objek dengan beberapa atribut ; sikap seseorang terhadap objek merupakan fungsi dari evaluasinya terhadap atribut tersebut. Beliefs tersebut menunjukkan tentang
informasi yang dimiliki seseorang tentang sebuah objek. Secara spesifik, suatu belief menghubungkan objek terhadap beberapa atribut. Objek belief dapat berupa
seseorang, individu, sekelompok orang, lembaga, tingkah laku, kebijaksanaan, peristiwa, dan lain-lain. Atribut bisa berupa objek, trait, properti, kualitas,
karakteristik, hasil atau kejadian. Selain itu, belief juga dapat terbentuk melalui proses penyimpulan, yaitu
belief yang melampaui hubungan-hubungan yang dapat diobservasi secara langsung. Ini disebut dengan inferential beliefs. Jenis belief berikutnya dapat terbentuk dengan
menerima informasi tentang objek dari sumber luar. Sumber luar disini termasuk koran, buku-buku, majalah, radio dan televisi, dosen, teman, relasi, rekan kerja, dan
lain-lain. Jenis belief ini disebut juga informational beliefs Fishbein dan Ajzen, 1975.
2.3.7 Norma Subyektif
2.3.7.1 Pengertian Norma Subjektif
Fishbein Ajzen 1975 mengemukakan bahwa norma subjektif adalah : “the subjective norm is the person’s perception that most people who are
important to him think he should or should not perform the behavior in question.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa norma subyektif adalah persepsi individu mengenai harapan orang-orang yang penting bagi dirinya significant others
baik perorangan ataupun kelompok untuk menampilkan perilaku tertentu atau tidak. Norma subjektif merupakan dasar determinan yang kedua dalam intensi
berperilaku menurut Theory of Planned Behavior TPB bahwa norma subjektif juga diasumsikan sebagai fungsi dari beliefs keyakinan- keyakinan yang berbeda
jenisnya dengan beliefs dalam sikap karena beliefs disini merupakan representasi persepsi individu terhadap significant others baik perorangan maupun kelompok yang
kemudian mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak menampilkan perilaku.
Keyakinan yang mendasari norma subjektif ini disebut dengan istilah normative beliefs Ajzen, 2005.
2.3.7.2. Determinan Norma Subjektif
Menurut Fishbein dan Ajzen 1975, norma subjektif secara umum ditentukan oleh dua determinan berikut:
1. persepsi atau keyakinan mengenai harapan individu atau kelompok tertentu
terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau tidak. normative beliefs
2. motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut motivation to comply.
Normative beliefs dapat dibentuk sebagai hasil dari sebuah proses penyimpulan yakni jika seseorang yakin bahwa orang-orang yang penting bagi
dirinya akan merasa senang jika dia menampilkan perilaku tertentu maka seseorang
itu akan menyimpulkan bahwa kelompok yang menjadi acuannya berkeinginan agar dirinya menampilkan perilaku tersebut.
Konsep mengenai determinan motivasi individu untuk memenuhi harapan orang-orang yang penting baginya untuk menampilkan atau tidak menampilkan
perilaku tertentu bisa diartikan secara berbeda-beda. Dari dua pendekatan baik teoritis maupun empiris menunjukkan bahwa motivasi untuk memenuhi harapan paling tepat
diartikan sebagai kecenderungan untuk menerima arahan dari rujukan tertentu dari seseorang ataupun kelompok Fishbein Ajzen, 1975.
Pengukuran norma subjektif biasanya dapat diketahui secara langsung dengan meminta respondent untuk memberikan penilaian seberapa besar kemungkinan
orang-orang yang penting bagi dirinya akan menyetujui atau tidak menyetujui mereka untuk menampilkan perilaku tertentu Ajzen, 2005. Sedangkan pengukuran
terhadap norma subjektif Fishbein Ajzen, 1975 dapat dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian normative beliefs dengan motivasi individu untuk
mematuhi normative beliefs motivation to comply. Norma subjektif tersebut dapat dirumuskan sebagai sebrikut Ajzen, 2005 :
SN ∞
∑
n
i
m
i
SN = Subjective norm n
i
= belief normative belief seseorang behawa seseorang atau kelompok yang
menjadi referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak menampilkan perilaku
m
1
= motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi referensi.
2.3.8. Perceived Behavioral Control PBC Sebagaimana sikap dan norma subjektif, Perceived Behavioral control juga
merupakan sebuah fungsi belief, yang biasa disebut control belief yang mengacu pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk
menunjukkan perilaku. Control belief merupakan belief tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang mempermudah atau menghambat dalam menampilkan perilaku.
Belief tentang kemudahan dan kesulitan dalam menampilkan tingkah laku tersebut tidak hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu individu dengan eprilaku, tetapi
juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung dari pihak kedua mengenai perilaku, hasil observasi terhadap pengalaman tingkah laku teman, serta faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap kesulitan untuk menampilkan tingkah laku. Semakin besar sumber atau kesempatan yang dimiliki
seseorang untuk menampilkan tingkah laku serta semakin sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka makin besar pula persepsi seseorang terhadap
kontrol untuk menampilkan perilaku Ajzen, 2005.
Perceived Behavioral control ini dapat diukur secara langsung dengan memperikan pertanyaan pada individu apakah ia mampu menampilkan suatu tingkah
laku yang diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia dapat melakukannya dengan sepenuhnya di bawah kontrol diri sendiri Ajzen, 2005.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control belief mengacu pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan
perilaku. Berdasarkan hal itu, perceived behavioral control dapat dirumuskan sebagai ebrikut Ajzen, 2005 :
PBC ∞
∑
c
i
p
i
PBC = Perceived Behavioral control
c
i
= control belief bahwa faktor i akan ada p
i
= kekuatan faktor I untuk mempermudah atau menghambat dalam menampilkan perilaku.
2.4. Karakteristik Entrepreneur
Berikut dibawah ini merupakan karakteristik entrepreneur menurut beberapa tokoh, adalah sebagai berikut Sim, 2006 :
1 McClelland Karakteristik entrepreneur adalah berani mengambil resiko dan memiliki kebutuhan
akan prestasi. 2 Hornaday dan Aboud
Karakteristik entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kebutuhan akan prstasi, kebutuhan akan kemandirian, agresif, kebutuhan akan kekuasaan, rekognisi dan
inovatifindependent. 3 Welsh dan White
Karakteristik wirausaha terdiri dari seseorang dengan kebutuhan akan kontrol, kemampuan respon yang tinggi, percaya diri, berani terhadap tantangan, berani
mengambil resiko.