Kriteria untuk Mengukur Kinerja

29 6 Penampilan pribadi meliputi kesan pribadi yang dibuat seseorang terhadap orang lainnya kenecisan, kerapihan, keserasian, pakaian. 7 Kebugaran fisik meliputi kemampuan bekerja secara konsisten dengan hanya sedikit kelelahan. 8 Kehadiran meliputi keyakinan akan masuk kerja tiap hari sesuai dengan jam kerja. 9 Keandalan meliputi kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang disyaratkan dengan supervisi minimum. 10 Pengetahuan kerja meliputi informasi mengenai tugas pekerjaan yang harus diketahui oleh seseorang agar kinerjanya memuaskan. 11 Kuantitas kerja meliputi banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukan sesorang dalam satu hari kerja. 12 Stabilitas meliputi kemampuan untuk menahan tekanan berat dan tetap tenang dalam situasi kritis. 13 Kesopanan meliputi sikap santun terhadap orang lain.

C. Kecerdasan Emosional

1. Emosi

Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi. Menurut James dalam Safaria dan Saputra, 2009 emosi 30 adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh. Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak. Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan motion yang berarti getaran. Emosi kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah energi yang terus bergerak dan bergetar Chia dalam Safaria dan Saputra, 2009. Emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi positif atau biasa disebut dengan afek positif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Ketika kita merasakan emosi positif ini, kita pun akan merasakan keadaan psikologis yang positif Gohm dan Clore dalam Safaria dan Saputra, 2009. Kategori kedua adalah emosi negatif atau afek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan menyusahkan. Macam dari emosi negatif diantaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan 31 masih banyak lagi. Biasanya kita menghindari dan berusaha menghilangkan emosi negatif ini. Adakalanya kita mampu mengendalikannya, tetapi adakalanya kita gagal melakukannya. Ketika kita gagal mengendalikan atau menyeimbangkan emosi negatif ini maka ketika itu keadaan suasana hati kita menjadi buruk.

2. Definisi Kecerdasan Emosional

Apabila kekuatan yang mendorong kecerdasan dalam dunia usaha abad ke-20 adalah IQ, maka berdasarkan bukti-bukti yang makin banyak di penghujung abad ke-21, yang akan lebih berperan adalah EQ, dan bentuk- bentuk kecerdasan praktis serta kreatif yang terkait. Dalam beberapa tahun ini, istilah EQ telah diterima menjadi kependekan dari Emotional Intelligence, yang setara dengan IQ. Studi-studi terdahulu Cooper dan Sawaf,2002:xi juga menunjukkan bahwa seorang eksekutif atau professional yang secara teknik unggul dan memiliki EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik, kesenjangan yang perlu dijembatani atau diisi, melihat hubungan tersembunyi yang menjanjikan peluang, dan menempuh interaksi gelap, misterius, yang menurut pertimbangan paling bisa membuahkan emas secara lebih siap, lebih cekatan, dan lebih cepat dibandingkan orang lain. Kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi dari pekerjaan hati manusia. EQ bukanlah tentang trik-trik 32 penjualan atau cara menata sebuah ruangan. EQ bukanlah tentang memakai topeng kemunafikan atau penggunaan psikologi untuk mengendalikan, mengeksploitasi, atau memanipulasi seseorang. Kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan”, baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Kecerdasan emosionallah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita, dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita jalani. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa Latin, misalnya, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “jiwa yang menggerakkan kita.” Berlawanan dengan kebanyakan pemikiran konvensional kita, emosi bukanlah sesuatu yang bersifat positif atau negatif; tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi, autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat, dan dapat memberikan kita sumber kebijakan intuitif. Tentu saja tidak cukup hanya memiliki perasaan. Kecerdasan emosional menuntut kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan 33 kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Menurut Goleman 2009:45 kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, serta berempati dan berdoa. Sedangkan Menurut Dio Martin 2011:38, kecerdasan emosional dalam konteks pekerjaan adalah mengetahui apa yang Anda dan orang lain rasakan serta bagaimana caranya menggunakan informasi dan energi tersebut secara konstruktif. Orang lain yang dimaksudkan di sini bisa merupakan atasan, rekan-rekan, bawahan, atau pelangagan. Dilihat dari definisi-definisi kecerdasan emosional di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan emosional manusia yang antara lain terdiri dari motivasi, pengendalian diri, kepekaan emosi, dan lain sebagainya yang merupakan sumber kekuatan untuk pengembangan diri ke arah yang positif serta bijaksana dalam membangun hubungan dengan orang lain.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

a. Menurut Salovey dan Mayer

Salovey dan Mayer dalam Goleman, 2009:57 membagi kecerdasan emosional dalam lima wilayah utama, yaitu : 34 1 Mengenali emosi diri Self Awareness Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil. 2 Mengelola emosi Managing Emotion Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus- menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang