Definisi Intensi Teori-Teori Intensi 1 Determinan Intensi

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Intensi Berwirausaha

2.1.1. Definisi Intensi

Berikut definisi intensi menurut Fishbein dan Ajzen 1975 : “we have defined intention as a person’s location on a subjective probability dimention involving a relation between himself and some action. A behavioral intention, therefore, refers to a person’s subjective probability that the will perform some behavior.” Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Artinya, mengukur intensi adalah mengukur kemungkinan seseorang dalam melakukan perilaku tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu.

2.1.2. Komponen Intensi

Fishbein Ajzen 1975 mengemukakan bahwa terdapat empat elemen penting dalam pembentukan intensi:

1. Tingkah laku.

Pada tingkat yang paling spesifik, seseorang akan menampilkan perilaku tertentu tergantung objeknya dalam situasi dan waktu tertentu. Untuk mengukur sikap terhadap niat intensi menurut Fishbein dan Ajzen sama dengan mengukur perilaku itu sendiri. Karena menurut mereka, hubungan antara niat dan perilaku adalah yang paling dekat. Setiap perilaku yang bebas, yang ditentukan oleh kemauan sendiri selalu didahului oleh niat. Dan sebaliknya, perilaku itu jika berulang dalam context yang sama pada waktu yang berbeda-beda akan menunjukkan sikap terhadap target. Kemudian intensi dapat diarahkan pada objek tertentu, sekumpulan objek atau objek apapun.

2. Situasi dimana tingkah laku ditampilkan

Sama halnya dengan situasi, seseorang mungkin saja berintensi untuk menampilkan suatu perilaku pada situasi atau lokasi tertentu, kumpulan lokasi atau lokasi apapun.

3. Waktu saat tingkah laku ditampilkan

Intensi juga bisa muncul pada waktu tertentu, periode waktu khusus atau periode waktu tanpa batas waktu di masa akan datang. Masing-masing elemen tersebut memiliki variasi pada tingkat kespesifikan dimensinya. Sehingga untuk dapat meramalkan perilaku secara akurat, maka intensi berwirausaha dapat diuraikan melalui empat komponen intensi dimana intensi berwirausaha merupakan perilaku yang spesifik, dan berwirausaha adalah target objek dilakukannya perilaku. Sedangkan situasi dan waktu adalah saat dilakukannya perilaku. 2.1.3. Teori-Teori Intensi 2.1.3.1 Determinan Intensi Berdasarkan Theory of Planned Behavior, intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu satu bersifat personal yaitu sikap, yang kedua merefleksikan pengaruh sosial yang biasa disebut norma subjektif dan ketiga berhubungan dengan isu kontrol yang disebut perceived behavioral control Ajzen, 2005. Berikut adalah bagan yang menggambarkan tentang hubungan variable-variabel dalam Theory Planned Behavior Ajzen, 2005. Gambar2.1 Skema hubungan variable dalam theory of planned behavior Berdasarkan gambar 2.1, ada dua karakteristik utama dari theory of planned behavior. Pertama, teori ini berasumsi bahwa perceived behavioral control mempunyai implikasi motivasional terhadap intensi. Individu yang percaya bahwa ia tidak mempunyai sumber atau kesempatan untuk menampilkan tingkah laku, maka kemungkinan ia tidak akan membentuk intensi berperilaku yang kuat meskipun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap perilaku dan eprcaya bahwa significant others mendukung mereka untuk menampilkan perilaku. Karakteristik kedua adalah adanya kemungkinan hubungan yang langsung antara perceived Attitude Toward the Behavior Subjective Norm Perceived Behavioral Control Intention Behavior behavioral control dengan perilaku. Dalam beberapa hal, menampilkan tingkah laku tidak hanya tergantung pada motivasi untuk melakukan, tetapi juga tergantung pada adanya kontrol yang cukup terhadap perilaku. Dari kedua karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa perceived behavioral control dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung, yaitu melalui intensi dan juga dapat digunakan untuk memprediksi perilaku secara langsung, melalui ada tidaknya kontrol individu terhadap perilaku Ajzen, 2005. Meskipun begitu, intensi berperilaku dapat berubah dari waktu ke waktu, semakin panjang interval waktu semakin besar pula kemungkinan bahwa suatu kejadian atau peristiwa tertentu akan menghasilkan perubahan pada intensi Ajzen, 1991.

