121 sudah dalam kriteria baik. Anak sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran menggunakan metode eksperimen sehingga keterampilan proses sainsnya dapat meningkat secara signifikan. Seluruh anak 100 pada siklus
II berada pada kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik BSB Dengan demikian berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini telah tercapai dan keterampilan proses sains anak berhasil ditingkatkan. Sehingga penelitian
ini dicukupkan sampai siklus II.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam 2 siklus dengan subyek penelitian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Sedyo Rukun Sirat melalui
metode eksperimen terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak. Peningkatan keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Pada siklus I keterampilan proses sains anak belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, karena terdapat beberapa kelemahan dan harus
diperbaiki. Kelemahan tersebut diantaranya anak yang berkeliling mengganggu temannya yang sedang belajar dan cenderung mengganggu teman yang lainnya.
Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Hal ini selaras dengan pendapat yang disampaikan oleh Slameto 2003: 72 yang menyatakan bahwa
relasi anak dengan anak mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Untuk mengatasi hal ini guru telah memberi penanganan dan perhatian khusus kepada
anak yang cenderung mengganggu temannya tersebut.
122 Selain kelemahan dari anak, terdapat pula kelemahan dari guru, diantaranya
guru tidak dapat mengkondisikan kelas secara optimal, terutama ketika anak diminta menyampaikan pendapatnya. Karena anak-anak begitu antusias akibatnya
mereka menyampaikan pendapat mereka secara bersamaan, akibatnya kelas menjadi berisik dan tidak kondusif karena guru tidak dapat merespon setiap
pendapat yang disampaikan anak. Padahal menurut Ali Nugraha 2005: 142 salah satu peran guru dalam pembelajaran sains adalah guru berperan sebagai fasilitator,
yaitu harus mampu menciptakan kelas yang kondusif. Guru masih kurang dalam memberikan motivasi dan penghargaan, sehingga
pada siklus II guru lebih banyak memberikan motivasi sewajarnya dan penghargaan kepada anak meskipun keberhasilan yang dilakukannya kecil.
Namun, dalam memberikan motivasi sebaiknya guru tidak berlebihan. Motivasi yang berlebihan cenderung memaksa dan akan merusak pembelajaran. Motivasi
sebaiknya diberikan secara wajar dan luwes Ali Nugraha, 2005: 143. Kelemahan-kelemahan pada siklus I ini menjadi pertimbangan tindakan pada
siklus II sehingga pembelajaran pada siklus II dapat mencapai indikator keberhasilan.
Selain kelemahan-kelemahan tersebut terdapat pula kelebihan-kelebihan yang berhasil dicapai pada siklus I. Salah satu diantaranya adalah anak sangat
antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini terbukti dengan rasa ingin tahu anak yang besar dengan mengajukan
beragai pertanyaan seputar percobaan. Rasa antusias anak melakukan metode eksperimen karena anak merasa senang bisa mengeksplorasi suatu bahan dan
123 mengamatinya. Hal ini sama seperti pendapat Syamsuddin 2011: 17 yang
menyatakan bahwa melalui metode eksperimen anak memperoleh pengalaman langsung karena mereka memiliki kesempatan untuk memberi perlakuan terhadap
sesuatu dan mengamati akibatnya. Anak merasa antusias karena mereka dapat membuktikan dugaan atau hipotesis mereka terhadap suatu kejadian. Hal ini
selaras dengan pendapat Winda Gunarti, dkk. 2010: 11.6 yang menyatakan bahwa metode eksperimen bertujuan membuktikan kebenaran sesuatu.
Menurut Jolanda Howe dalam artikel yang berjudul “Characteristics of Preschool Children” pendidik sebaiknya memberikan kesempatan setiap anak
untuk berpartisipasi dan mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak atau memberikan pengalaman baru pada anak. Melalui metode eksperimen guru telah
menciptakan pembelajaran sains yang memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi dan terlibat langsung pada kegiatan percobaan. Selain itu, melalui
metode eksperimen guru telah memberikan pengalaman baru kepada anak. Metode eksperimen mampu mengajak anak untuk membuktikan tentang
kebenaran sesuatu Winda Gunarti, dkk., 2010: 11.6. Melalui metode eksperimen, guru mengajak anak untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis
yang telah mereka buat tentang benda apa saja yang akan ditarik magnet, benda apa saja yang akan menyerap air, benda apa saja yang akan terapung, benda apa
yang memiliki rasa manis, dan warna apa yang akan terbentuk ketika mencampur warna merah dan biru. Setelah mereka menemukan jawabannya anak akan
cenderung lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
124 percobaannya sendiri, dibandingkan hanya menerima dari guru Syaiful Sagala,
2003: 220. Menurut Slamet Suyanto 2005: 37 salah satu fokus pengenalan sains bagi
anak usia dini adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan
mengkomunikasikan hasil pengamatan. Pada siklus II keterampilan proses sains anak mengalami peningkatan. Keterampilan proses mengobservasi, memprediksi,
mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan telah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II, 19 anak atau seluruh anak 100 berada dalam kriteria baik
atau Berkembang Sangat Baik BSB karena pada siklus II ini guru mulai fokus memberikan tindakan kepada beberapa anak yang keterampilan prosesnya belum
mengalami peningkatan pada siklus I. Guru memberi perhatian yang lebih pada anak-anak tertentu dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat
merangsang anak dan tentunya akan meningkatkan kualitas belajarnya. Di sini guru telah menjalankan perannya sebagai elaborator dalam pembelajaran sains
seperti yang disampaikan oleh Ali Nugraha 2005: 143. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa penggunaan metode
eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak pada Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun.
125
C. Keterbatasan Penelitian