91
2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus pertama, guru dan peneliti menyusun Rencana Kegiatan Harian dan menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru dan peneliti menyusun skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, lembar observasi, dan panduan
wawancara. Pembelajaran yang akan dilaksanakan bertema pekerjaan dengan sub tema macam-macam pekerjaan nelayan. Pembelajaran akan
dilaksanakan pada Kamis 4 Februari 2016, Jumat 5 Februari 2016, dan Sabtu 6 Februari 2016.
b. Pelaksanaan
1 Pertemuan Pertama
Pembelajaran dilaksanakan pada Kamis, 4 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Karena hari hujan, maka anak-anak tidak berbaris di halaman
sekolah. Guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat
anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru melakukan apersepsi
dengan bertanya pada anak: “Apakah anak-anak mengetahui apa pekerjaan orangtua kalian?” Anak menyebutkan nama-nama pekerjaan yang mereka
ketahui. Selanjutnya guru mengajak anak untuk melakukan gerakan
92 motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik
kasar, anak berjalan maju pada garis lurus sambil memperagakan nelayan yang sedang mendayung perahunya.
Kegiatan inti dilaksanakan ± 60 menit. Pada kegiatan inti difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode
eksperimen. Percobaan awal, diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan
guru. Guru
menampilkan bentuk
ikan yang
dibelakangnya telah ditempeli peniti, staples, paku payung, kertas, kapas, dan kain. Guru menampilkan masalah yang berkaitan dengan magnet yang
akan dipelajari hari itu. Guru menyampaikan suatu masalah pada anak: “benda-benda apa sajakah yang akan ditarik oleh magnet?” Tahap
selanjutnya adalah pengamatan, anak mengamati guru yang melakukan percobaan dengan cara menempelkan magnet pada resleting tas salah satu
anak. Beberapa anak mengeluarka n celetukan “oh, nempel”. Selanjutnya
guru menempelkan magnet pada salah satu kerudung anak. Anak mengeluarkan celetukan kembali “ora nempel” yang artinya “tidak
menempel”. Selanjutnya anak memprediksi atau meramalkan, guru bertanya pada anak: “berdasarkan percobaan yang telah ibu lakukan tadi,
kira-kira anak dapat mengira-ngira tidak ya, kira-kira benda-benda apa saja yang akan ditarik oleh magnet?” Setelah guru menyampaikan
pertanyaan tersebut, ternyata jawaban anak beragam, ada yang menjawab “kertas, pensil, pewarna, jepit rambut, peniti, paku dan lain-lain.” Tahap
selanjutnya adalah melakukan percobaan, guru meminta anak untuk
93 membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah disampaikan anak
melalui kegiatan percobaan “memancing ikan dengan magnet.” Ketika anak melakukan kegiatan percobaan terlihat anak-anak sangat antusias.
Guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan observasi keterampilan proses sains anak dengan lembar observasi dan lembar
wawancara yang telah disusun sebelumnya. Setelah melakukan percobaan, anak memiliki rumusan hasil
percobaan yang berbeda- beda. Ada yang menyampaikan: “Bu, peniti,
staples, sama paku bisa ditarik magnet” ada pula anak yang menjawab: “Bu, kertas sama kapas endak ditarik magnet.” Pada saat anak
mengkomunikasikan berbagai macam hasil temuannya, guru melakukan verifikasi dan membuat kesimpulan bersama anak, kesimpulan akhir yang
disusun bersama anak adalah: “benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet adalah benda-benda yang terbuat dari besi. Misalnya: staples,
peniti, paku, resleting.” Langkah selanjutnya, guru bersama anak-anak melakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi digunakan guru untuk menguji
tingkat pemahaman anak tentang benda-benda yang dapat ditarik magnet. Guru dan peneliti menggunakan lembar kerja untuk mengetahui
pemahaman anak. Setelah anak memahami dan menemukan konsep bahwa magnet dapat menarik besi, maka guru membantu anak untuk
menghubungkan pengetahuan yang telah anak peroleh dengan contoh konkret dalam kehidupan. Guru menyampaikan pada anak bahwa di
sekitar kita banyak peralatan yang menggunakan magnet, misalnya:
94 kulkas. Lalu satu anak menyampaikan: “oh, Bu aku nek nutup kulkas
tinggal dilepas terus mak jegleg. ” Guru juga memperlihatkan kancing tas
yang dapat menempel dan bunyi “klik” karena ada magnet. Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Pada
kegiatan ini anak lebih memilih bermain di dalam kelas karena halaman sekolah basah terkena air hujan. Mereka bermain balok di dalam kelas.
Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak diajak untuk senantiasa memberi dan
meminta maaf apabila telah melakukan kesalahan. Guru bercerita di depan kelas menggunakan gambar seri. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai
kegiatan eksperimen “memancing ikan dengan magnet” apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak
bersama-sama menyebutkan benda-benda yang dapat ditarik magnet. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan
ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan pertama ini masih banyak anak yang mengalami
kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada guru. Hal ini disebabkan karena anak masih malu dengan adanya orang baru yang
masuk ke dalam kelas untuk mengobservasinya. Ada pula anak yang mengalami kesulitan dalam mengidentifkasi suatu pola, akibatnya mereka
kesulitan dalam melakukan prediksi atau meramalkan suatu peristiwa.
95 2
Pertemuan Kedua Pembelajaran dilaksanakan pada Jumat, 5 Februari 2016.
Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30
menit. Anak-anak berbaris di halaman sekolah untuk melakukan senam bersama. Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk
kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa
pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pa
da anak: “Dengan alat transportasi apakah nelayan pergi melaut?” Salah satu anak menjawab
“nganggo motor mabur bu memakai pesawat terbang, Bu”, anak yang lain menimpali jawaban temannya “pakai kapal, Bu.” Selanjutnya guru
mengajak anak untuk melakukan gerakan motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik kasar, anak berjalan berjinjit sambil
membawa ikan “hasil tangkapan setelah melaut”. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti selama ± 60 menit
menggunakan langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen. Karena kegiatan eksperimen berhubungan dengan air dan tidak memungkinkan
dilakukan pembelajaran di luar kelas karena hujan, maka kegiatan eksperimen dilakukan di lantai. Seperti pertemuan sebelumnya, langkah
pertama pembelajaran adalah percobaan awal yang dilakukan oleh guru dengan cara mendemonstrasikan langkah-langkah melakukan eksperimen
96 dan mengenalkan beberapa alat dan bahan kepada anak. Guru
menunjukkan beberapa materi atau bahan yang akan diuji oleh anak. Benda-benda yang akan
diuji anak pada percobaan “terapung atau tenggelam” antara lain: kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk
ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk seperti kapal nelayan. Guru mendemonstrasikan suatu peristiwa dimana paku dimasukkan ke
dalam air, selanjutnya guru memasukkan kapas ke dalam air. Anak mengamati perbedaan dua peristiwa yang didemonstrasikan guru. Guru
menampilkan masalah yang berkaitan dengan terapung dan tenggelam yang akan dipelajari hari itu. Masalah yang dihadirkan adalah: “apakah
yang akan terjadi ketika kalian memasukkan kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk
seperti kapal nelayan ke dalam air? Apakah terapung atau tenggelam?” Langkah selanjutnya adalah memprediksi atau membuat dugaan
sederhana. Ada anak yang membuat dugaan bahwa perahu kertas akan terapung. Ada yang menduga “Bu, ikannya nanti akan ngapung.”
Selanjutnya setiap anak diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan membuktikan prediksi yang telah mereka buat. Anak menerima gelas
plastik bening ukuran besar dan kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk seperti kapal
yang akan diuji. Ketika anak melakukan percobaan, guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan pengamatan keterampilan proses
sains anak dan melakukan wawancara menggunakan panduan wawancara
97 yang telah disusun sebelum pembelajaran. Di tengah-tengah percobaan
ada anak yang berteriak “Bu, kapalku mblesek tenggelam.” Guru meminta anak untuk mengamati kapal yang dimaksud lalu bertanya
“apakah semua badan kapal ada di dalam air dan masuk ke dasar gelas?” anak menjawab “endak, Bu.” Guru membantu anak dengan cara memberi
penjelasan bahwa apabila hanya sebagian tubuh kapal yang masuk ke dalam air tetapi bagian tubuh yang lain masih di atas permukaan air itu
artinya benda tersebut masih disebut terapung. Anak lalu mengiyakan sambil berkata “Oh, ini ngapung to, Bu.” Setelah anak selesai melakukan
percobaan, guru melakukan verifikasi terhadap hasil temuan anak dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah anak lakukan. Kesimpulan
penelitian berdasarkan masalah yang disajikan adalah: “kerikil, pecahan genting, dan koin akan tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air,
sedangkan plastik, sponati, dan kertas akan terapung ketika dimasukkan ke dalam air.”
