Gambar 1. Denah hubungan kekerabatan antara alam dan manusia Pengetahuan tentang adat sangat tergantung dengan tingkatan status adat
seseorang dalam kepengurusan adat. Seseorang yang telah mencapai tingkatan adat tertentu dapat menyampaikan cerita atau peristiwa tentang adat mereka
kepada orang lain atau Suku lain, tetapi tidak semuanya dapat di ceritakan terutama yang menyangkut hal yang di anggap sakral. Hal ini tidak terlepas dari
kepemilikan wilayah-wilayah adat yang sudah dibagi habis dan telah di atur berdasarkan mitologi Suku Malind.
Secara bioetik masyarakat adat Malind terbingkai dalam aliran Totemisme yang menempatkan alam sebagai leluhur amai yang pemurah. Pelestarian alam
dan komponen-komponen biologis merupakan kewajiban setiap orang dan hal tercermin dalam langgam lagu tradisional yang sering dikumandangkan dalam
berbagai upacara adat.
2.7 Etnografi berbasis spasial
Pendekatan penelitian kualitatif saat ini melalui pendekatan etnografi berbasis spasial, sebelumnya perlu dipahami tentang cabang ilmu antropologi
tersebut sehingga ada penyamaan presepsi. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah
membaku pada orang yang dipelajari, yang dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Karena kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan perilaku dan pemikiran, dan keyakinan suatu masyarakat, yang dipelajari oleh ahli etnografi bisa berbentuk bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi,
organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama
masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan dokmen-dokumen tentang obyek yang diteliti.
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti ‘orang’ dan
graphein yang berarti ‘tulisan’. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis
tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan manusia. Menurut Spradley 1980 kebudayaan
merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan digunakan untuk
Manusia “ Anim”
Alam “Unam”
Pasangan “Nakali”
Tumbuhan “Maru”
Hewan “ Awe”
menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku, dan ethnografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang eksplisit maupun
implisit. Penelitian etnografi memusatkan perhatian pada keyakinan, bahasa, nilai- nilai, ritual, adat-istiadat dan tingkah laku sekelompok orang yang berinteraksi
dalam suatu lingkungan sosial-ekonomi, religi, politik, dan geografis. Analisis etnografi bersifat induktif dan dibangun berdasarkan perspektif orang-orang yang
menjadi partisipan penelitian.
Karena obyek etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur eksplisit dan implisit, proses pelaksanaannya menjadi unik dibandingkan dengan penelitian
lain. Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan cukup mudah karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif dapat
diungkapkan partisipan secara sadar. Namun bila penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang dipahami secara tidak sadar oleh
pemiliknya, data dan makna harus disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal inilah yang membuat seorang
etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti dengan berperan sebagai pengamat berparisipasi participant-observer. Spradley 1980
menekankan: participation allows you to experience activities directly, to get the feel of what events are like, and to record your own perceptions.
Menurut Creswell 2008, penelitian etnografi dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola ‘kaidah-kaidah’
yang mendasari sesuatu yang ‘dialami’ atau ‘dimiliki’ oleh sekelompok orang secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan
keyakinan. Penelitian etnografi memiliki beragam bentuk, akan tetapi jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi
realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
Penelitian ini kemudian akan mengarahkan tujuan pertama untuk menggali lebih jauh Tempat penting dengan menggunakan pendekatan kualitatif etnografi
realis menggunakan teknik bola salju dan pemetaan partisipatif. Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada penelitian kualitatif tentang nilai dan makna
dalam konteks ‘ keseluruhan cara hidup ’, yaitu dengan persoalan kebudayaan, dunia-kehidupan dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media,
etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif,termasuk pengamatan pelibatan, wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah.
Metode pengumpulan data yang utama adalah observasi atau wawancara yang kemudian melalui catatan lapangan semua hasil dicatat dan didokumenkan.
Tahapan berikutnya adalah validisasi mengacu pada upaya membuktikan bahwa apa yang ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan
tentang dunia mamang sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi. Tahap akhir adalah menganalisis dan membuat simpulan akhir yang memenuhi harapan
objektifitas dalam penyimpulan hasil.
2.8 Konsensus Pemetaan Partisipatif Masyarakat adat Malind tentang
kearifan Tempat penting
Pemetaan Partisipatif PP atau participatory mapping sudah dikenal di dunia dalam perkembangan teori-teori sosial dan antropologi sejak dekade
1980an, dimana teori partisipatif diperkenalkan dengan melihat paham positivistik