2.1.3.2 Pengukuran Intensi

Berdasarkan Theory of Planned Behavior tersebuut, intensi berperilaku ditentukan oleh sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control yang dimiliki individu terhadap suatu perilaku Fishbein dan Ajzen, 1975. Dari sini intensi berperilaku tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : B~I = A B W 1 + SN W 2 + PBC W 3 B = behavior I = Intention A B = Sikap attitude terhadap perilaku SN = subjective norm PBC = perceived behavioral control W 1, W 2 W 3 = weightbobotskor Fishbein dan Ajzen 1975 mengatakan bahwa seberapa kuat intensi seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan penilaian subjektif seseorang subjectivity probability apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka berniat atau mempunyai intensi untuk melakukannya. Oleh karena itu, intensi diukur dengan meminta seseorang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah kontinum dimensi yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara individu dengan perilaku Ajzen, 1975. Berdasarkan hal tersebut, maka intensi dalam penelitian ini akan diukur dengan cara yang sama yaitu dengan memberikan pertanyaan apakah subjek ingin atau tidak ingin berwirausaha. Alat ukur intensi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam item yang menanyakan apakah subyek berintensi atau tidak berintensi untuk berwirausaha.

2.1.3.3 Theory of Planned Behavior

Pada awalnya, penelitian-penelitian sebelumnya mengukur intensi berperilaku dengan mengukur sikap seseorang terhadap suatu perilaku. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu dapat meramalkan munculnya tingkah laku yang sesuai dengan sikap tersebut. Adanya ketidaksesuaian dan ketidakkonsistenan antara sikap dan tingkah laku ini mendorong Fishbein dan Ajzen mengembangkan teori yang disebut Theory of Reasoned Action. Berdasarkan Theory of Reasoned Action, suatu tingkah laku ditentukan oleh intensi berperilaku, dan intensi berperilaku ini dipengaruhi oleh dua faktor, yang satu bersifat personal yaitu sikap dan yang lain merefleksikan pengaruh sosial yang biasa disebut norma subjektif Ajzen, 1991. Akan tetapi, penelitian-penelitian selanjutnya menemukan bahwa intensi untuk berperilaku tidak dengan sendirinya akan langsung menjadi tingkah laku. Hal tersebut disebabkan karena selain sikap dan norma subyektif, intensi masih tergantung oleh faktor lain yaitu kendala-kendala yang dipersepsikan oleh individu dapat menghambat perilakunya serta adanya keyakinan apakah kita mempunyai sumber atau kemampuan yang diperlukan untuk menampilkan intensi tingkah laku. Dari sinilah kemudian disimpulkan bahwa Theory of Reasoned Action ini hanya akurat untuk mengukur intensi pada perilaku-perilaku yang sepenuhnya dibawah kontrol individu. Oleh karena itu, ditambahkan satu faktor yaitu faktor perceived behavior control, sehingga model teori ini kemudian dikenal sebagai Theory of Planned Behavior Ajzen, 1991. Menurut Theory of Planned Behavior ini, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensinya hanya jika ia mempunyai kontrol penuh terhadap perilaku. Teori ini yidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu. Suatu tingkah laku tidak hanya tergantung pada intensi seseorang, tetapi juga pada faktor lain yang tidak di bawah kontrol individu, seperti ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut Ajzen, 2005. Dari sinilah kemudian Ajzen 2005 memperluas teorinya dengan menekankan peranan dari kemauan volution yang kemudian disebut sebagai perceived behavioral control. Berdasarkan theory of planned behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan, yang satu bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan isu kontrol Ajzen, 2005. Berikut akan dibahas lebih rinci mengenai variable-variabel utama dari Theory of Planned Behavior selain dari intensi, yaitu; sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control.

2.1.3.4 Background Factors

Sebagaimana dijelaskan dalam theory of planned behavior,determinan utama dari intensi dan perilaku dapat dijelaskan dengan belief behavioral, belief normative, dan belief control. Variable-variabel lain yang mungkin berhubungan atau mempengaruhi belief iindividu antara lain usia, gender etnis, status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, kepribadian, mood, emosi, sikap, dan nilai yang bersifat umum, intelegensi, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial. Berikut adalah skema tentang background factors Ajzen, 2005 : Gambar 2.1 Tabel background Factors dalam Theory of Planned Behavior Ajzen, 2005 Background Factors 1. Personal - General attitudes - Personality Traits - Values - Emotions - Intelligence 2. Social - Age, Gender - Race, ethnicity - Education - Income - Religion 3. Information - Experience - Knowledge Behavioral Beliefs Attitude toward the Behavior Normative Believe Subjective Norms Perceived Behavioral Control Intention Behavior Control Beliefs Selanjutnya, berdasarkan teori intensi yang dikemukakan oleh Fizbein dan Ajzen diatas, dibawah ini akan dipaparkan mengenai definisi serta beberapa teori intensi berwirausaha yang salah satunya merupakan aplikasi dari teori intensi Fisbein dan Ajzen yang akan diuraikan lebih rinci dibawah ini:

2.1.4. Definisi Berwirausaha Entrepreneurship