Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

17 anak belajar menggunakan obyek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris yaitu anak masih kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan obyek menggunakan satu ciri seperti mengumpulkan semua benda biru walaupun bentuknya berbeda-beda. Anak mulai mengembangkan keterampilan berbahasanya. Anak masih menggunakan penalaran intuitif. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif. Pada saat itu, anak akan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. c. Tahapan Operasional Konkret 6 tahun sampai 12 tahun Pada tahapan ini, anak sudah mempunyai ciri penggunaan logika yang memadai. Karakteristik pada tahapan ini adalah kemampuan anak untuk berpikir masih secara konkret. Proses-proses penting selama tahapan ini dipaparkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Operasional Konkret Piaget Aspek Penjelasan Pengurutan Kemampuan untuk mengurutkan obyek menurut ukuran, bentuk atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda 18 dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan. Descentering Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak lagi menganggap cangkir lebar yang pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir yang kecil tapi tinggi. Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda- benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 5+5 sama dengan 10, 10-5 akan sama dengan 5, jumlah sebelumnya. Konservasi Memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah benda-benda tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan obyek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, jika anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan diberi tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. 19 Penghilangan Sifat Egosentris Kemampuan anak untuk meilhat sesuatu dari sudut orang lain bahkan saat anak tersebut berpikir dengan cara lain yang salah, tetapi kemampuan penyesuaian diri anak akan tetap terkendali. d. Tahapan Operasional Formal 11 tahun saat pubertas dan seterusnya Pada tahapan ini sudah diperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logika dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, tetapi diantaranya ada abu-abu. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya, menandai masuknya anak ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial. Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah dasar berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun. Anak-anak usia sekolah dasar ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan akan-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya