analisis Masalah 1 Pada permasalahan pertama untuk menentukan tinggi tingkat
kecerdasan emosional maupun kinerja yang dimiliki oleh karyawan, maka dibuat nilai rata - rata dari semua pertanyaan yang diberikan kepada semua
responden dari masing – masing variabel. Untuk menentukan tinggi rendah
masing – masing variabel akan digunakan skala sebagai berikut :
Tabel III.1 Tabel Judgement Permasalahan 1
Skor Keterangan
1,00 - 1,79 Sangat Rendah
1,80 – 2,59
Rendah 2,60
– 3,39 Netral
3,40 – 4,19
Tinggi 4,20
– 5,00 Sangat Tinggi
Cara melakukan analisis adalah dengan menghitung skor rata – rata
semua pertanyaan untuk masing – masing responden kemudian dijumlah
rata – rata seluruh pertanyaan. Setelah dijumlah akan didapatkan total
skor rata – rata keseluruhan pertanyaan kemudian dibagi dengan jumlah
99
responden yang akan menghasilkan skor tinggi atau rendahnya masing –
masing variabel. 2. Analisis Masalah 2
Dalam analisis ini digunakan regresi linier sedehana dengan langkah –
langkah : a. Uji Normalitas
Uji normalitas akan menguji data variabel bebas X dan data variabel terikat Y pada persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi
normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat
berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik sederhana
dapat dilakukan
dengan pengujian
statistik non-parametrik
Kolmogorov – Smirnov K-S. Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform, atau exponential. Dalam hal ini
untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari
0,05.
100
b. Uji Linearitas Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linearitas. Maksudnya
apakah garis regresi antara X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Dengan kata lain uji linearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kalau tidak linear maka analisis regresi tidak dapat
dilanjutkan Sugiyono, 2007. Uji ini biasanya digunakan sebagai
prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansi Linearity kurang dari 0,05. c. Simple Regression Analysis Analisis Regresi Sederhana
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis kedua yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi
linear sederhana terdiri dari dua variabel, satu variabel berupa variabel terikat atau variabel tergantung dengan simbol Y, sedangkan satu
variabel yang lainnya adalah variabel bebas dengan simbol X. Analisis dengan teknik ini didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kasual satu variabel independen dengan satu variabel dependen Sugiyono, 2007.
101
Model regresi sederhana :
Ŷ= a + bX Dimana:
Y = Variabel terikat Kinerja Karyawan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi X
X = Variabel bebas Kecerdasan Emosional
Nilai b koefisien regresi dan a konstanta dihitung dengan rumus :
n = jumlah sampel X = nilai variabel bebas
Y = nilai variabel terikat Untuk mengetahui signifikansi variabel kecerdasan emosional terhadap
kinerja karyawan, digunakan uji t test dengan rumus sebagai berikut:
t = nilai hitung
102
r = koefisien korelasi n = jumlah sampel
Dengan menggunakan analisis ini, pengambilan keputusan berdasar pada :
1 Nilai t
hitung
≥ t
tabel
pada α 0,05 atau t-hitung pada p-value ≤ 0,05, maka H
ditolak, dan H
a
diterima. 2 Nilai t
hitung
t
tabel
pada α 0,05 atau t-hitung pada p-value 0,05, maka H
diterima, dan H
a
ditolak.
103
BAB IV GAMBARAN UMUM
SALES OFFICE SO ASTRA MOTOR
A. Gambaran Umum Astra International
1. Sejarah
Berdirinya PT. Astra International Tbk
PT. Astra International Tbk adalah induk perusahaan grup Astra yang berdiri pada tanggal 20 Februari 1957 sebagai perusahaan perdagangan.
Didukung oleh tim manajemen profesional yang menjunjung tinggi asas transparansi dalam segala tindakannya, kini grup Astra telah tumbuh menjadi
salah satu kelompok usaha paling terkemuka di Indonesia bahkan telah membentuk kerja sama dengan sejumlah perusahaan kelas dunia.
Pendiri PT Astra International adalah William Soeryadjaya bernama asli Tjia Kian Liong. Bersama Drs Tjia Kian Tie, adiknya, dan Lim Peng
Hong, sahabatnya, William mendirikan PT Astra International Inc. Bisnis perusahaan barunya ini pada mulanya hanya bergerak dalam pemasaran
minuman ringan merek Prem Club, lalu ditambah dengan mengekspor hasil bumi. Dalam perkembangan berikutnya, lahan garapan usaha Astra meluas ke
104
sektor otomotif, peralatan berat, peralatan kantor, perkayuan, dan sebagainya. Astra tumbuh bak pohon rindang, seperti yang diharapkan William sendiri.
