masa akhir kanak-akanak muncul dan mencapai tahap krisis dalam masa remaja, Menurut Erikson, “identitas diri” berarti perasaan dapat berfungsi sebagai seorang
yang tersendiri tetapi yang berhubungan erat dengan orang lain. Untuk memperoleh identitas diri, anak harus mempunyai keyakinan bahwa ia harus dapat bertindak
mandiri. Sebelum anak memiliki keyakinan ini, ia masih merasa kurang aman. Untuk mengatasi masalah ini, anak mencoba melepaskan diri dari kedekatan orang tua dan
mendekatkan diri dengan teman-teman, yang akhirnya keinginan untuk menyendiri muncul pada masa remaja.
2.3.6 Sikap 2.3.6.1 Pengertian Sikap
Berdasarkan Theory of Planned Behavior, sikap terhadap perilaku ditentukan oleh adanya belief tentang konsekuensi perilaku, yang disebut behavioral belief.
Setiap behavioral belief ini menghubungkan perilaku dengan hasil atau konsekuensi tertentu dari perilaku. Seseorang yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu
akan mengarahkan pada hasil yang positif, akan mempunyai sikap yang favourable terhadap ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bhawa
menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavourable Ajzen, 1991. Hal tersebut dapat dirumuskan
sebagai ebrikut Ajzen, 2005 :
A
B
∞
∑
b
i
e
i
A
B
= sikap terhadap perilaku B b
i
= belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i e
i
= evaluasi terhadap hasil i
2.3.6.2 Peran Beliefs
Dalam berbagai penjelasan dasar menyebutkan bahwa perilaku adalah fungsi dari informasi penting, atau beliefs keyakinan yang relevan terhadap perilaku.
Secara umum, belief mengacu pada kemungkinan penilaian subjektif yang dimiliki seseorang tentang beberapa aspek yang berbeda-beda dalam dunianya termasuk juga
pemahaman tentang diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan secara khusus, belief didefinisikan sebagai kemungkinan subjektif tentang hubungan antara objek belief
dengan beberapa objek lain, nilai, konsep atau atribut. Definisi ini mengimplikasikan bahwa pembentukan belief meliputi pembentukan suatu hubungan antara dua aspek
dalam dunia seseorang. Salah satu sumber informasi yang jelas tentang hubungan tersebut adalah
observasi langsung yang terjadi saat seseorang mempersepsikan melalui inderanya, bahwa suatu objek memiliki atribut tertentu. Hal ini disebut dengan descriptive
beliefs. Dalam kerangka konseptual disebutkan bahwa saat seseorang membentuk
keyakinan tentang suatu objek, maka secara otomatis dan simultan seseorang tersebut akan membentuk sikap terhadap objek tersebut. Setiap keyakinan menghubungkan
objek dengan beberapa atribut ; sikap seseorang terhadap objek merupakan fungsi dari evaluasinya terhadap atribut tersebut. Beliefs tersebut menunjukkan tentang
informasi yang dimiliki seseorang tentang sebuah objek. Secara spesifik, suatu belief menghubungkan objek terhadap beberapa atribut. Objek belief dapat berupa
seseorang, individu, sekelompok orang, lembaga, tingkah laku, kebijaksanaan, peristiwa, dan lain-lain. Atribut bisa berupa objek, trait, properti, kualitas,
karakteristik, hasil atau kejadian. Selain itu, belief juga dapat terbentuk melalui proses penyimpulan, yaitu
belief yang melampaui hubungan-hubungan yang dapat diobservasi secara langsung. Ini disebut dengan inferential beliefs. Jenis belief berikutnya dapat terbentuk dengan
menerima informasi tentang objek dari sumber luar. Sumber luar disini termasuk koran, buku-buku, majalah, radio dan televisi, dosen, teman, relasi, rekan kerja, dan
lain-lain. Jenis belief ini disebut juga informational beliefs Fishbein dan Ajzen, 1975.
2.3.7 Norma Subyektif