Self-Efficacy dan Intensi Berwirausaha Robert P. Vecchio 2003 Model Intensi berwirausaha Barbara J Frazier dan Linda S Niehm 2004

pendidikan dan pengalaman kerja yang tinggi, akan semakin tinggi juga intensi berwirausahanya dari pada mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang pengalaman kerja dan hanya sedikit waktunya dalam mendapatkan pendidikan. Selanjutnya, Errko Autio dkk 1997 menyatakan bahwa yang mempengaruhi intensi berwirausaha bukan saja trait kepribadian seseorang tetapi dibalik itu terdapat faktor konteks sosial salah satunya lingkungan universitas.

2.2.8 Self-Efficacy dan Intensi Berwirausaha Robert P. Vecchio 2003

Menurut Robert P. Vecchio 2003 individu dengan self-efficacy yang tinggi akan merasa yakin bahwa mereka mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang wirausahawan sehingga hal tersebut menjadi factor penting dari munculnya intensi berwirausaha. memiliki hubungan secara teoritis dan empiris dengan fenomena kewirausahaan. Menurut Bandura Krueger, Reilly dan Casrud, 2000, korelasi antara self efficacy dengan intensi karir menunjukkan rata-rata 0.3 hingga 0.6. korelasi ini cukup baik sebagai prediksi dalam penelitian kewirausahaan seperti halnya locus of control Brockhaus dan Horwitz, 1986 dalam Krueger, Reilly, dan Casrud, 2000.

2.2.9. Model Intensi berwirausaha Barbara J Frazier dan Linda S Niehm 2004

Sejumlah penelitian mengalamatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Barbara J Frazier dan Linda S Niehm 2004 adalah mahasiswa sekolah bisnis dengan beberapa alasan. Mahasiswa dipengaruhi oleh pipihan yang untama sebagai bagian dari pentingnya subjek, sehingga persepsi mereka terhadap suatu pekerjaan dan sikap mereka terhadap subjek tertentu relatif membentuk potensi yang penting sehingga menjadikan seseorang terinspirasi untuk berwirausaha dan memilih bisnis sebagai pilihan karir. Jurusan kewirausahaan pada universitas di United state sering diikuti oleh program bisnis. Menurut Ajzen 1991 Teori planned behavior menerangkan intensi sebagai pencetus kemunculan suatu perilaku. Dalam kasus intensi berwirausaha digunakan model sikap seseorang untuk bertindak menjadi wirausahawan, norma subjektif, dan persepsi seseorang terhadap kemampuannya untuk bertindak sebagai prediksi adanya intensi untuk memilih karir wirausahawan. Menurut Krueger dan Casrud Barbara J Frazier dan Linda S Niehm, 2004 Teori planned behavior dianggap berhasil dalam memprediksikan niat berwirausaha dalam berbagai macam pengaplikasian. Dari penelitian, menunjukkan sikap memberikan sumbangan sebesar 50 pengaruhnya terhadap intensi dan intensi mennyumbang sebesar 30 terhadap kemunculan perilaku. Menurut Kreuger dan Brazeal Barbara J Frazier dan Linda S Niehm, 2004 model intensi berwirausaha dianggap sebagai dasar interaksi antara karakteristik kepribadian, persepsi, nilai, keyakinan, latar belakang dan lingkungan konteks situasi. Di dalam model ini, karakteristik kepribadian tidak hanya dapat dipelajari, tetapi dianggap sebagai penghubung antara individu dan situasi. Gambar 2.6 model intensi berwirausaha menurut Barbara J Frazier dan Linda S Niehm 2004 Situasi 1. Persepsi 2. Nilai 3. Keyakinan 4. Latar belakang Karakteristik kepribadian Intensi Berwirausaha Individu Selanjutnya Barbara J Frazier dan Linda S Niehm 2004, menganggap bahwa mahasiswa dengan latar belakang keluarga wirausahawan akan memiliki keinginan dan dorongan untuk menjadi wirausahawan juga, dan hasil penelitian signifikan. Sedangkan peneliti tidak sampai menggali informasi mengenai latar belakang keluarga mahasiswa dan melakukan penelitian mengenai faktor latar belakang keluarga. 2.2.10. Model Intensi berwirausaha Heiko Bergmann 2002 Teori planned behavior memberikan kontribusi yang penting dalam penelitian tentang kewirausahaan sebagai penghubung antara sikap wirausaha dengan kemunculan intensi berwirausaha selain akhirnya menunjukkan aktivitas berwirausaha. Selain itu, perbedaan kebudayaan di setiap daerah khususnya pada aktivitas kewirausahaan, dapat mempengaruhi masyarakat untuk lebih positif sikapnya terhadap kewirausahaan dibandingkan dengan masyarakat dari daerah lain. Selanjutnya, akan lebih penting apabila dapat memahami alasan mengapa seseorang memilih untuk menciptakan suatu usaha, yaitu dengan cara memahami intensi berwirausahanya.

2.2.11 Model Intensi berwirausaha Lope Pihie Zaidatol Akmaliah dan Hassan Hisyamuddin 2009