Keberhasilan Astra ketika itu, diakui William, tidak terlepas berkat ada kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru, yang memberi angin sejuk kepada
dunia usaha untuk berkembang. Salah satu contohnya tahun 1968-1969, Astra diperkenankan memasok 800 kendaraan truk merek Chevrolet. Kebetulan,
saat itu pemerintah sedang mengadakan program rehabilitasi besar-besaran. Karena banyaknya yang membutuhkan, kendaraan truk itu laris bak
„pisang goreng
‟. Apalagi, ketika itu terjadi kenaikan kurs dollar, dari Rp 141 menjadi Rp 378 per dollar AS. Bisa dibayangkan berapa keuntungan yang diraup
perusahaan. Sejak itu pula Astra kerap ditunjuk sebagai rekanan pemerintah dalam menyediakan berbagai sarana pembangunan.
Dalam perjalanan selanjutnya, Astra tak hanya sebatas memasok, tetapi juga mulai merakit sendiri truk Chevrolet. Lalu mengageni dan merakit
alat besar, Komatsu, mobil Toyota, dan Daihatsu, mesin fotokopi Xerox, dan sepeda motor Honda. Yang akhirnya lahan-lahan usaha baru ini menjadi
mesin uang bagi PT Astra International Inc. Masih ada satu bisnis Astra yang lain, yaitu agrobisnis. Astra yang
omzetnya pada tahun 1984 mencapai 1,5 miliar dollar AS masuk ke agrobisnis dengan membuka kawasan pertanian kelapa dan casava seluas
15.000 hektar di Lampung. Namun, bukannya tanpa alasan Astra masuk ke
105
sektor agrobisnis. William dalam ceramahnya di Universitas Katholik Parahyangan tahun 1984 mengatakan Agrobisnis yang mengusahakan
peningkatan produksi pada sektor pertanian itu merupakan gagasan pemerintah yang patut ditanggapi berbagai kalangan wirausahawan Indonesia.
Pada tahun itu juga Astra membeli Summa Handelsbank Ag, Deulsdorf, Jerman. Pengelolaan bank yang tak ada kaitannya dengan bisnis Astra ini
diserahkan kepada putra tertuanya, Edward Soeryadjaya, sarjana ekonomi lulusan Jerman Barat. Di bank ini William mengantongi 60 persen saham
yang dibagi rata dengan Edward. Hanya sayang sekali Edward kurang berhati- hati dalam menjalankan roda usaha perbankan itu. Edward terlalu royal dalam
mengumbar kredit. Akibatnya, tahun 1992 bank ini dilanda utang yang begitu besar dan untuk melunasinya, terpaksa William melepas kepemilikannya di
Astra. Walau begitu kepedulian dan harapan terbesarnya bagi Astra teteap terealisasi. Astra dapat terus berperan sebagai agen pertumbuhan ekonomi
nasional yang membuka lapangan kerja sangat luas sampai saat ini. Puncaknya tahun 1990, perseroan menjadi perusahaan publik yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia, dengan kapitalisasi pasar per 31 Desember 2011 sebesar Rp 229,58 triliun. Pada 31 Desember 2011 jumlah karyawan yang
tercatat di Perseroan dan anak perusahaannya adalah 112.003 orang, meningkat sebesar 20 dari tahun sebelumnya. Total jumlah karyawan,
termasuk perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities mencapai
106
168.703, meningkat 16 dari tahun sebelumnya. Jumlah tersebut tersebar di 158 perusahaan. Saat ini Astra bergerak dalam enam bidang usaha yaitu:
Otomotif; Jasa Keuangan; Alat Berat, Pertambangan dan Energi; Agribisnis; Teknologi Informasi; Infrastruktur dan Logistik.
B. Filosofi dan Visi
1. Filosofi Perusahaan Catur Dharma a. Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.
b. Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan. c. Menghargai Individu dan Membina Kerja Sama.
d. Senantiasa Berusaha Mencapai yang Terbaik. 2. Visi
a. Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan
dengan pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan
efisiensi.
b. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta
ramah lingkungan.
107
C. Struktur Bisnis Astra dan Corporate Identity
108
D. Sejarah Berdirinya PT Astra International Tbk
– Honda Kantor Wilayah Yogyakarta HSO
’s Honda Sales Operation’s Journey
Pada awalnya sepeda motor yang masuk ke Indonesia adalah dalam kondisi jadi Build Up atau utuh terpasang. Karena pasar di Indonesia dirasa
cukup potensial, maka Honda Motor Company disingkat HMC yang berkedudukan di Jepang mencari mitra ideal untuk ditunjuk sebagai agen
pemasaran. Akhirnya dicapai kesepakatan kerjasama antara PT Astra International Inc. disingkat PT AII dengan HMC yang ada di Jepang.
Kemudian pada tahun 1969 PT AII mendirikan Honda Division yang dijadikan sebagai distributor tunggal untuk sepeda motor merek Honda di