Tahap evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman anak tentang konsep mengapung dan tenggelam dilaksanakan ketika anak melakukan
proses percobaan. Tahap aplikasi konsep, guru menyampaikan bahwa kapal nelayan yang mencari ikan itu dapat berjalan di atas air karena
terapung, tetapi ada juga kapal selam yang tenggelam di dalam air dan berjalannya di dalam air. Ketika anak-anak belajar berenang, anak harus
belajar mengapung supaya dapat berenang menyeberangi kolam renang.
98 Kegiatan berikutnya yaitu istirahat dan makan selama ± 30 menit.
Pada kegiatan ini anak bermain di dalam kelas karena cuaca di luar sedang hujan. Setelah beristirahat, anak-anak secara bergantian mencuci tangan,
masuk ke dalam kelas, dan berdoa sebelum makan. Anak-anak melakukan kegiatan makan bersama. Setelah kegiatan makan, guru melakukan
refleksi kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu dan meminta anak untuk menyebutkan contoh benda yang terapung dan tenggelam. Guru
menyampaikan pesan-pesan untuk belajar di rumah, kemudian berdoa, dan mengucapkan salam.
Pada hari kedua ini terdapat dua anak yang tidak mau bergabung dengan teman-teman yang duduk di bawah dan memilih duduk di meja.
Satu anak tidak berminat duduk di bawah karena dia mengira akan ada kegiatan yang berhubungan dengan senam dan tari. Anak yang satu tidak
mau duduk di bawah karena dia terlambat masuk kelas karena hujan dan merasa malu. Tetapi setelah melihat teman-temannya menguji terapung
dan tenggelam dua anak ini mau mengikuti rangkaian kegiatan percobaan meskipun terpisah dari teman-teman yang lain.
3 Pertemuan Ketiga
Pembelajaran dilaksanakan pada Sabtu, 6 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Anak-anak berbaris di halaman sekolah sebelum masuk kelas.
Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas,
99 memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan
semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru
melakukan apersepsi dengan bertanya: “Dimanakah para nelayan bekerja mencari ikan?”. Salah satu anak menjawab “Laut, Bu.” Anak yang lain
menjawab “Sungai, Bu.” Selanjutnya guru menyampaikan bahwa nelayan mencari ikan di laut. Selanjutnya guru mengajak anak untuk bermain
peran sebagai para nelayan yang sedang pergi melaut dan di tengah laut saling berpapasan dan harus mengucapkan salam satu sama lain. Anak
belajar mengucapkan dan membalas salam temannya. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti selama ± 60 menit
menggunakan langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen. Seperti pertemuan sebelumnya, langkah pertama pembelajaran adalah percobaan
awal dimulai dengan guru menunjukkan satu botol air laut yang bercampur pasir pantai dan mengenalkan beberapa alat dan bahan kepada anak. Guru
menunjukkan beberapa materi atau bahan yang akan diuji oleh anak. Benda-
benda yang akan diuji anak pada percobaan “larut atau tidak larut” antara lain: garam, gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar.
Guru memulai menampilkan masalah kepada anak dengan cara menunjukkan sebotol air laut dan pasir pantai sambil berkata “Air laut ini,
ibu ambil kemarin di Pantai Samas. Coba siapa yang tahu apa rasa dari air laut ini?” Hampir semua anak sudah mengetahui bahwa air laut rasanya
asin. Selanjutnya guru bertanya “Apa yang menyebabkan air laut ini
100 berasa asin?” Beberapa anak menjawab: “Garam asin, Bu.” Guru
melanjutnya pertany aannya “Apakah ada garam di laut sehingga membuat
air laut asin?” Selanjutnya guru melakukan demonstrasi dengan memasukkan garam ke dalam air lalu mengaduknya hingga garam tidak
terlihat. Namun, sebelum garam dimasukkan anak diminta mencicipi airnya terlebih dahulu. Anak mengamati perubahan yang terjadi sambil
diminta untuk mencicipi air setelah diberi garam. Beberapa anak dengan penuh antusias bertanya: “Bu, garamnya hilang kemana?” Guru menjawab
pertanyaan anak sambil menyampaikan masalah yang harus anak pecahkan yang berkaitan dengan larut dan tidak larut yang akan dipelajari
hari itu. Masalah yang dihadirkan adalah: “Nah, tugas kalian adalah mencari kemana ya perginya garam yang ibu masukkan ke dalam air tadi?
