Pengertian Karangan Deskripsi Karangan Deskripsi
28
Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi 19981999: 168, agar dapat mendeskripsikan sesuatu dengan baik kita perlu menguasai cara-
cara menulis wacana deskripsi. Adapun cara menulis wacana deskripsi yaitu mengamati objek yang akan ditulis dan menyeleksi dan menyusun rincian
suatu deskripsi. a.
Mengamati objek yang akan ditulis
Kegiatan mengamati ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita deskripsikan bentuk, ukuran, bahan,
warna, rasa, bau, dan sebagainya, adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain, dan bagaimanakah perbedaan antara objek yang akan kita
deskripsikan itu dengan objek lain?
b.
Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memilih data dan informasi yang memberikan kesan yang kuat, yang paling mengesankan, dan menyajikan
informasi tentang objek yang kita deskripsikan dengan kerangka deskripsi. Kerangka deskripsi dapat ditulisdalam bentuk kerangka deskripsi tempat,
waktu, atau urutan bagian-bagian sesuai dengan objek yang kita
deskripsikan.
Suparno dan Mohamad Yunus 2011: 4. 25 mengemukakan bahwa ada tiga alternatif pendekatan yang dapat dipilih dalam membuat karangan
deskripsi, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang. Pendekatan ekspositoris yaitu menggambarkan objek
seobjektif mungkin atau menggambarkan objek itu apa adanya. Pendekatan
29
impresionistik yaitu menggambarkan objek menurut kesan dan penafsiran pengarang. Pendekatan menurut sikap pengarang yaitu menggambarkan objek
dengan menunjukkan sikap pengarang tentang objek itu dalam karangan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi
memiliki ciri-ciri tertentu seperti menggambarkan sesuatu dengan penggambaran yang sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, sehingga
membuat pembaca merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Contoh karangan deskripsi: Dr. SRI MULYANI
Doktor, cantik, muda, cerdas, pikirannya jernih, emosinya stabil, kata- katanya runtut, suaranya mantap, intonasi kalimatnya memikat, dan
penampilannya penuh kharisma. Itulah Sri Mulyani, yang namanya benar- benar membintang kejora setelah Indonesia dilanda krisis moneter sejak Juli
tahun lalu. Ketika debat di SCTV bersama Prof. Emil Salim, Peter Gontha, Ekky Syachruddin, dan Frans Sedakemarin, praktis semua tenggelam oleh
kehadiran wanita ini. Diakah generasi teknokrat baru setelah generasi sebelumnya: Syahrir dkk. tahun 50-an, Dorojatun dkk. tahun 60-an, dan Ali
Wardana dkk. tahun 70-an? Matang, kritis, dan “lurus”. Begitulah wanita Jawa kelahiran
Tanjungkarang, Lampung, 26 Agustus 1962 itu membedah persoalan ekonomi kita. Ketika baru tiba, Doktor Ekonomi lulusan Universitas Illinois, AS 1992
ini sebagai mutiara tersaput lumpur. Nama dan wajahnya nyaris tak dikenal. Sri Mulyani juga lebih banyak larut dalam urusan belajar-mengajar. Apalagi, dia
juga peneliti senior di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FE UI.
Dikutip dari Jawa Pos, Jumat 27 Februari 1998 Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 19981999: 167-168