Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK mengalami kemajuan yang sangat pesat saat ini. Begitu pula dengan perkembangan pada dunia pendidikan, yang menuntut perubahan sistem pendidikan nasional supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Anak dituntut untuk mampu berpikir kritis dan logis dalam menyikapi setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, supaya dapat menentukan sikap dan mengambil posisi yang tepat di tengah-tengah masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Keterampilan berpikir kritis dan logis hendaknya menjadi suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada anak. Kemampuan berpikir kritis dan logis merupakan sebuah proses berpikir yang diarahkan pada kemampuan untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini, bukan pada sembarang kesimpulan, tetapi sebuah kesimpulan yang terbaik. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan proses berpikir panjang dan berdasarkan serangkaian kerja yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Melatih keterampilan berpikir kritis dan logis dapat dilaksanakan terpadu ke dalam kegiatan pembelajaran. Biasanya keterampilan berpikir logis dapat dikembangkan secara langsung maupun tidak langsung pada pembelajaran sains. Pembelajaran sains diarahkan pada pembelajaran konstruktivistik, dimana anak diarahkan untuk membentuk pembelajaran yang penuh makna, sehingga anak 2 dapat mengkonstruk pengetahuan mereka. Pada pembelajaran sains, anak dituntut untuk lebih aktif. Sains tidak hanya terdiri dari kumpulan pengetahuan atau fakta yang harus dihafal. Lebih dari itu, sains terdiri dari kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala alam. Namun, fakta di lapangan membuktikan bahwa pembelajaran sains lebih terfokus pada penanaman konsep atau materi kepada anak dan tidak memperhatikan pengembangan proses dalam diri anak. Jika sains yang diajarkan pada saat ini hanya menekankan pada produk saja, maka pembelajaran sains tidak akan melahirkan anak didik yang memiliki sikap seperti sikap yang dimiliki oleh para ilmuan yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Hendaknya pembelajaran sains dapat mengembangkan seluruh aspek sains, yaitu berupa proses, produk dan sikap. Sains sebagai suatu proses terdiri dari keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh ilmuan untuk menghasilkan suatu produk sains. Keterampilan tersebut misalnya saja keterampilan melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, melakukan penafsiran, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, dan mengkomunikasikan hasil temuan. Dengan kata lain, pembelajaran proses sains dapat melatih anak untuk memiliki sikap dan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang ilmuwan, yaitu berpikir secara sistematis dan didasarkan atas beberapa fakta. Sains sebagai suatu produk berisi fakta-fakta hasil pengamatan dan kegiatan analitik yang berupa konsep, prinsip, hukum, dan teori. Dalam 3 melakukan proses sains agar menghasilkan produk yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap yang ilmiah. Sikap ilmiah yang diharapkan adalah sikap obyektif, pantang menyerah, teliti, terbuka, dan kritis. Pembelajaran sains tidak hanya diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Pembelajaran sains harus mulai dikenalkan sejak usia dini. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak dalam perkembangan yang sangat pesat baik kognisi, sosial, dan emosionalnya. Perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50, pada usia 0-8 tahun sudah mencapai 80, dan baru pada usia 0-18 tahun mencapai 100 Osborn, White, dan Bloom dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah, 2012: 9. Oleh sebab itu, pada fase perkembangan otak yang sangat pesat inilah waktu yang tepat untuk memberikan beberapa stimulus guna mendukung tumbuh kembang anak. Pengenalan sains bagi anak usia dini memiliki peranan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan anak yang mampu berpikir kritis, logis, dan kreatif. Kemampuan anak untuk berpikir logis, kritis dan kreatif harus dilatih sejak usia dini supaya dapat berkembang menjadi mental yang positif bagi anak di masa yang akan datang. Salah satu tujuan pengenalan sains untuk anak usia dini adalah agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses sains yang dilaksanakan dalam nuansa bermain agar dapat memunculkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Keterampilan proses sains melibatkan kegiatan pengamatan, 4 penyelidikan, dan percobaan untuk menemukan suatu fakta yang ada di lingkungan sekitar. Pengenalan sains bagi anak usia dini lebih menekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Proses sains melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaannya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Salah satu tujuan pengenalan sains bagi anak usia dini adalah untuk belajar bagaimana melakukan ilmu pengetahuan melalui penerapan proses sains dalam kegiatan penyelidikan atau eksplorasi Bruner, 1965; National Research Council NRC, 1996; Rutherford Ahlgren, 1990, dalam David Jerner Martin, 2005: 14. Melalui penerapan proses sains, anak usia dini diperkenalkan terhadap suatu peristiwa atau gejala alam yang akan merangsang anak untuk berpikir logis 5 dengan mencari sebab akibat. Proses sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan sistematis. Di samping itu, proses sains dapat pula melatih