Apakah gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar juga akan “hilang” ketika dimasukkan ke dalam air dan kita mengaduknya?”
Langkah selanjutnya adalah membuat prediksi atau dugaan sederhana. Pada tahap ini banyak dugaan yang anak buat. Ada anak yang
menduga gula pasir akan hilang. Namun ada juga anak yang menduga pasir akan hilang. Selanjutnya anak-anak membuktikan dugaan mereka,
dimana setiap anak diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan membuktikan dugaan sederhana yang telah mereka buat. Anak menerima
gelas plastik bening ukuran besar, garam, gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar yang akan diuji. Ketika anak melakukan percobaan,
guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan pengamatan
101 keterampilan proses sains anak dan melakukan wawancara menggunakan
panduan wawancara yang telah disusun sebelum pembelajaran. Di tengah- tengah percobaan ada anak yang berteriak “Bu, pasirku enggak ilang-ilang
tidak hilang- hilang.” Guru meminta anak untuk mengamati gelasnya
sambil memintanya untuk terus mengaduk lalu bertanya “Apakah kamu masih melihat pasir di dalam gelas meskipun kamu sudah mengaduknya
dengan keras?” anak menjawab “iya, Bu.” Guru membantu anak dengan cara menjelaskan bahwa apabila benda yang kamu aduk masih terlihat, itu
artinya benda itu tidak dapat larut dalam air meskipun kamu sudah mengaduknya dengan sangat keras.
Setelah anak selesai melakukan percobaan, guru melakukan verifikasi terhadap hasil temuan anak dan menyimpulkan hasil penelitian.
Pada tahap ini suasana kelas ribut karena semua anak ingin menyampaikan hasil temuan mereka secara bersamaan. Guru mengkondisikan anak dan
mengkomunikasikan hasil temuan mereka berdasarkan masalah yang disajikan sebelumnya yaitu: “Garam yang dimasukkan ke dalam air tidak
”hilang” tetapi larut di dalam air. Buktinya air yang tadinya tawar berubah rasanya menjadi asin. Selain garam, gula pasir dan tepung terigu juga larut
di dalam air. Tahap evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman anak tentang konsep larut dan tidak larut dalam air dilaksanakan ketika anak
melakukan proses
percobaan. Tahap
selanjutnya adalah
guru menyampaikan bahwa air laut memiliki rasa asin karena terdapat
kandungan garam yang larut di dalam air laut. Pasir tidak larut di
102 dalam air, oleh sebab itu pasir tetap ada di laut. Ketika kita membuat teh
manis, gula larut di dalam air teh. Akibatnya air teh yang pahit berubah menjadi manis.
Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Pada kegiatan ini anak bermain di dalam kelas dan di halaman sekolah. Mereka
bermain balok di dalam kelas dan perosotan di luar kelas. Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan
akhir, anak diajak tanya jawab tentang macam-macam agama di Indonesia. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen “larut atau
tidak larut” apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan benda-benda
yang larut dalam air dan apa saja benda yang tidak larut dalam air. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika
sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan ketiga ini, anak-anak sudah mulai berani
menyampaikan pendapat dan mengkomunikasikan hasil temuannya kepada guru maupun peneliti. Hal ini karena anak-anak sudah mulai
mengenal peneliti dan observer yang merupakan orang baru di kelas mereka. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Pada tahap ini guru dan peneliti mengadakan observasi selama proses pembelajaran dilaksanakan pada siklus I menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan dan panduan wawancara yang telah disiapkan.
