Model Intensi Berwirausaha Jukka Vesalainen 2003

Skema Model Intensi Berwirausaha Menurut Keith M Hmeleski dan Andrew C Corbett 2006 Kepribadian : Dimensi kepribadian “Big Five” - Extraversion - Conscientiousness - Agreeableness - Emotional Stability - Openness to Experience Motivasional : 1. Locus of Control LOC 2. Berani menghadapi resiko Risk-Taking Propensity 3. Self-efficacy 4. Kebutuhan akan kemandirian need for autonomy Cognitive Syle : 1. inovasi 2. insting Intensi Berwirausaha Model Sosial

2.2.19. Model Intensi Berwirausaha Jukka Vesalainen 2003

Menurut Jukka Vesalainen 2003 pendekatan melalui trait didapatkan bahwa adanya hubungan antara kepribadian dengan wirausaha. Hubungan inipun menggambarkan bahwa trait dapat menjelaskan kekuatan dari aktivitas berwirausaha. Meskipun begitu terdapat beberapa fakta yang menyatakan bahwa untuk menggambarkan keunikan stereotype wirausaha jika hanya dilihat dari trait, sehingga yang diperlukan adalah mengetahui karakteristik dan hubungan antara trait dan perilaku berwirausahanya. Selanjutnya Chell Jukka Vesalainen, 2003 menegaskan bahwa trait sendiri terbatas dalam menjelaskan tentang kekuatan dari intensi berwirausaha. Sebagai solusinya, diperlukan adanya interaksi dari beberapa pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan perilaku wirausaha sebagai fungsi dari diri dan kondisi lingkungan. Potensi dari wirausaha pada seseorang, dapat dipahami melalui definisi wirausaha sebagai interaksi anatar identitas, sikap, trait dan intensi. Menurut Bird Jukka Vesalainen, 2003 intensi sebagai dasar pikiran yang membentuk perhatian seseorang baik melalui pengalaman dan tindakan kepada suatu tujuan spesifik goal atau penentu prestasi. Intensi dapat diartikan sebagai dasar dari psikologi kognitif yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Hal tersebut menunjukan bahwa niat perilaku merupakan hasil dari sikap dan faktor-faktor perilaku. Dalam teori Fishbein Jukka Vesalainen, 2003, intensi dapat diilustrasikan seperti berikut ini : Keyakinan Sikap Intensi Perilaku Intensi berwirausaha memiliki tujuan untuk menciptakan usaha baru dan menciptakan nilai baru dalam usaha. Intensi termasuk kepada rasonal cara berpikir analitis. Faktor motivasional seperti kebutuhan akan prestasi Mc Clelland dalam Jukka Vesalainen, 2003 dan kebutuhan akan kontrol Brock Haus dalam Jukka Vesalainen, 2003 mempengaruhi intensi berwirausaha pada individu. Kemudian Boyd Jukka Vesalainen, 2003 memperkenalkan self-efficacy sebagai penghambat seseorang dalam memunculkan intensi. Selanjutnya, Jukka Vesalainen 2003 menyatakan bahwa intensi berwirausaha dipengaruhi oleh kebutuhan akan prestasi need for achievement. Hanya saja Jukka Vesalainen menegaskan bahwa kebutuhan tersebut sebenarnya bisa saja berubah menjadi kebutuhan lain karena expektasi individu terhadap kondisi tertentu. Dorongan need berwirausaha tidak dapat sepenuhnya ditentukan tanpa adanya motivasi. Sehingga dalam penelitian yang dilakukan oleh Vesalainen, ia menggunakan faktor motivasi berwirausaha sebagai independen variabel yang mempengaruhi intensi berwirausaha dengan hasil signifikan, bukan pada kebutuhan akan prestasi. Motivasi berwirausaha tersebut menurut MCClelland terdiri dari gabungan antara kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuatan dan kebutuhan akan afiliasi. Sedangkan untuk penelitian ini, peneliti tidak melakukan penelitian untuk kedua kebutuhan tersebut. Menurut Jukka Vesalainen 2003 sampel yang sesuai dalam penelitian intensi berwirausaha adalah sampel yang berasal dari populasi dengan karakteristik latarbelakang pengalaman bekerja. Seperti halnya penelitian yang dilakukan Errko Autio dkk 1997, dimana 20 dari mahasiswa Universitas di Swedia telah bekerja paruh waktu dan full time, mahasiswa perwakilan Asia yaitu mahasiswa universitas di Thailand 30 yang memiliki pengalaman bekerja, 56 dari responden yang berasal dari Finland mengaku telah bekerja paruh waktu dan full time, dan mahasiswa dari Finland tercatat 82 diantara mereka sudah memiliki pengalaman bekerja.

2.2.20. Intensi Berwirausaha menurut Ciavella et al 2004