anak bersikap cermat, karena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan. Kemampuan berpikir logis berawal dari keterampilan proses sains anak ketika melakukan kegiatan pengenalan sains sederhana. Kemampuan berpikir logis mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang menuntut anak untuk berpikir secara ilmiah. Sama halnya dengan pendapat di atas, Slamet Suyanto 2005: 83 menyatakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains yang dikenal dengan metode ilmiah yang terdiri dari: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Melalui proses sains, anak dikenalkan dengan cara kerja para ilmuwan, yaitu cara kerja yang sistematis untuk memperoleh fakta, konsep dan teori. Melatih keterampilan proses sains pada anak usia dini harus disesuaikan dengan cara belajar anak, yaitu melalui aktivitas bermain berupa percobaan sederhana. Melalui keterampilan proses sains, anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pengalamannya. Keterampilan proses sains yang dilatihkan pada anak usia dini berbeda dengan keterampilan proses sains anak usia sekolah dasar. Menurut Ali Nugraha 2005: 125, keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan pada anak usia dini meliputi kemampuan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. 6 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK KKLKMD Sedyo Rukun, keterampilan proses sains yang dimiliki anak kelompok B masih rendah. Dari 19 anak yang ada dalam satu kelas, hanya 6 anak yang mampu menggolongkan atau mengelompokkan benda-benda yang dapat terapung dan dapat tenggelam di air. Selain itu hanya terdapat 1 anak yang mampu memprediksi suatu peristiwa: “jika pecahan genting saja tenggelam dalam air, apakah batu kerikil juga akan tenggelam dalam air?” Keterampilan proses sains yang rendah ditandai pula dengan rendahnya kemampuan anak mengamati dan mengidentifikasi suatu benda dan rendahnya kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Hal ini terbukti ketika anak diminta untuk mengamati kambing yang ada di sekitar kebun sekolah dan menceritakan apa saja ciri-ciri kambing yang telah dilihatnya tersebut, hanya 5 anak yang mampu mengidentifikasi ciri-ciri kambing tersebut dan menceritakannya. Rendahnya keterampilan proses sains yang dimiliki anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun disebabkan karena selama pengenalan sains, guru lebih menekankan pada produk akhir yang dihasilkan anak. Guru mengesampingkan proses bagaimana suatu produk akhir dapat dihasilkan oleh anak. Metode demonstrasi dan metode ceramah yang digunakan guru tidak memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga anak tidak mendapatkan kesempatan untuk mencoba dan mengkonstruk berbagai pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki anak. Akibatnya anak mudah bosan jika hanya sekadar mendengarkan guru yang ceramah di depan kelas. 7 Melihat kenyataan di atas, maka perlu diadakan suatu tindakan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen dapat memberikan pengalaman kepada anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya Siti Wahyuni dan Muhammad Munif Syamsuddin, 2011: 17. Metode eksperimen merupakan metode yang dapat mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, karena melalui metode ini anak dapat melakukan eksplorasi dan melibatkan diri dalam rangkaian kegiatan eksperimen. Melalui metode eksperimen anak dapat terjun langsung melakukan percobaan- percobaan dan dapat melatih anak untuk memperhatikan, mengamati dan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Mengingat pentingnya masalah ini untuk diatasi dan beberapa uraian mengenai metode eksperimen di atas, maka peneliti memilih menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun dengan pertimbangan bahwa metode ini dapat memfasilitasi setiap anak untuk benar-benar terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, metode eksperimen belum pernah dicoba untuk diterapkan dalam pengenalan sains di kelas oleh guru TK KKLKMD Sedyo Rukun. Oleh sebab itu penel iti memilih judul “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode 8 Eksperimen pada Anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul.”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK Upaya Meningkatkan Kemampuan Sains Melalui Metode Pembelajaran Eksperimen Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Sidomulyo Kaliori Rembang Tahun Ajaran 2011/

0 0 17

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B TK SALAFIYAH PLERET BANTUL.

1 18 108

STUDI KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS II KECAMATAN KRETEK, BANTUL.

0 0 127

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA KELOMPOK B1 DI TK ASSA’ADAH BALEDONO PURWOREJO.

2 7 144

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATANMEWARNAI DI KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

4 11 140

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN RABA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 37 137

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 0 121

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUIMEDIA VCD FILM KARTUN PADA ANAK KELOMPOK A TK KKLKMD SEDYO RUKUN SIRAT SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 2 170

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA ANIMASI PADA ANAK KELOMPOK B1 TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 5 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 9 187