103 Hasil observasi yang dilakukan guru dan peneliti terlihat pada tabel 6.
di bawah ini: Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus I
No Kriteria
Jumlah Anak
Persentase 1
Baik Berkembang sangat baik
BSB 10
52,63 2
Cukup Berkembang
sesuai harapan BSH
6 31,58
3 Kurang baik
Mulai berkembang MB 3
15,79 4
Tidak baik Belum berkembang BB
Pada tabel 6. terlihat bahwa pada siklus I 10 anak 52,63 dalam kriteria baik atau berkembang sangat baik BSB, 6 anak 31,58 dalam
kriteria cukup atau berkembang sesuai harapan BSH, 3 anak 15,79 dalam kriteria kurang baik atau mulai berkembang MB, dan tidak ada lagi anak
dalam kriteria tidak baik atau belum berkembang BB. Untuk melihat adanya peningkatan pada keterampilan proses sains anak
sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I perlu dilakukan perbandingan data. Tabel 7. menyajikan perbandingan data tersebut:
Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Siklus I
No Kriteria
Pra-tindakan Siklus I
Jumlah Anak
Persentase Jumlah
Anak Persentase
1 Baik
Berkembang sangat
baik BSB
2 10,53
10 52,63
2 Cukup
Berkembang sesuai harapan
BSH 3
15,79 6
31,58 3
Kurang baik
Mulai berkembang
MB 2
10,53 3
15,79 4
Tidak baik Belum
berkembang BB
12 63,16
104 Pada tabel 7. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah anak
dalam kriteria baik atau berkembang sangat baik BSB. Sebelum tindakan terdapat 2 anak 10,53 dalam kriteria baik, setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode eksperimen, terjadi peningkatan menjadi 10 anak 52,63 dalam kriteria baik. Sebelum tindakan terdapat 12 anak 63,16 dalam
kriteria tidak baik atau belum berkembang BB, setelah dilakukan tindakan tidak ada lagi anak dalam kriteria tidak baik.
d. Refleksi
Pada siklus I terdapat beberapa kekurangan pada guru maupun anak. Kekurangan tersebut diantaranya:
1 Terdapat anak yang tidak memperhatikan ketika guru mendemonstrasikan
percobaan, akibatnya anak mengalami kesulitan ketika menyusun hipotesis;
2 Guru kurang memberikan penghargaan pada anak;
3 Pengelolaan kelas oleh guru belum maksimal terutama pada tahap
verifikasi yaitu ketika anak menyampaikan kesimpulan hasil percobaan yang mereka lakukan secara bersamaan sehingga kelas menjadi ribut dan
guru tidak dapat merespon setiap jawaban anak. 4
Beberapa anak belum percaya diri dalam melakukan rangkaian percobaan, mereka selalu menunggu guru maupun peneliti datang membantu;
5 Pada pertemuan ketiga terdapat satu anak yang kurang fokus dalam
mengikuti percobaan karena selama percobaan dia berjalan keliling
105 melihat percobaan temannya dan cenderung mengganggu konsentrasi anak
yang lain. 6
Pada siklus I terdapat tiga anak yang keterampilan proses sainsnya masih berada pada kriteria kurang baik Mulai Berkembang MB.
Sedangkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I ini adalah: 1
Anak menunjukkan rasa antusias dan semangat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran;
2 Anak mulai terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan metode eksperimen; 3
Keterampilan proses sains anak telah mengalami peningkatan. Dari beberapa kendala yang dihadapi tersebut, guru dan peneliti
berdiskusi mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan diterapkan pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi antara guru dan
peneliti dikemukakan beberapa solusi yang sebaiknya diterapkan pada siklus selanjutnya, yaitu:
1 Guru lebih banyak memberikan penguatan dan penghargaan kepada
anak; 2
Guru menghadirkan masalah dengan lebih menarik lagi agar ketika mendemonstrasikan di depan kelas, anak-anak merasa tertarik dan rasa
ingin tahunya muncul; 3
Guru meningkatkan pengelolaan kelas terutama ketika melakukan tahap verifikasi supaya anak dapat terkoordinasi dengan baik dan
106 tercipta kelas yang kondusif, sebaiknya guru menunjuk beberapa anak
untuk secara bergantian menyampaikan pendapat; 4
Guru senantiasa memotivasi anak agar anak percaya diri melakukan rangkaian percobaan dengan kemampuan mereka dengan cara
meyakinkan mereka bahwa mereka luar biasa dan hebat serta tidak lupa memberi penghargaan ketika mereka mampu melakukannya;
5 Untuk anak yang membutuhkan perhatian khusus, sebaiknya guru
memberi perhatian lebih atau bahkan memberi teguran atau hukuman ringan pada anak yang berkeliling dan mengganggu teman disaat
teman yang lain sedang fokus melakukan percobaan; 6
Untuk anak yang masih berada dalam kriteria kurang baik Mulai Berkembang MB, sebaiknya guru memberi tindakan lebih pada tiga
anak tersebut supaya pada siklus selanjutnya nanti keterampilan proses sains anak dapat meningkat dan berada dalam kriteria baik
Berkembang Sangat Baik BSB.
3. Siklus II